12

269 25 15
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Hari ini adalah hari yang sakral untuk gue dan keluarga, karena lamaran resmi akan dilangsungkan. Tidak banyak yang datang, hanya keluarga inti saja. Keluarga dari pihak Papa yang datang hanya Om dan Tante gue. Adik-adik papa.

"Gugup ya, Un?" tanya Eca. Gue mengulas senyum tipis saat menatap pantulan bayanganya di cermin rias.

"Sedikit. Ante sama nenek mana?"

"Mereka di depan, kata Bang Rozy keluarga Pak Keenan lagi dijalan."

Gue mengangguk saja ketika Eca menyampaikan informasi tersebut. Dari tadi gue gugup sampai-sampai ingin ke kamar mandi terus. Padahal gue gak banyak minum kok.

Gue melirik ponsel yang sedari tadi gue matikan. Gue gak ingin terlibat dengan dunia maya untuk hari ini. Biarkan hati ini menjadi moment yang membahagiakan untuk gue.

Sekali lagi menghela nafas banyak-banyak, "Fy, keluar yuk! Keluarga Keenan sudah datang!" Ante Nur menjemput gue ke kamar.

Beliau menyunggingkan senyum teduhnya. "Santai aja. Banyak doa jangan lupa!" katanya.

"Iya Ante."

Gue bersama Ante Nur ke ruang tamu. Gue bisa lihat Pak Keenan yang menatap gue dengan senyum tampannya yang hanya gue balas dengan lirikan singkat. Jantung ini mulai lompat tali gak jelas.

Debarannya sungguh membuat gue gugup gak karuan.

"Baiklah, terimakasih atas waktu yang diberikan oleh keluarga dari bapak Yogi kepada kami. Untuk tidak membuang waktu, saya Raden Jafar Anugrah selaku wali dari Adik kami Raden Keenandayo Pangestu datang kemari ingin melamar putri dari Bapak Yogi untuk Keenan." kata seorang lelaki yang gue ketahui adalah saudara dari Pak Keenan.

"Saya selaku Wali dari Sifyah dan keluarga, menerima lamaran ini. Tapi, kembali ke ananda kami Sifyah. Apakah dia bersedia menerima lamaran dari Keenandayo," kata Om Fajar sembari melirik gue.

Gue masih menunduk belum berani menatap manusia-manusia yang ada di hadapan gue. Ante Nur menyentuh lengan gue supaya gue bisa segera menjawab. Dengan keteguhan hati yang besar, gue pun mengangguk pasti.

"Saya menerima lamaran Pak Keenan--," sahut gue pelan.

"Tapi dengan syarat kita menikah setelah saya lulus S2." sambung gue.

"Syarat tersebut diminta langsung oleh kedua orang tua Sifyah, karena mereka juga ingin putri mereka ini bisa menempuh pendidikan sebelum dia menikah." tambah Om Fajar.

"Bagaimana, Keenan? Kamu menyanggupinya?" tanya Jafar.

"Saya bersedia dengan syarat tersebut."
Mereka mengucapkan hamdalah secara bersamaan. Diikuti wajah sumringah dari pada kerabat.

Pak Keenan melempar senyum manisnya untuk gue yang hanya gue balas dengan senyum kecil lalu melempar pandangan ke arah lain. Masih malu-malu.

Setelah acara tukar cincin dan sedikit petatah petitih, kedua keluarga melanjutkan makan bersama.

Gue berjalan di belakang bersama Pak Keenan disusul oleh Uni Giya yang terus memantau kami.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang