13. Ungkapan dari hati

35.7K 5.4K 1.4K
                                    

Kekuatan do'a akan bekerja bahkan tanpa kamu sendiri sadari.
Percayalah!

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

"Neni udah jelasin gimana pekerjaan kamu?"

"Aku dibantu sama Kak Tania. Soalnya Mbak Neni kan sibuk, Kak."

"Oh yaudah, gak papa. Ayo makan siang."

Hawa diam, ia melirik Tania yang tersenyum menggoda ke arahnya. Sekarang memang sudah waktunya makan siang. Semua orang di situ juga sudah keluar, hanya menyisakan dirinya dan Tania yang membantunya menyelesaikan pekerjaan. Hawa bersyukur di hari pertamanya ini ia sudah mendapatkan teman.

"Tapi Kak, aku udah janji—"

"Gak papa, Hawa. Besok lagi juga bisa," kata Tania sambil ia mengedipkan sebelah matanya. Hawa tahu pasti wanita yang lebih tua dua tahun darinya ini sudah berpikir macam-macam. Padahal Hafizh hanya menganggapnya adik. Hm, kenyataan hidup kadang memang pahit, yah?!

Sebenarnya Hawa memang sudah janji akan makan siang bersama Tania dan bergabung dengan karyawan lainnya supaya mereka bisa lebih akrab. Tapi rasanya tak enak juga menolak Hafizh yang sampai datang menghampiri dirinya. Kalau orang lain yang melihat dari sudut pandang berbeda, pasti mereka akan menyangka Hafizh ada apa-apa dengannya. Kalau dipikir-pikir, apakah wajar seorang petinggi perusahaan menghampiri karyawannya untuk mengajak makan siang bersama?

Dimana coba letak kewajarannya?

"Kamu mau makan siang sama Tania?"

"Gak papa kok, Pak. Bawa aja Hawa nya. Saya nanti gabung sama anak-anak yang lain."

Selayaknya atasan yang tak mau mengalah dan kurang tahu diri  Hafizh pun berkata, "Oh yaudah kalau gitu. Ayo, Hawa."

Lalu pria itu berbalik lebih dulu, seakan tak ingin ditolak. Diikuti oleh Hawa yang menyempatkan diri untuk pamit pada Tania. "Aku pergi dulu yah, Kak."

Tania menganggukkan kepala sambil mengacungkan ibu jarinya. Ah, rasanya Hawa tidak enak dengannya. Padahal karena dirinya Tania jadi terlambat makan siang dan akan makan siang bersama takut yang lain sudah selesai makan lebih dulu. Tapi Hafizh malah datang.

Hawa bukannya tidak senang makan siang bersama Hafizh. Ia hanya merasa tidak tenang. Takut nanti timbul fitnah, lalu terbit masalah. Belum lagi, jantungnya selalu berdebar tak jelas kalau sudah bicara dengan Hafizh. Lalu, kenyataan bahwa Hafizh hanya menganggapnya sebagai adik, membuatnya jadi sakit sendiri. Belum lagi, ada kenyataan bahwa Hafizh sudah mencintai wanita lain. Rasanya, hm... sakit sekali.

Adakah yang bisa menjelaskan bagaimana rasanya ada di posisi Hawa?

Dianggap selayaknya adik oleh orang yang dicintainya. Ironis sekali.

***

Hawa kira, mereka akan makan di kantin perusahaan. Taunya, Hafizh malah membawanya ke restoran. Hawa tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Yang pasti, uangnya pas-pasan untuk membayar makan dan minuman yang tadi ia pesan. Karena yang lain harganya lebih mahal.

Kembali ke Hafizh yang lagi-lagi memberinya pertanyaan. Seperti seorang "kakak" yang takut adiknya di-bully setelah jadi anak baru di sekolah.

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang