17. Post Wedding Blues

269 21 5
                                    

Setelah acara selesai Ilham dan Fiza pulang ke kediaman keluarga Rusdi. Di sinilah Fiza sekarang, di kamar Ilham yang telah dirombak menjadi kamar pengantin.

Gadis itu memperhatikan sekelilingnya. Ia duduk di tepi ranjang dengan gaun yang masih melekat di tubuh. Fiza mengusap peluh di dahinya. Tiba-tiba saja ia canggung dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sepasang mata itu berhenti di pintu yang akan dilewati Ilham. Betapa terkejutnya ia saat pintu terbuka dan pria yang telah sah menjadi suaminya ini masuk.

“Kenapa Za?” tanya Ilham yang menyadari keterkejutan istrinya.

Fiza menggeleng dengan wajah yang memucat. Ilham tidak curiga, pria itu melepas dasi dan melonggarkan kerah kemejanya tiba-tiba Fiza berdiri dan berjalan ke arah pintu. Wanita ini menjinjing gaunnya yang kepanjangan.

Ilham lekas mendekati, “kamu mau ke mana?”

Melihat Ilham menghalangi jalannya gadis ini tambah parno. Ia melangkah mundur.

“Awas! Saya mau pulang ke rumah Bunda.”

Dahi Ilham berkerut, “Sekarang ini rumahmu juga. Sementara kita di rumah saya saja ya. Besok pagi kalau kamu mau bertemu Bunda saya antarkan.”

“Nggak mau! Saya mau pulang sekarang. Bunda...” air bening itu dengan cepat mengalir dari pelupuk mata Fiza, “Fiza mau ketemu Bunda.”

Fiza terlihat ketakutan dan tidak sabaran ingin pergi. Ilham berusaha menghadang jalannya. Namun, gadis itu menggigit tangan suaminya hingga Ilham merintih kesakitan dan ia bisa lari keluar.

“Fiza!”

Ilham mengejarnya. Di jalan gadis bergaun pengantin yang masih menangis itu tidak sengaja menabrak Zahra.

“Teteh kenapa nangis?” pertanyaan adik iparnya pun tidak Fiza jawab. Ia meneruskan langkah mencari pintu keluar.

“Fiza tunggu!” teriakan Ilham membuat kening Zahra berkerut. Ia bingung sebenarnya ada apa.

“Kenapa sih A'?” tanya Zahra.

“Udah kamu nggak usah banyak tanya. Bantu A'a tangkap Teh Fiza!”

Zahra yang ditugaskan begitu mengangguk berlari bersama Ilham. Gadis remaja ini berhasil menghalangi pintu dan Fiza bingung akan lewat mana. Ilham juga sudah menggenggam pergelangannya.

“Lepas!” Ia memberontak dan lelaki itu mencoba menenangkannya.

“Kamu dengarkan saya dulu!” Ilham menangkup wajah istrinya, “kamu jangan takut. Keluarga saya juga keluarga kamu sekarang. Kamu aman di sini. Saya nggak akan nyakitin kamu.”

Fiza mulai tenang. Usapan di pipinya dan perkataan Ilham membuat hatinya tidak gelisah lagi. Zahra yang masih berdiri di depan pintu masih bingung saja baru kali ini melihat orang yang ketakutan sehabis menikah.

“Ada apa ini?” tanya Ratna yang baru bergabung, “Umi dengar ribut-ribut.”

Nenek, Paman dan keluarga dekat yang numpang menginap di rumah Ilham juga ikut berkumpul. Penasaran dengan apa yang terjadi.

“Nggak apa-apa, Mi.” Ilham melepas tangkupan di pipi Fiza. Ia sekarang menggandeng gadis itu, “Ilham sama Fiza permisi ke kamar dulu.”

Pria ini menerobos beberapa orang yang berkumpul. Fiza mengikuti Ilham saat tangannya itu tertarik.




•••




Ilham keluar dari kamar mandi dengan baju yang lebih santai. Rambutnya masih terlihat basah. Matanya tertuju pada Fiza yang duduk di atas kasur dengan memeluk kedua lututnya. Ilham berjalan mendekatinya. Ia duduk di pinggir ranjang.

Takdir AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang