20

294 27 19
                                    

Rio's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Sudah hampir dua minggu gue tidak bertemu dengan Sifyah. Tapi pukul 3 pagi dia mengirimkan gue pesan whatsapp dan mengatakan kalau dia tidak bisa tidur. Keesokan harinya sekitar pukul 12 siang gue berinisiatif untuk menghubungi nya.

Perasaan lama itu masih ada sampai sekarang. Tapi gue mencoba untuk mengenyahkan segala pikiran tentang Sifyah. Demi Tuhan, dia sudah akan menjadi milik orang lain dan gue gak mau menjadi perebut milik orang.

Gue menghela nafas sejenak sebelum menghubunginya.

"Hallo Rio!" Sapa Ify di ujung sana.

"Hallo Ify!" Balas gue tak kalah semangat. Gadis itu bisa menularkan aura positif meskipun tak bertatap muka

"Ada apa Fy?" Tanya gue to the point. Gue penasaran soal dia yang tidak bisa tidur itu.

"Ada apa?" ulangnya. Gue terkekeh mendengar pertanyaan yang diulang olehnya. Mungkin masih bingung.

"Iya kamu. Kamu ada apa? Kok pagi buta jam 3 nge whatsapp aku." kata gue.

"Ehm itu, aku gak bisa tidur Rio."

"Kenapa gak bisa?"

"Aku deg-degan mau ujian skripsi--," jawab Sifyah. Praktis, gue terkejut mendengar kabar tersebut.

"Kamu ujian? Kapan?"

"Tadi. Ini udah selesai kok." Sadar atau tidak senyum gue terpatri begitu saja. Membuat teman-teman yang di satu divisi dengan gue mendelik heran.

"Wah...selamat ya Fy! Akhirnya punya gelar juga."

"Makasih Rio!"

"Rio bisa ikut sebentar?" Itu suara atasan gue, dengan cepat gue mengiyakan perintah beliau.

"Fy, maaf! Aku gak bisa ngobrol lama. Udahan dulu ya." Terdengar suara helaan nafas Sifyah yang kentara. Apa gue beranggapan kalau dia gak ingin sambungan telepon ini berakhir? Boleh gue besar kepala sejenak?

"Oke. Take care ya!"

"You too dear!" Karena gak ingin membuat atasan menunggu, jadilah gue mengikutinya ke ruangan.

Saat diruangan atasan gue, beliau langsung mengutarakan suaranya. Khas sekali tidak ada basa basi nya

"Soal sosialisasi di sekolah lusa, bagaimana persiapan nya, IPTU Rio?" tanya Pak Rego, beliau adalah atasan gue.

"Siap, sudah tinggal eksekusi saja, Pak!" Pak Rego mengangguk paham.

"Materi yang di sampaikan sejalan kan dengan isu isu sekarang."

"Siap dimengerti!"

"Baiklah, silahkan balik ke tempat mu!" Setelah hormat, gue balik badan dan hendak membuka pintu. Tapi suara Pak Rego kembali membatalkan langkah gue.

"Rio--," panggil beliau.

"Iya komandan."

"Bisa kita bicara sebentar?" Gue telah mengenal lama Pak Rego, bahkan jauh sebelum gue masuk ke sekolah perwira. Bisa dibilang kalau Pak Rego ini banyak membantu keluarga gue.

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang