5. Pengharapan

36.9K 5K 463
                                    

Hanya Allah tempat pengharapan bagi setiap hamba-Nya

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

"Abang, mau kemana?"

Hafizh yang tadi tidak menyadari kehadiran Hanum yang terduduk di sofa —karena berjalan dengan kepala tertunduk melihat ponselnya— kini berhenti dan beralih fokus ke arah sang adik.

"Abang ada urusan sebentar."

"Kemana? Udah malem."

Sontak saja Hafizh melihat jam di pergelangan tangannya. "Baru jam delapan."

"Mau kemana?" tanya Hanum lagi, ia sungguh merasa tak puas dengan jawaban Hafizh.

Dilihatnya pria itu berjalan mendekat, lalu duduk di sebelahnya.

"Abidzar kemana? Kok kamu sendirian?"

"Lagi beli nasi goreng."

"Lah, gak salah? Tadi kan abis makan malem."

"Aku pengen nasi goreng."

Oke, kalau itu Hafizh tidak heran. Akhir-akhir ini Hanum memang makannya banyak. Tapi kalau disindir, nanti dia purik. Jadi Hafizh memilih diam dan fokus menonton tivi.

"Abang gak jadi pergi?" Hanum bertanya lagi sambil melihat penampilan Hafizh yang sudah rapih dan wangi.

"Nanti, tunggu Abidzar pulang. Kamu kan sendirian di rumah."

"Emang abang mau kemana, sih?" Ya, inilah adiknya. Kalau tidak diberi jawaban, bisa sampai besok dia bertanya terus. Keingintahuannya sungguh diatas batas normal.

"Mau beli handphone."

Hafizh tahu, meski ia menjawab, itu bukan berarti ia sudah terbebas dari pertanyaan Hanum. Karena selanjutnya Hanum tetap melayangkan tanya padanya. Dan mungkin akan terus seperti itu sampai Abidzar tiba.

"Emang handphone Abang rusak?"

"Enggak. Abang beli buat orang."

Hanum menyipitkan mata menatap Hafizh, seakan berusaha untuk mencaritahu kebenaran. "Orang atau orang?" tanyanya, yang malah terdengar lucu.

"Ya orang, masa kucing."

"Maksud Hanum, temen atau apa gitu?"

"Abang gak punya musuh."

"Abang gak pacaran, kan?"

"Ya enggak lah."

"Alhamdulillah. Kalau pacaran, nanti aku aduin ke umi sama abi, biar Abang dimarahin."

Ya mending kalau cuma dimarahin. Karena pasti akan lebih dari itu. Tapi sungguh Hafizh tidak pacaran.

"Terus hp nya mau buat siapa?"

"Ada ... anak perempuan di panti."

Hafizh agak bimbang, bukankah Hawa sudah tidak bisa disebut sebagai anak-anak lagi? Ia sudah remaja. Bahkan Hafizh yakin pemikirannya lebih dewasa dari Hanum.

"Ooohhh, gitu. Abang tuh, kalau kasih ke anak-anak jangan handphone. Mainan dong!"

"Tapi anaknya udah kuliah. Handphone bisa digunain buat belajar."

"Ha?! Abang, kalau udah kuliah namanya bukan anak perempuan lagi, tapi perempuan."

"Lah, dia kan juga anak. Kamu perempuan, kan? Kamu juga anak, kan? Anak abi Alan sama umi Ashwa."

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang