Manusia memang bisa berubah. Tapi, kalau lo bisa dapet manusia dengan jalan pikiran yang udah baik dari sananya, kenapa harus repot perjuangin orang di jalan yang salah?
-Kevin--The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma🍁
Ini bukan idul fitri, kan? Bukan hari raya? Bukan hari salam-salaman atau sungkem?
Tapi, kenapa putranya sungkem di depan suaminya yang duduk di sofa?
Ashwa yang baru kembali setelah membuatkan Alan teh hangat tentu tak tahu apa-apa. Yang ia lihat saat sudah kembali adalah putranya yang berlutut sedangkan suaminya menepuk-nepuk punggungnya sambil bilang, "gak papa, jangan cengeng!"
"Ada apa, yah?"
Pertanyaan itu membuat Alan menolehkan kepala. Ashwa pun berjalan mendekat sementara putranya masih belum mengubah posisinya.
Sejujurnya, Hafizh merasa sangat malu menampakkan wajahnya di depan uminya. Ia sangat merasa bersalah.
"Kita pulang kemaleman, dia merasa kesepian di rumah. Maklum, jomlo."
Tapi abinya masih sempat-sempatnya bercanda seperti itu.
"Mas, serius ah!"
Alan malah terkekeh. Sebenarnya ia sudah merasa lega. Lalu dirinya menepuk bahu Hafizh. "Abi maafin. Maklum kalau manusia buat salah. Abi juga sering buat salah, malah gak kehitung. Yang penting, kesalahan yang sama jangan diulangin."
Hafizh mengangguk, lalu dengan mental yang berusaha ia kuatkan, ia mengangkat kepalanya, membuat Ashwa dapat melihat kalau putranya benar-benar menangis.
Wanita itu pun segera berdiri dan mendekat, lalu mengusap kepala putranya dengan lembut. "Abang kenapa?" tanyanya, khawatir dengan hati dan pikiran yang sudah tak karuan.
"Ada yang sakit?"
Hafizh tersenyum, perasaan bersalah semakin besar, air matanya berlinang bersama rasa sesak di dadanya. Ibunya bahkan menganggapnya masih sama seperti dulu. Seperti ia adalah bocah enam tahun yang akan menangis kalau merasakan sakit setelah jatuh. Padahal, yang sudah disakiti disini adalah perasaan sang ibu.
Hafizh berdiri, berhambur memeluk sang ibu dengan tangis yang pecah. Mengingat kebohongannya, kesalahannya, kebodohannya dan menumpahkan segala penyesalannya.
"Mas, Hafizh diapain, sih?"
"Gak aku apa-apain."
Dan seperti biasanya, Ashwa ikut menangis sekalipun ia tak tahu apa-apa.
"Kamu kenapa, sayang? Ayo cerita ke umi? Diapain sama abi? Ini bukan masalah pasword wifi yang abi ganti lagi kan?"
Lihatlah, orang tuanya masih sempat-sempatnya mencoba memecah suasana disaat seperti ini.
"Umi, maafin aku."
"Kamu gak buat salah. Apa yang harus dimaafin?"
"Aku banyak salah. Maafin aku."
"Iya iya gak papa. Umi akan selalu maafin kamu sebesar apapun salahnya. Jangan nangis kaya gini! Nanti jadi tangisan umi yang lebih kenceng."
Hafizh malah tersedu. Sudah belasan tahun ia tidak menangis di hadapan kedua orang tuanya seperti ini. Rasanya seperti ia kembali menjadi seorang anak kecil lagi. Benar memang. Mau sampai kapanpun, seorang anak tetaplah seorang anak-anak di hadapan kedua orang tuanya.
"Udah ah jangan lama-lama pelukannya. Itu istri aku loh, Hafizh."
Nah loh. Hafizh tidak percaya ini. Dari nada-nadanya barusan, abinya terdengar sedang cemburu sungguhan. Dari dulu selalu saja seperti ini, huh. Mau kesal juga susah wong Hafizh lagi merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Secret [SELESAI]
RomanceWARNING!!! BAPER STORY ⚠ Romance - Comedy WISTARA FAMILY Hafizh Ananda Wistara *** Kamu sukanya dia?! Tapi, kalau Tuhan maunya kamu sama aku, kamu bisa apa? -The Swetest Secret- *** Menurut Hawa, jodoh adalah rahasia Tuhan yang paling manis. Jodoh a...