40

413 48 30
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Sesampainya di polres, gue masih syock karena kejadian tadi. Gue udah ngehubungin Bang Rozy dan Ante Nur. Mereka akan menyusul kesini.

"Bu, ini minum dulu." Seorang polwan cantik memberikan gue segelas air putih. Gue tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepadanya.

"Makasih, Bu."

"Sama-sama. saya turut prihatin ya atas kejadian tadi." Gue tersenyum kikuk mendengar ucapannya itu.

"Dia pacar Ibu, ya?"

"Mantan, Bu. Sudah lama."

"Adek!" Itu Bang Rozy dengan Ante Nur. Gue menghambur memeluk mereka. Menumpah segala rasa karena takut.

"Dimana keparat itu, Dek?" tanya Bang Rozy, kilatan amarahnya terlihat begitu jelas.

"Rozy, tenang dulu!"

"Mana bisa aku tenang, Nte! Dia udah kurang ajar nyelakain adek aku! Lihat, leher dan lengannya!" Praktis, gue juga ikut melihat apa yang dibilang Bang Rozy.

"Astaghfirullah, Ify! Ayo obatin dulu, lukanya! Itu nanti bisa infleksi!" seru Ante Nur. Gue meringis pedih saat beliau menyentuh luka tersebut.

"Jangan dipegang, sakit!" rutuk gue pelan.

"Ibu Sifyah, mari diobati dulu." Polwan tadi bersuara sembari membawa gue ke klinik polres.

Gue hanya bisa mengangguk patuh kemudian mengikuti polwan itu.

Tak lama setelah di obati, ternyata Keenan sudah ada ruang pemeriksaan. Sion dan Bang Rozy duduk berdampingan ketika gue menghampiri mereka.

"Fy, udah diobatin ya?"

"Udah, Yon. By the way, makasih banyak udah bantuin gue. Gue gak tau lagi kalau misalkan gak ada razia hari ini."

"Anytime, Fy. Janji gue ke Rio memang begitu. Jagain lo selama kalian belum bersama."

"Lo udah kasih tau Rio?" Sion mengangguk santai. Sedangkan gue gak bisa sesantai dia.

"Rio masih belum ngebales sih. Mungkin paket datanya mati." lanjut Sion.

"Ibu Sifyah, mari kedalam!" Suara seorang polisi menginterupsi kami. Gue berbeda ruangan dengan Keenan. Entahlah ruangan apa, gue gak tau.

Disana gue disuruh menceritakan apa yang terjadi. Dengan penuh kejujuran gue mengungkapkan kepada mereka tanpa ada yang di tutupi.

"Berarti dia sudah merencanakan sesuatu kepada Anda?"

"Saya gak tau, Pak. Saya cuma diminta pulang bersama dengan dia lalu saya terpaksa mengikuti nya." Polisi itu mengetikkan sesuatu di komputer sembari mendengar kronologi kejadian.

"Baiklah, laporan ini akan di teruskan. Untuk selanjutnya, Anda boleh pulang."

"Gimana dengan Keenan?" tanya gue.

"Dia akan ditahan sementara waktu sampai berkas ini selesai di selidiki oleh penyidik."

"Saya mau dia di hukum seberat-beratnya, Pak. Dia melakukan tindakan diluar akal sehat!" sahut Bang Rozy yang sedari tadi mendampingi gue.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang