18

235 26 15
                                    

Ify's side ya gaes..

🌈🌈🌈

Keesokannya gue bangun pagi dengan hati yang ringan. Gue melihat ponsel yang ada balasan pesan dari Rio. Ternyata efek seorang Rio bisa membuat gue setenang ini.

Ananda Takdirio : kerjaan ku aman.

Meskipun hanya tiga kata saja, tapi sudah membuat gue lega. Rasanya beban untuk ujian nanti hilang begitu saja. Katakanlah kalau gue lebay, tapi memang itu yang gue rasakan sekarang.

Tok tok

"Fy, kamu udah bangun?" Gue terkisap mendengar ketukan pintu dari luar. Ada Keenan dirumah ini. Perasaan was was gue tentu masih ada. Apalagi apa yang dia coba lakukan tadi malam. Bisa saja gue mengadukan hal tersebut ke Bang Rozy, hanya saja tidak etis. Pasti dia beranggapan hal itu lumrah, ditambah kami akan segera menikah.

Hah, pikiran gue mulai campur aduk.

"Fy--,"

"Eh iya Mas!" Gue membuka pintu dan mendapati Keenan sudah rapi dengan kemeja barunya. Gue rasa dia bawa pakaian ganti yang diletakkan di mobil.

"Kamu belum siap-siap?"

"Ini aku mau siap-siap."

"Mas tunggu di meja makan. Udah ada sarapan, tapi Mas pagi ini gak bisa anter kamu ke kampus." katanya yang membuat gue muram. Mungkin Keenan tak menyadarinya, tapi raut wajah lelaki itu seolah biasa saja. Gue tidak melihat sosok Keenan yang hangat dan perhatian pagi itu. Apa mungkin dia marah perihal semalam?

Gue mengangguk seadanya, "Ohh oke. Gapapa kok. Emang Mas mau kemana?"

"Aku ada urusan sebentar. Nanti aku susul kamu ke kampus."

Lagi, gue mengangguk seadanya. Lalu menutup pintu kamar untuk bersiap ke kampus.

Gue menghela nafas pendek, tanpa menunggu lama gue mandi dan tak mempedulikan urusan Keenan meskipun gue kepo.

Setelah mandi, gue memasukkan bahan yang akan di bawa ke kampus. Gue udah memesan taksi online karena Via juga gak bisa menjemput gue. Sebenarnya, gue yang gak mau minta tolong. Segan rasanya kalau terus minta tolong jemput kepadanya. Gue tau, Via pasti sibuk dirumah sebelum berangkat ke kampus.

Saat gue di meja makan, tidak ada Keenan disana. Ponsel gue bergetar singkat pertanda pesan masuk.

Mas Keenan : Mas pergi dulu. Goodluck sayang!

Padahal gue cuma mandi sekitar 10 menit dan dia pergi begitu saja. Apa urusannya sepenting itu? Gue menggeleng pertanda tidak. Harusnya gue lebih dewasa lagi dalam menyikapi semua ini. Gue gak boleh egois, bisa jadi kan kalau Keenan memang punya urusan yang tidak bisa ditinggal.

🌈🌈🌈

Pukul 12 siang sidang skripsi gue sudah selesai. Lega rasanya, pencapaian yang gue idam-idamkan akhirnya tercapai juga. Tadi gue juga sudah menelpon mama dan papa melalui video call. Mereka menangis haru mendengar gue dinyatakan lulus, pun dengan gue.

"Lo bilang tunangan lo disini. Mana dia?" tanya Shilla. Sejujurnya, gue gak tau karena Keenan tak mengabari dari tadi.

"Ada urusan. Biarin aja lah. Bantuin gue yuk, berat nih!" Shilla hanya menuruti gue, dia banyak membantu hari ini. Selain menjadi partner gibah, dia juga partner tolong menolong. Hahaha, se lucu itu pertemanan kami.

Karena hari ini shilla membawa mobil, jadi gue menumpangkan semua bingkisan hadiah di mobilnya. Kami sepakat untuk menghabiskan waktu di kampus sampai sore menjelang. Shilla janji mau bawa gue ke pantai. Tanpa berganti baju tentunya.

"Lo gak mau ngehubungin tunangan lo, Fy?" Gue menghela nafas pendek dan mengedikkan bahu tak acuh.

"Malas. Kalau dia merasa ujian gue hari ini penting, dia pasti bakalan datang meskipun telat." Shilla mengusap bahu gue dengan lembut. Gue tersenyum mendapatkan perlakuan kecil darinya.

"Ya udah kalau menurut lo begitu. Gue cuma nanya aja."

"Gimana kalau kita makan siang? Sekalian ajak temen lo yang satu tempat PLK itu, biar rame."

Gue mengangguk setuju dan segera menghubungi Via. Untunglah gadis itu sudah berada di kampus dan segera on the way ke tempat janjian.

Tapi ponsel gue kembali bergetar panjang, gue merogoh benda pipih itu di dalam tas, berharap kalau Keenan yang menelepon.

Nama Rio tertera di layar, sedikit kecewa lantaran bukan Keenan tapi rasa bahagia membucah tanpa diminta.

"Hallo Rio!" Sapa gue semangat. Bodoh, keliatan banget kalau gue agresif. Huh

"Hallo Ify!" Ada jeda yang menghubungkan kami sejenak. 

"Ada apa Fy?" Dahi gue mengeryit bingung mendengar pertanyaan Rio di ujung sana.

"Ada apa?" ulang gue. Lelaki itu malah terkekeh dan membuat gue melebarkan senyum, sementara shilla malah mendelik heran.

"Iya kamu. Kamu ada apa? Kok pagi buta jam 3 nge whatsapp aku." katanya kemudian.

"Ehm itu, aku gak bisa tidur Rio."

"Kenapa gak bisa?"

"Aku deg-degan mau ujian skripsi--," jawab gue.

"Kamu ujian? Kapan?"

"Tadi. Ini udah selesai kok."

"Wah...selamat ya Fy! Akhirnya punya gelar juga." imbuhnya.

"Makasih Rio!"

"Fy, maaf! Aku gak bisa ngobrol lama. Udahan dulu ya." Gue menghela nafas pendek, Rio memang sibuk dan gue gak bisa melarangnya. Karena itu hidupnya.

"Oke. Take care ya!"

"You too dear!"

Jantung gue berdentum lebih cepat ketika Rio memanggil gue dengan sebutan 'dear'. Sejumput rindu itu mulai meronta untuk disuakan. Namun sayang, jarak dan status kini sudah berbeda.

🌈🌈🌈🌈

Haii gaes!
Maaf baru bisa apdet huhu, semoga masih tetap stay dengan cerita Keenan-ify-rio ya. Tunggu kelanjutan hubungan mereka gimana.

Pada gedeg gak sih sama mereka? Wkwkw

As Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang