29. cara menulis karya fiksi

272 35 10
                                    

Sebelumnya diharapkan vote dan commentnya ya teman teman, biar aku semangat terus bikin cerita ini.

Spam komentar yang banyak, aku suka baca baca komentar unik dari kalian, tenang aja yang komentarin aku balas satu satu kok 😊

Follow juga @ChalisaTuha

Pstt, jangan lupa baca note di bawah ya kalau udah selesai membaca 😊

Spam komentar di tiap paragraf 💬💬

29. Cara menulis karya fiksi

Sebelumnya kalian absen nama kota kalian di sini dulu ya?

Dan tempat lahir kalian?
Contoh, Tanggerang.

Fiksi adalah pembuatan cerita dari imajinasi pengarang, meski dalam karya tersebut mungkin ada referensi terhadap kejadian atau orang-orang sungguhan. Cerita fiksi bukan cerita yang benar-benar terjadi walau mungkin mengandung beberapa elemen fakta di dalamnya. Jika ingin membuat karya fiksi sendiri, Anda hanya butuh sedikit waktu dan kreativitas.

Bagian 1 dari 5:

1. Memahami Beberapa Kesalahan yang Umum Terjadi dalam Karya Fiksi

memang berharap semoga kecoak tidak memakan buku Anda, tetapi intinya di sini adalah: jika Anda menulis beberapa bab awal yang berisikan orang-orang biasa yang melakukan hal-hal yang juga biasa, tanpa adanya masalah atau tantangan, para pembaca mungkin tidak akan peduli terhadap cerita Anda.[2]

Sebagai contoh, di bab pertama novel Stephanie Meyer yang sangat populer,Twilight, semua konflik dasarnya sudah diberitahukan: Bella Swan, sang tokoh perempuan utama, harus pindah ke tempat baru yang tidak ia sukai dan tidak ada orang yang ia kenal. Ia juga bertemu dengan pahlawan misteriusnya, Edward Cullen, yang membuatnya merasa tidak nyaman sekaligus tertarik. Konflik ini, yaitu perasaan bahwa ia tertarik pada seseorang yang membuatnya kebingungan, kemudian menjadi dasar untuk kelanjutan ceritanya.[3]

Salah satu inspirasi cerita Twilight,yaitu novel Pride and Prejudice karya Jane Austen, juga berpusat pada sebuah masalah utama di bab pertamanya: seorang bujangan baru yang disukai banyak orang pindah ke sebuah kota, dan ibu tokoh utama ingin menjodohkan salah satu putrinya dengan si bujangan karena keluarganya miskin. Sang ibu berharap mereka bisa menikmati hidup di kemudian hari. Masalah mencari suami bagi para putri ini akan membentuk bagian besar novelnya, selain tantangan yang muncul karena sifat si ibu yang suka ikut campur.

Ada yang suka film twilight di sini? Kalau ada mari angkat tangan 🙌

Bukan twilight kuda poni, wkwk

2. Tentukan mimpi-mimpi utamanya.Agar cerita Anda menarik, Anda harus menyiapkan mimpi bagi para karakter di karya fiksi Anda. Mimpi ini tidak perlu terlalu muluk-muluk, tetapi harus penting bagi para karakter. Vonnegut pernah berkata, "Setiap karakter harus menginginkan sesuatu, bahkan jika hanya berupa segelas air".[4] Karakter utama harus menginginkan sesuatu dan takut (atas alasan yang kuat) bahwa ia tidak akan mendapatkannya. Cerita tanpa mimpi-mimpi yang jelas sulit menarik perhatian pembaca.

Sebagai contoh, baik tokoh utama berhasil menjalin hubungan dengan orang yang ia cintai atau mengalami kegagalan bukanlah merupakan akhir dunia bagi semua karakter lainnya, tetapi hal ini tetap sangat penting bagi sang karakter utama.

Terkadang, mimpi-mimpi yang tertulis benar-benar bisa berarti akhir dari dunia ini, misalnya pada seri Lord of the Rings karya J.R.R. Tolkien. Pada cerita ini, kegagalan menghancurkan cincin oleh para karakter akan mengakibatkan kehancuran Middle Earth karena kekuatan jahat. Jenis mimpi ini biasanya cocok untuk karya fantasi dan epik.

3. Hindari karya dialog yang sangat menekankan pada eksposisi. Dialog harus terdengar alami bagi para karakter yang mengucapkannya. Bayangkan hal-hal ini: kapan terakhir kali Anda memberitahu seluruh cerita kehidupan Anda pada orang yang baru Anda temui? Atau membicarakan kembali yang terjadi di pertemuan sebelumnya secara mendetail saat Anda berbicara dengan teman? Jika Anda tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, pastikan karakter Anda juga tidak bisa menjawab dan tidak akan melakukannya.

Sebagai contoh, novel-novel Sookie Stackhouse karya Charlaine Harris, memiliki kecenderungan buruk untuk menghabiskan beberapa bab pertama hanya demi "menjelaskan" semua yang terjadi di episode-episode sebelumnya. Sang narator juga terkadang akan berbicara untuk mengingatkan pembaca tentang siapa seorang karakter itu dan apa perannya. Hal seperti ini bisa mengacaukan penceritaan yang mulus dan mengalihkan perhatian pembaca dari rasa keterikatan terhadap karakter-karakter dalam cerita.

4. Jangan sampai karya Anda terlalu mudah ditebak. Meski banyak karya fiksi mengikuti beberapa panduan yang familier (ingatlah, sangat banyak cerita tentang misi heroik atau dua orang yang pada awalnya saling membenci tetapi akhirnya saling mencintai), jangan sampai Anda menjadi korban gaya bercerita dengan rumus seperti ini. Jika pembaca bisa menebak apa yang akan terjadi, mereka tidak akan menyelesaikan membaca cerita Anda.[5]

Sebagai contoh, Anda bisa membuat novel percintaan yang membuat para pembaca kesulitan menebak akhir cerita bahagia bagi para karakternya. Kesulitan ini bisa Anda tunjukkan melalui situasi yang dihadapi para karakter, atau kekurangan kepribadiannya. Para pembaca akan terkejut saat mengetahui bahwa akhirnya bahagia, terlepas dari semua hal berlawanan yang ditunjukkan dalam cerita.

Akan tetapi, jangan sampai Anda terjebak dalam trik "semua itu hanya mimpi". Akhir cerita yang serta-merta mengubah semua hal yang mengawalinya sangat jarang berhasil, karena para pembaca biasanya merasa mereka telah ditipu atau dikelabui.

5. Tunjukkan, jangan ceritakan. Aspek ini adalah salah satu aturan utama dalam karya fiksi, sekaligus merupakan salah satu hal yang sering dilupakan. Menunjukkan, bukan menceritakan, berarti Anda memberi tahu emosi atau titik-titik dalam sebuah plot melalui tindakan dan reaksi, bukannya memberi tahu pembaca akan apa yang terjadi atau dirasakan oleh seorang karakter.[6]

Sebagai contoh, alih-alih menulis sesuatu seperti Yao marah, biarkan para pembaca menangkap apa yang sedang terjadi: Yao mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah. Trik ini menunjukkan kepada para pembaca bahwa Yao marah, tanpa Anda harus memberitahukannya kepada mereka.

Waspadalah juga akan hal ini pada situasi-situasi berdialog. Misalnya: "Ayo pergi," Jenna berkata dengan tidak sabar." Adegan ini memberi tahu pembaca bahwa Jenna tidak sabar, tetapi tidak bisa menunjukkannya dalam tindakan. Alih-alih menulis seperti ini, tuliskan: "Ayo pergi!" Jenna berteriak dan menghentakkan kakinya ke lantai. Dengan begini, para pembaca masih paham bahwa Jenna sedang tidak sabar, tetapi Anda tidak perlu memberitahukannya secara langsung; Anda telah menunjukkannya kepada mereka.

***

Hoam.. sudah yak segini dulu, soalnya ini part juga panjang. Baca dan pahami biar mudah mengerti.

Kalau ada pertanyaan silahkan tulis di bawah, jangan lupa untuk follow akun aku di sini ChalisaTuha

Tentang KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang