31

313 37 34
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

1 tahun yang lalu...

-----

Setelah keesokannya gue memutuskan semua hal tentang Keenan dan pernikahan kami, gue pun pulang ke Payakumbuh. Ada hal yang lebih penting untuk gue kerjakan. Penelitian tesis gue. Iya, gue udah dapat jadwal setelah sebelumnya menyerahkan surat pengantar penelitian via pos ke SMA 3.

"Take care ya, Beb!" kata Via. Gadis itu bersama Shilla menginap dirumah selama sehari. Mereka kompak untuk menemani gue biar supaya gue gak sedih lagi, katanya. Gue sih bersyukur ya.

"Iya, makasih beb! Nanti kalau udah dirumah gue kabari kalian deh." Shilla dan Via mengangguk patuh. Kemudian gue masuk ke mobil travel yang akan membawa ke Payakumbuh.

Ponsel gue sedikit bergetar pertanda pesan masuk. Dengan santai gue merogoh benda tersebut.

Mas Keenan : Sifyah, kita perlu bicara. Kamu dimana? Aku didepan rumah kamu

Gue tertawa sinis membawa pesan darinya. Seperti tidak punya muka meminta gue berbicara lagi dengannya. Enggan gue menanggapi dirinya.

Tapi tak berhenti disitu saja, Keenan malah menelepon gue. Ponsel gue bisa hang kalau begini. Lagi, gue malas menanggapi dia. Tanpa pikir panjang gue mematikan paket data dan beralih tidur saja.

Rasanya masih berdenyut mengingat kenyataan yang terjadi kemarin. Semua terasa begitu cepat. Apa gue yang tau nya lambat? Mungkin iya, gue gak terlalu mencari seluk beluk kehidupan Keenan terlebih dahulu. Mungkin iya gue terlalu terburu-buru memutuskan pilihan.

Gue menghela nafas lelah, sebentar lagi malu akan gue dapatkan didepan keluarga. Udah gue bilang kan, kalau keluarga gue bermulut culas. Sangat menyakitkan untuk di bahas bersama mereka.

Tak butuh waktu lama, gue menutup mata untuk beristirahat. Biarlah semoga lelah yang gue dapati ini bisa bertukar sejenak.

🌈🌈🌈

Pukul 1 siang gue tiba dirumah. Ada Ante Nur, Uni Gita dan Uni Giya yang sudah menunggu didepan pintu rumah. Mereka menyongsong gue dengan tatapan menuntut penjelasan.

Memang tadi malam gue udah mengabari mereka, tepatnya Mama dan Papa serta Ante Nur. Gue gak yakin kalau Ante Nur gak ngasih tau kedua kakak beradik itu. Jelas sekarang mereka seperti singa yang lapar menunggu 'makan'. Cish, dasar!

"Un, ada apa sebenarnya?" tanya Ante Nur.

"Aku mau mandi dulu, boleh gak? Jangan di serang sekarang kenapa." kata gue malas. Baru sampai langsung ditanya ini itu. Siapa yang gak kesel. Huh.

Mereka menatap gue terus, sedangkan gue berjalan menuju kamar dengan santainya. Mengabaikan Eca yang terus merengek meminta oleh-oleh.

"Ah Uni kenapa sih? Kan Eca cuma minta oleh-oleh." renggutnya. Gue mendengus sebal lalu melempar totebag kepadanya.

"Makan tuh! Ndak Bataratik[1]." Eca terdiam tapi dia tetap mengambil totebag tersebut.

"Mama, Uni marah sama Eca!" Adu nya sembari berteriak. Hah, neraka telah tiba.

Kalau bukan karena penelitian, gak akan mau gue kembali ke sini. Nyatanya gue emang malas mencari tempat baru untuk penelitian, makanya gue milih tempat PPL kemarin aja. Walhasil, beginilah.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang