10. Spy

34K 5K 559
                                    

Jika Engkau memang ingin mempersatukan kedua hamba, maka tidak ada yang tidak mungkin bagi-Mu.

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

"Udah sore, kok belum pulang? Memang Hawa masuk jam berapa?"

"Berangkatnya sih dari jam delapan, Mas. Mungkin Hawa masih ada urusan di kampusnya. Tapi ... Biasanya minta izin dulu."

Hafizh menghela napasnya. Ia semakin cemas saat waktu sudah menunjukkan hampir pukul enam. Harusnya sejak sejam lalu Hafizh pulang. Tapi ia memutuskan untuk menunggu Hawa lebih dulu. Namun, Hawa tak kunjung tiba. Ditelfon pun tak bisa. Dikirimi pesan tak dibalas. "Kakak" mana yang tidak akan khawatir coba?

Hafizh memutuskan untuk keluar dari teras dan memakai sepatunya. "Saya mau jemput Hawa ke kampusnya."

"Eh, gak usah, Mas. Nanti juga Hawa pulang kok. Dia emang bukan sekali dua kali kaya gini. Mungkin terlalu sibuk jadi gak sempet pegang hp."

"Seenggaknya saya bisa mastiin apa dia baik-baik aja."

Kalau dalam keadaan normal tanpa kecemasan, Aminah pasti tersenyum karena Hafizh sangat mengkhawatirkan Hawa. Dan Hawa juga pasti akan sangat senang. Tapi situasi sekarang tidak memungkinkan. Meski Aminah berusaha menenangkan Hafizh, ia juga tetap sama cemasnya.

Aminah ikut keluar dari teras, hendak mengantar Hafizh sampai ke mobil. Namun, baru dua langkah mereka ambil, sebuah mobil memasuki area panti. Keduanya terdiam di tempat, menunggu siapa yang akan keluar. Hingga kemudian kedua alis tebal milik Hafizh bertaut.

"Kenzo, kamu—"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, seorang wanita keluar dari mobil sambil berbicara pada wanita yang masih berada di dalam. Perasaan Hafizh semakin tak karuan. Apalagi melihat raut Kenzo yang sama cemasnya.

"Ayo pelan-pelan, Wa."

Barulah saat sosok yang dikhawatirkannya nampak di ujung kursi, Hafizh dan Aminah berjalan cepat menghampiri.

"Aku gak papa, Yul."

"Gak papa gimana sih kamu ini!?"

"Astaghfirullah Hawa, kamu kenapa, Nak?"

Wanita yang ditanya itu tersenyum menenangkan kepada Aminah, seakan mengatakan kalau ia tak apa. Sedangkan Hafizh masih terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Ia panik.

"Bu, nanti bisa saya jelasin. Yang penting sekarang bawa Hawa masuk ke dalem dulu."

Hafizh melihat Kenzo yang baru saja bicara. Benar juga ucapan lelaki itu. Kesadaran Hafizh pun kembali. "Kamu bisa jalan?" tanyanya pada Hawa.

"Bisa, kok. Kakiku cuma lecet, Kak. Gak papa."

"Ayo Kakak bantu."

"Eh— ma-makasih, Kak. Tapi aku dibantu sama Bunda sama Yuli aja. Kita kan..." Hawa sengaja menggantung ucapannya, karena Hafizh pasti mengerti dan ia berharap tak melukai perasaan pria itu.

"Oh iya, astaghfirullah. Maaf, Kakak terlalu khawatir."

Hawa tersenyum memaklumi. Ada perasaan senang, namun ia tetap tak bisa memanfaatkan kesempatan ini. Mau bagaimanapun, Hafizh bukan mahram baginya, kan!?

Selanjutnya Hawa dibantu oleh Yuli dan Aminah untuk masuk ke dalam. Sedangkan Hafizh dan Kenzo berjalan di belakang mereka sambil Kenzo membawakan tas Hawa.

Setelah tiba di ruang tamu, mereka duduk pada sofa yang pas sekali diduduki oleh lima orang. Hawa duduk di tengah antara Yuli dan Aminah. Sedangkan Hafizh dan Kenzo masing-masing duduk di single sofa yang berhadapan.

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang