36

343 43 32
                                    

Selamat membaca, gaes! 😇
Yang sudah bosan atau malas dengan cerita ini, monggo boleh menepi aja. Gak maksa untuk mengkonsumsi cerita ini kok 😁✌🤭

Tolong baca author note dibawah ya. 😊👇

---

Rio's side ya gaes...

🌈🌈🌈

Sifyah langsung terkejut mendengar permintaan gue. Memang terkesan terburu-buru, tapi begitulah adanya. Gue gak bisa menekan perasaan ini terlalu lama. Terlebih gue juga bisa merasakan getaran yang sama oleh Sifyah kepada gue.

"Mau ya?" tanya gue sekali lagi.

"Tapi, kita kan beda keyakinan Rio." katanya menunduk sedih. Gue mengulas senyum teduh dan menepuk puncak kepalanya.

"It's ok. Itu udah lama."

"Maksud kamu apa?" Dia mendongak menatap gue.

"Kalau kamu berpikir aku masih memeluk agama yang lama, kamu salah, sayang. Aku sudah memeluk agama Islam sejak 6 tahun yang lalu." jelas gue yang kembali membuatnya terkejut.

Gue hanya mengangguk pasti dan dia menerjang gue dengan pelukan erat. Kenapa gue sebahagia ini?

"Kamu serius? Gak bohong 'kan?"

"Aku gak bohong, Fy. Buat apa aku bohong? Harus aku tunjukin KTP ku yang baru?" Sifyah masih terkejut dan gue langsung mengeluarkan dompet, memperlihatkan KTP yang sudah lama berubah sejak 6 tahun lalu.

Sifyah menerima KTP tersebut dengan tangan bergetar. Kenapa dia sekaget itu?

"Rio...kamu beneran udah masuk islam?" Gue mengangguk sekali lagi. Dia tersenyum haru di sela-sela isak tangis bahagianya.

"Alhamdulillah, ya Allah!" ucapnya bersyukur. Gue terkekeh dan kembali memeluknya.

"Eh tapi kenapa secepat ini? Kenapa kamu minta aku jadi pacar kamu?" tanyanya bertubi-tubi.

"Jadi aku ditolak nih?" Gue melemparkan kembali pertanyaan skeptis itu.

"Jawab dulu pertanyaan ku. Kenapa?"

Dengan sabar gue menjelaskan kepadanya, "Jujur aja, udah lama aku punya rasa suka sama kamu. Mungkin saat bersama Nova pun masih ada, sampai aku putus dengan dia, pun masih. Aku gak berani bilang ke kamu karena kamu terlalu apa ya...kaku mungkin. Tapi aku gak tau kenapa kamu menerima setiap perlakuan yang aku kasih." jelas gue. Sifyah mendengarkan dengan khidmat setiap penjelasan yang keluar dari bibir gue.

Dia tersenyum manis dan menarik baju gue. Posisinya adalah dia tepat berada di depan gue. Seperti gue sedang mengurungnya. Hah, gak kuat iman abang, dek.

"Terus?"

"Sampai kita berpisah karena beda sekolah pas SMA juga masih ada rasa itu. Ketika aku balik ke sini di saat pesta pernikahan Kak Agnes, Sion bilang kamu ada disini. Kamu lagi PL. Lalu aku minta kontak kamu ke dia, dia dapat dari Angel. Ingat?" Dia mengangguk singkat.

"Setelah itu kita bertemu lagi. Pertemuan singkat yang membuat ku merasakan sebuah letupan kurang ajar yang efeknya sungguh luar biasa. Kamu mungkin gak pernah tau setiap ciuman dan sentuhan di pelipis yang aku kasih untuk kamu, menjadi kenangan manis untuk ku. Karena aku gak akan tau kapan aku bisa ketemu kamu lagi, Fy."

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang