14

266 25 24
                                    

jangan lupa dengerin mulmed nya yaa 🤭

Rio's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Air mata yang tumpah itu menjadi saksi atas kepergian dan berpisahnya kami. Gadis itu, gadis yang mencuri setiap atensi gue sejak dahulu dan selamanya masih tetap sama.

Gue menghela nafas panjang saat memasuki kabin pesawat. Meletakkan tas dan duduk di bagian tepi jendela. Awan yang berkumpul putih, berarak menuju ke tempat lain. Sama halnya dengan gue, yang harus berpindah untuk mencari setitik bahagia.

Ingatan gue kembali melayang saat tadi malam sebelum tidur. Iseng, gue mencari akun instagram Sifyah karena sebelumnya gue memang belum berteman dengan dia di platform itu.

Hal yang gue dapatkan saat nama itu muncul di kolom pencarian adalah last story yang di unggah olehnya. Seperti perayaan lamaran di rumah. Gue ingat, Ify bilang dirumahnya waktu itu ada acara lamaran keluarga. Tapi yang menjadi titik tumpu gue adalah tokoh utama yang dilamar.

Itu Sifyah. Gadis yang berbalut kebaya putih gading, sangat cantik dengan sapuan make up natural di wajah eksotis nya. Dia bersanding dengan laki-laki yang samar gue ingat pernah bertemu di suatu tempat.

Dan ya, itu di sekolah. Ketika gue menjemput Sifyah ke sekolah sebelum pergi ke rumah Rika. Hati gue hancur mendapati kesimpulan bahwa Sifyah telah bertunangan dengan lelaki itu. Ditambah kicauan caption dari orang yang direpost oleh Sifyah. Pantas saja ruam wajahnya sedikit berbeda saat di mobil. Ia gelisah lantaran ada tunangannya.

Air mata gue jatuh satu titik. Gue malah terkekeh lucu. Bisa-bisa gue menangis begini. Tapi memang begitu kenyataannya. Gue tak berdaya, tak berdaya karena rasa itu jatuh sebelum di mulai.

Gue pikir atensi pertemuan kami yang singkat dan intim kemarin menghasilkan sebuah benang merah yang akhirnya akan menggulung bersama. Ternyata, benang itu kusut tak berbentuk. Hanya gue yang menginginkan sebuah hal lebih diantara kami.

Bego. Apasih yang lo harapkan? Udah jelas selama 7 tahun ini kalian gak bertemu, pantas Ify mendapatkan seseorang untuk mengisi kekosongan hatinya. Gue bisa apa? Gue udah jelas kalah lah.

"Permisi!". Seseorang membuyarkan lamunan gue. Seorang wanita paruh baya yang sedang menggendong batita berusia kira-kira 1,5 tahun.

"Ah iya, silahkan Bu!" kata gue. Beliau duduk, berusaha menyamankan posisinya. Anak yang ia bawa juga sedang tertidur pulas.

"Mau ke Medan atau kemana nih, Dek?" tanya beliau ramah.

Sebelum menjawab gue menorehkan sebuah senyum sopan, "Saya ke Kota Medan nya, Bu. Ibu sendiri mau kemana?"

"Saya mau ke Binjai, Nak. Sendiri aja ya? Gak sama istrinya?"

Gue tertawa kecil mendengar pertanyaan lucu tersebut. "Gak Bu. Saya belum beristri--,"

"Oh belum ya... Tapi saya liat tadi saat mau masuk pemeriksaan tiket, kamu meluk perempuan. Saya kira itu istri kamu. Maaf ya, ternyata salah sangka."

Apalagi ini? Tiga kali sudah orang mengatakan gue dan Ify suami istri. Lucu dan menggelitik hati gue.

"Bukan, Bu. Dia teman saya, sedih karena kami mau pisah. Padahal baru ketemu sebentar." Ibu itu mengangguk paham. Lalu mengulurkan tangannya.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang