13

281 23 35
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Perjalanan ke Bandara memakan waktu setengah jam. Pesawat yang akan membawa Rio ke Kuala Namu akan lepas landas sekitar 3 jam lagi. Didalam taksi gue hanya diam gak ingin mengusik jeda yang ada diantara kami. Percakapan gue dengan Via tadi malam menjadi  warning untuk gue.

"Lo sama siapa Fy?" Gue terkejut karena Via bilang dia udah berada didepan rumah gue sambil membawa makanan yang mama nya titipkan untuk gue.

Dia melirik ke dalam yang ada sosok seorang lelaki, tentunya itu Rio.

"Dia temen SMP gue, Beb. Nginep semalam, besok mau ke Medan" jawab Gue. Via melotot tak percaya.

Dia langsung memukul gemas lengan gue, "Demi apa lo?! Lo bawa cowok ke rumah, sedangkan elo udah tunangan Fy!" katanya geregetan. Gue meringis pelan.

"Kan cuma semalam, Vi" balas gue kekeuh. Via melengos dibuatnya.

"Lo gak menghargai Pak Keenan kalau begitu namanya! Kalau dia tau, pasti dia marah. Egonya terluka, Sifyah" Gue terdiam mendengar penjelasannya.

"Fy, gue tanya deh. Lo sama dia ada hubungan apa? Gak lebih dari sekedar teman 'kan?" tanya Via lembut. Gue menatap Via dengan tatapan gamang, gue sendiri belum tau jawabannya apa.

Praktis, Via membawa gue duduk di dekat pagar depan. "Jujur sama gue. Biar hati lo gak gelisah gini. Mata lo gak bisa bohong, Fy" lanjut Via.

Gue menghela nafas sesak, "Gue gak ngerti gimana Vi. Disatu sisi gue nyaman ada Rio setelah kami lama gak ketemu. Disatu sisi lain, gue gak mau lepas dari Keenan."

"Harus pilih dong! Gak boleh serakah gitu. Dalami hati lo sendiri, jangan melibatkan ego untuk soal perasaan" katanya. Gue menumpukan kepala di pundak Via. Gadis yang baru gue kenal empat bulan ini sebagai partner PPL di sekolah. Dia begitu baik dan sangat perhatian.

Via mengusap pelan pundak gue, "Jangan begini, Fy. Posisi ini membuat elo jadi orang yang gak bener namanya. Kalau lo emang sayang sama Pak Keenan, jaga jarak dari Rio. Sekedarnya aja berteman. Tapi kalau lo  lebih sayang Rio, lepaskan Pak Keenan". Dada gue seperti dihantam godam tak kasat mata. Sangat sakit tapi dan mampu membungkam gue.

"Fy, kenapa?" tanya Rio yang menyentakkan lamunan gue.

"Eh ... Enggak ada!" Pandangan gue berkeliaran ke arah jalan. Ternyata sudah memasuki area bandara. Lama juga gue melamun.

"Kamu sakit?" Rio menyentuh kening gue.

"Enggak kok."

Kami sama-sama diam lalu mobil berhenti di depan bandara. Supir taksi membantu mengeluarkan koper Rio dan barang bawaannya yang lain.

"Kamu check in langsung, gih!" suruh gue. Dia malah menggeleng tidak.

"Bentar lagi masuk, Yo. Mending kamu tunggu didalam aja."

Gue menghela nafas panjang, ada rasa sesak yang berkerumun didada. Gue gak bisa bohong kalau gue juga sayang dengan Rio. Perasaan yang dulu, perasaan bocah berusia 14 tahun itu masih ada hingga ia menjelma menjadi wanita dewasa.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang