1

926 34 3
                                    

Ify's side

.
.
.
.
**

"Oi Gadih[1]!! Bangun dong! Kamu ini kerjaannya tidur terus! Keluar sana!". Gue mengusap-usap telinga karena terlalu berisik. Tapi tunggu, apa katanya? Tidur terus? Hell! Gue udah bangun dari tadi ya! Gue sholat subuh, abis itu nyuci, ke pasar, masak, nyetrika dan sekarang udah jam 2 siang. Gue boleh dong tidur sebentar. Heran sumpah!

Seorang perempuan paruh baya membuka pintu kamar gue dengan tergesa-gesa "Bangun Ify! Ke depan sana, masa tidur terus sih?". Suruhnya.

"Uni[2], buruan bangun!". Bocah kecil itu menarik kaki gue dengan paksa. Alhasil, gue pun menuruti keinginan mereka.

"Aku capek, Nte! Hari sabtu itu harusnya aku rebahan bukan keluyuran". Kata gue malas-malasan.

Sosok yang gue panggil 'Ante' itu memutar bola matanya kesal " Pergi main ke depan kan gak masalah, Fy. Kamu harus sering-sering bersosialisasi ".

"Aku sosialisasi di sekolah kali, Nte!".

"Ngejawab aja terus!". Lalu ia pun keluar dari kamar gue, meninggalkan bocah kecil itu bersama gue.

"Apa?". Tanya gue agak ketus. Bocah itu terkekeh lalu menarik tangan gue.

"Ayo Un, kita main. Ada Lala juga di sana". Lala itu salah satu keponakan gue. Mama nya Lala adalah sepupu gue.

"Ck, iya iya!". Pasrah gue.

Ante gue sudah berada di belakang bersama mesin cuci nya. Dia mencuci di sore hari setiap harinya. Kalau lo tanya tadi gue juga mencuci, yap. Gue mencuci baju gue sendiri. Dirumah ini gue gak mencuci baju siapapun, karena gue gak mau mengambil resiko kalau baju-baju mereka tidak bersih atau malah luntur. Bukan berarti cucian gue gak bersih ya! Bersih kok!

Ah iya, kita belum kenalan. Perkenalkan nama gue Alhamdu Sifyah Chaniago,  panggilan gue Ify. Simple itu aja. Dari nama aja kalian udah bisa menebak kalau gue berasal dari tanah minang. Yap, gue keturunan minang asli tanpa campur tangan yang lain. Ehehe.

Sekarang gue seharusnya gak disini, i mean gak di rumah. Harusnya gue di Padang, kuliah. Tapi karena prosesi tahun akhir yang sudah menunjukkan kalau kontrak gue bersama kampus akan berakhir, jadilah gue dirumah aja.

Bukan serta merta gue ada masalah ya! Ini murni karena gue lagi PPL aja. PPL apaan? PPL singkatan dari Praktik Pendidikan Lapangan. Yah itulah pokoknya. Sekarang gue udah semester delapan. Kebayangkan tahun akhirnya gimana?

Oke, cukup dulu sesi pengenalan hidup gue. Hehe.

Siang menjelang sore hari itu gue dibawa ke depan rumah oleh Eca. Eca bocah kecil yang menarik gue tadi.

Disana sudah berkumpul para sepupu gue. Entah sejak kapan ante gue disana aja. Padahal tadi gue liat di belakang sama mesin cuci. Hm.

"Haa ini dia! Anak gadih baru keluar. Tidur pasti ya?". Uni Giya bertanya dengan santai, sementara Gue mendengus mendengar pertanyaan itu.

"Baru mau tidur, Un. Latiah[3], dari tadi pagi mah!". Ketus gue. Mereka tertawa.

Gue bisa melihat para keponakan gue dari yang besar sampai yang krucil bermain bersama. Sedangkan yang emak-emak mulai bergunjing ria. Gue cuma bisa dengerin tanpa mau menanggapi. Apa yang mau gue timbrungin kalau yang mereka ceritakan itu gak berfaedah sama sekali.

Gue gak naif ya, kalau gue juga suka mengunjing di kampus bareng temen-temen gue. Tapi... Entah kenapa yang mereka gunjingan dirumah itu gak masuk diakal sama gue. Atau otak gue terlalu cetek pentium nya sampai-sampai gak tau mau nanggepin apa?

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang