32

277 35 48
                                    

Ify's side ya gaes...

🌈🌈🌈

Semenjak masalah pembatalan pernikahan itu, gue bisa menjalani hidup lebih baik lagi. Sekarang gue sudah selesai menempuh pendidikan magister. Alhamdulillah, sudah ada dua gelar yang membersamai nama gue.

2 tahun belakangan memang penuh dengan drama, tapi hidup kalau gak ada drama gak enak juga kan. Hah, padahal gue benci banget sama drama.

Hubungan gue dengan Keenan berakhir, tentu saja. Tapi dia masih tetap mengejar-ngejar gue. Apaan sih tu orang? Udah mau punya anak lagi masih aja begitu. Gak ngerti sama otaknya.

"Uni, jam berapa pulang hari ini?" tanya Ante Nur. Pasalnya semenjak gue batal menikah, beliau terus gencar menjodoh-jodohkan gue dengan anak kenalan teman-temannya. Padahal gue masih bisa cari sendiri. Terlalu klise dan kolot menurut gue.

"Jam 3 kayak biasa. Kenapa Nte?" Gue mengambil high heels di keranjang sepatu, lalu menatapnya.

"Kamu tau dengan Dede kan? Itu loh yang rumahnya diseberang rumah Ante." Gue mengangguk kecil. Gue ingat Bang Dede, dulu waktu gue masih SMP sempet suka sama dia. Suka ala-ala bocah ABG sih.

"Tau. Kenapa dia? Mau nikah?" Ante Nur menggeleng pertanda tidak.

"Dia nanyain kamu loh, Un--," gue mendelik heran. Ngapain Bang Dede nanyain gue?

"Dia pengen ketemu sama kamu, kan kamu baru aja balik dari Bandung tuh. Udah lama juga katanya dia gak lihat kamu."

Baru balik apanya? Udah hampir tiga bulan gue di rumah. Hm.

"Tinggal lihat doang, apa susahnya sih Nte? Harus ketemuan gitu? Yakali."

Ante Nur mendengus pelan, dia tau watak gue kalau sudah begini. Lagi, siapa suruh begitu. Kan gue masih trauma.

"Kamu itu udah sukses, Un. Udah jadi wakil kepala sekolah, udah mapan, umur juga udah mau masuk 26. Udah bagus untuk menikah." gantian gue yang mendengus tak suka.

"Ante...Ante gak mikir gimana rasa trauma aku untuk menjalin sebuah hubungan ya? Aku masih takut, apalagi sama cowok. Aku takut mereka datang cuma sekedar main-main aja." kata gue malas. Ante Nur menghela nafas panjang lalu mengangguk paham.

"Ante cuma mau yang terbaik untuk kamu, Un. Ante juga mau kamu bahagia." Gue tersenyum kecil menanggapi nya.

"Hidup ku udah bahagia kalau gak ada yang nyinyirin apa yang aku lakukan, Nte. Aku cuma gak mau masalah pribadi ku, kehidupan pribadi ku di umbar-umbar. Udah itu aja kok."

"Terus kamu mau menikah kapan?" Gue memutar bola mata, jengah juga ditanya seperti itu.

"Kapan-kapan. Kalau jodohnya udah ada."

"Setidaknya ketemu dulu sama Dede, gak baik loh nolak sebelum memulai." kata beliau bersikeras. Kan kalau begini aku bisa apa?

"Ya udah, suruh dia jemput aku pulang sekolah. Kalau dia gak mau gapapa kok."

"Pasti mau lah! Nganter kamu ke sekolah aja dia mau--," Dahi gue berkerut tiga mendengar nya.

"Bang Dede ini cowok keberapa sih yang Ante 'bujuk' buat aku?" Ante Nur malah tertawa.

"Enggak tau. Jalanin aja dulu. Kalau enggak cocok, ya berhenti."

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang