3. Menyangkal

43.1K 5.3K 607
                                    

Seringkali kita menyangkal kebenaran. Berusaha tak mempercayai apa yang hati rasakan. Hingga tanpa sadar, tindakan kita menunjukkan dengan sendirinya apa sebenarnya yang terjadi dalam diri kita.

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

Beberapa bulan kemudian...

Sungguh malang nasibnya.

Bayangkan, masih bujangan, malah jomlo sejak lahir, tiba-tiba harus tinggal serumah dengan sepasang pengantin baru yang sedang mesra-mesranya. Bisa bayangkan bagaimana rasanya? Karena itulah yang Hafizh rasakan ketika adiknya —yang bernama Hanum, ngidam super aneh yakni ingin selalu melihat dirinya ada di rumah itu.

Miris memang. Miris sekali malah. Namun Hafizh tidak punya pilihan lain. Ia tidak dibolehkan pulang selama Hanum masih ngidam, meskipun minggat ke apartemennya, kemungkinan besar Abidzar alias suami Hanum akan menjemput dan menyeretnya kembali. Baiklah, ini semua Hafizh lakukan demi calon keponakannya tersayang.

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Usai membersihkan diri dan memakai pakaian rumahan yang ia bawa dari rumahnya, Hafizh keluar dari kamar, bermaksud untuk meminum air dingin di dapur, merasa haus habis pulang kerja.

Namun sesampainya di sana, pemandangan sudah biasa ia dapati di dapur, dimana sang adik bermanja dengan suaminya. Mencoba tak masalah dengan itu, Hafizh tetap berjalan sambil berdehem menyatakan kehadirannya.

"Ekhm ekhm."

Kedua orang di sana nampak mencari arah datangnya suara deheman yang memang sengaja dibuat-buat oleh Hafizh.

"Anum, Abang pulang, yah." itu bukan permintaan izin, melainkan permohonan. Ya, Hafizh memohon agar ia diizinkan pulang oleh ibu hamil di rumah itu. Dan lagi-lagi, ia mendapati gelengan kepala. Hafizh mendesah pasrah, lalu membuka kulkas untuk mengambil sebotol air dingin untuk ia minum.

"Katanya gantengan Abi dari pada Abang?" sindirnya, sambil mendudukan diri pada salah satu kursi bar yang berhadapan dengan Hanum dan Abi. Hanum turun dari pangkuan Abi dan duduk pada kursi di sebelah sang suami. Hafizh bersyukur akan itu. Adiknya yang polos ternyata bisa menghargai jomlo seperti dirinya.

"Memang iyah," ujarnya, menjawab sindiran Hafizh. Padahal ganteng itu kan relatif. Kalau menurut Hanum lebih ganteng Abi ya karena Hanum mencintai Abi. Sedang bagi wanita yang kelak mencintai Hafizh, sudah pasti Hafizh lebih ganteng dari setiap pria di dunia.

Hafizh tetap cemberut mendengar jawaban singkat Hanum. Kalau memang bagi Hanum Abi lebih ganteng, kenapa Hanum ingin melihat wajahnya terus?

"Terus kenapa ngidamnya pengen lihat muka abang terus?"

"Ya mana aku tahu. Nanti kalau debay udah keluar. Abang tanya deh, kenapa dia pengen uminya lihat muka abang terus."

Jawaban itu tentu tak memuaskan Hafizh sama sekali. Pria itu kembali meminum sebotol air yang digenggamnya. Sementara Hanum kini menopang dagu memandanginya. Aneh memang. Entah kenapa Hanum suka sekali melihat wajah Hafizh. Karena itulah sudah hampir satu minggu Hafizh ada di rumahnya. Abidzar yang mana adalah suaminya tentu tidak keberatan. Ia malah bersyukur karena wajah Hafizh yang ingin Hanum lihat, yang mana adalah kakaknya sendiri. Kalau wajah pria lain, entah nasibnya akan bagaimana nanti. Yang pasti Abi tidak akan tinggal diam.

"Abang kapan menikah?"

"Uhuk."

"Iiiihh, Abang jorok! Lapin meja Hanum!"

Hanum menatap kesal ke arah Hafizh yang sudah menyemburkan air di atas mejanya. Karena tentu Hafizh terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Entah atas dasar apa Hanun memberikannya pertanyaan seputar pernikahan. Tapi ya memang itulah Hanum, asal jeplak saja kalau bertanya.

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang