7

289 26 31
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Setelah melakukan perpisahan dengan sekolah, kami bertiga kembali ke kantor majelis guru. Banyak hadiah yang gue berikan untuk guru-guru tersebut, sebagai kenang-kenangan telah membimbing gue selama 18 minggu ini.

Nanti dijam terakhir juga ada perpisahan dengan kelas 11 mipa 3. Kebetulan jadwal gue terakhir dikelas itu. Sekalian perpisahan, kata mereka. Gue cuma menuruti saja, toh materi juga sudah mau selesai. Sedikit reward untuk mereka tak apa.

"Za, lo mau kemana?". Tanya Via saat melihat Seza menggendong tasnya.

"Balik duluan ya! Gue musti ke Padang. Berkas atlet nya harus udah ada besok pagi". Jelas gadis macho itu. Gue dan Via hanya mengangguk paham melihat Seza terburu-buru keluar kantor.

"Atlet mah gak heran ya kan, sibuk mulu". Kata Via. Gue terbahak mendengar gerutuannya yak tak jelas itu.

"Kita makan yuk! Laper gue". Via mengiyakan ajakan gue. Kami pun turut mengajak guru honorer yang ada disini. Kebanyakan guru honorer masih muda-muda. Jadi kami tidak terlalu canggung dengan mereka.

"Kak, kantin yuk! Si Ify traktir kita nih!". Kata Via seenaknya. Gue mendelik tapi mengangguk juga sebagai jawaban.

"Bener Fy?". Tanya Kak Putri. Sementara Kak Enjel menatap gue.

"Iya bener kak. Kan aku besok udah gak disekolah lagi. Pengen quality time sama kakak-kakak aku". Jawab gue disertai senyuman manis. Praktis Kak Putri dan Kak Enjel tertawa. Lalu kami pergi menuju kantin.

Disaat jam ishoma ini, kantin tidak terlalu ramai. Karena siswa kebanyakan sedang melaksanakan ibadah sholat dzuhur.

"Eh itu Kak Mel, panggil Fy!". Suruh Via. Kak Melisa adalah guru honorer juga disini. Kami kompak menamai grup whatsapp dengan sebutan "GG Group". Lucu juga sampai terbentuk grup tersebut.

Kak Melisa menghampiri kami yang sedang menunggu pesanan. Dia duduk di samping gue.

"Ada apa nih? Kok ramai-ramai begini?".

"Ini si Ify mau traktir kita, Kak! Pesen buruan kak". Sambar Via. Untuk ukuran manusia ceplas-ceplos, Via adalah orangnya. Gak heran dia sering membuat seseorang tak berkutik karena ucapannya yang kelewatan lepas.

Tapi gue sayang sama dia. Partner PPL gue selama disini.

"Wah iya ya? Oke deh, kakak pesen soto sama martabak mie ya!". Seru Kak Melisa yang gue angguki sebagai jawaban.

Kami bersenda gurau sebelum jam ishoma berakhir. Bercerita pengalaman mengajar serta petuah-petuah yang nanti mungkin gak akan gue dapatkan. Terlebih petuah tentang pernikahan

Dalam circle pertemanan gue disekolah, gue cuma dekat sama Via, Kak Putri, Kak Enjel dan Kak Melisa. Seharusnya ada dua orang guru lagi, tapi mereka mungkin sedang sibuk. Nah, diantara kami yang sudah menikah adalah Kak Melisa. Tapi beliau belum punya momongan. Sementara Kak Enjel menunggu untuk dihalalkan akhir tahun ini. Kalau Kak Putri, sedang merajut ta'aruf dengan seorang lelaki berstatus PNS dari sekolah lain.

"Jadi besok itu kalau udah nikah, pandai-pandai sama keluarga suami. Mau tinggal di sana boleh, tapi jangan lama. Rumah mertua bukan tempat yang bagus untuk kaum perempuan tinggal. Karena apa-apa harus diukur oleh mereka". Kata Melisa. Pernikahan versi Kak Melisa memang begitu gue rasa. Dia tipe-tipe perempuan yang kurang suka dengan rumah mertua. Sama seperti gue.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang