21

268 25 26
                                    

Baca author note dibawah ya! ☺☺

**

Rio's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Gue gak jadi mengirimkan pesan kepada Sifyah. Gue masih menimbang berat pada hubungan gadis itu dengan tunangannya. Gue lebih memilih fokus untuk Inspeksi lantas yang akan di lakukan hari ini.

Kasat lantas akan mengadakan razia gabungan terkait kepatuhan masyarakat akan berkendara. Tugas gue hanya melihat dan mengawasi saja. Tidak terlalu berat sebenarnya, hanya saja kunjungan ke tempat-tempat yang sudah di tentukan terlalu menyita waktu.

"Iptu Rio, kita berangkat sekarang?" Seorang wanita berseragam polisi lengkap dengan segala atributnya menghampiri gue.

Polwan itu bernama Dea Anita, atau sering disapa Dea. Wanita itu berjalan anggun dengan hentakan pantofel tingginya.

"Baik. Yang lain sudah semua?"

"Sudah, Pak!" jawabnya. Gue mengangguk kemudian. Lalu kami berjalan beriringan ke mobil yang sudah terparkir di depan kantor.

"Ehm Pak Rio."

Gue menoleh melirik sekilas kepadanya, "Kenapa, Dea?"

"Bapak datang ke acaranya Pak Rego nanti malam?"

Ah iya, nanti malam ada acara spesial dari orang penting itu. Ulang tahun pernikahan Pak Rego dan sang istri. Sudah dua minggu yang lalu gue di wanti-wanti oleh Ibu -istri Pak Rego- untuk datang.

"Datang." jawab gue singkat. Dea mengangguk kecil. Kemudian bertanya lagi, "Bapak datang dengan siapa?"

"Sendiri, mungkin--," gue ingin tau apa reaksi dari Dea selanjutnya. Raut wajah wanita itu sedikit sumringah kalau gue lihat, menambah kesan manis untuknya.

"Kamu sendiri? Akan datang dengan siapa?"

"Sendiri juga."

"Mau datang bersama saya?" Entah keberanian dari mana gue mengajaknya pergi bersama. Hah, otak gue ke seret apaan ya tadi?

"Pak Rio gak keberatan?"

Gue terkekeh mendengarnya, "Saya kan gak menggendong kamu, Dea. Jadi gak akan keberatan." Wanita itu tersenyum malu dengan jawaban atas pertanyaannya tadi. Lucu sekali dia.

"Bapak bisa bercanda juga ternyata." sahutnya kemudian.

"Saya gak terlalu kaku, kalau itu yang kamu pikirkan." balas gue santai.

Dea tersenyum lagi, "Pak Rio udah berapa lama dinas disini?"

"Sejak lulus perwira, saya di tempatkan disini. Kira-kira baru 1,5 tahun."

"Berarti kita satu angkatan dong, ya?" Gue mendelik kemudian mengangguk samar.

"Sepertinya iya!"

"Tapi kamu tetap atasan saya."

Gue menghela nafas sejenak, sebenarnya sedikit kurang suka dengan stigma atasan dan bawahan. Gue  malas di beda-beda seperti itu. Kesannya gue kayak milih teman karena status 'atasan-bawahan'. Tapi jika tidak ada status tersebut, orang tidak akan meletakkan rasa hormat, bukan?

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang