43

375 28 9
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Satu bulan berlalu, pernikahan gue dan Rio terlaksana. Semua diatur oleh wedding organizing dan para tetua di rumah. Kesibukan gue di kampus membuat gue terpaksa melimpahkan semua pekerjaan kepada mereka. Kan gue bayar ya, jadi wajar dong. Begitu pula dengan Rio, semenjak dia pindah tugas ke Padang pekerjaan nya juga lebih banyak. Alhasil kami sama-sama sibuk. Tapi untunglah, seminggu menjelang akad nikah kami berdua bisa cuti bersama.

Dan kini mahligai rumah tangga kami telah berjalan satu bulan. Masih hangat-hangatnya kalau kata orang-orang, hihi.

"Sayang..." Pagi hari ini gue disibukkan dengan kegiatan dapur. Selepas sholat subuh gue langsung memasak untuk sarapan kami.

"Iya, aku di dapur nih!" jawab gue.

"Nanti sore temenin aku ke pesta pimpinan aku ya!"

"Dimana pestanya?" tanya gue.

"Di Kuranji. Kamu bisa kan?" Gue mengangguk seadanya saja.

"InshaAllah. Nanti jemput aku ke kampus ya!"

"Kenapa gak beres-beres dari rumah aja?"

"Hari ini aku ada diskusi dengan dosen lain untuk pengabdian masyarakat, sayang. Jadi gak sempat pulang. Nanti aku touch up di kampus aja. Tenang aja, aku bakalan cantik dan gak buat kamu malu." Rio malah tertawa sembari mengusap rambut gue.

"Kamu gak pernah buat aku malu, Fy. Kamu sempurna buat aku." Praktis, gue mencibir mendengar gombalannya itu.

Semenjak jadi dosen baru, banyak projek yang harus gue kerjakan. Seperti pengabdian masyarakat, seminar, workshop dan lainnya. Ternyata tugas dosen tidak hanya mengajar tapi juga lebih dari itu.

"Kegiatan kamu banyak banget ya! Perlu ambil waktu untuk me time tuh!" sahut Rio. Gue mengedikkan bahu pertanda tak tahu. Sarapan sudah selesai dan gue kembali ke kamar untuk membersihkan diri sebelum ke kampus.

Gue tau Rio memandang gue heran, tapi gak gue gubris.

Sebenarnya akhir-akhir ini gue sering melihat seseorang yang dulu pernah masuk ke kehidupan gue. Seseorang yang mematahkan semua masa dan rasa dan kemudian muncul tiba-tiba.

Pikiran gue berkelana kepada Keenan yang kini, gue rasa masih mendekam di balik jeruji besi. Tapi sosok lain yang mendampingi hidupnya gencar menampakkan diri.

Gue menghela nafas berat mengingat semua itu. Rasa sesak semakin menggulir menyisakan kepingan-kepingan nakal yang membuat gue tersenyum pedih.

"Fy, udah siap?" Suara Rio membuyarkan lamunan gue.

"Iya, udah kok!" Tanpa ingin membuat Rio curiga, gue pun bergegas menyusulnya.

🌈🌈🌈

"Ibu Sifyah." Seseorang memanggil gue, beberapa orang di belakang sosok itu berkerumun mengikuti. Mereka adalah mahasiswa gue.

"Ada apa, Ja?" Raja tersenyum sopan dan bersalaman dengan gue.

"Bu, kami mau diskusi tentang workshop yang ibu bilang waktu itu." Senyum lebar gue terbit begitu saja.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang