28. Adik Hafizh

34.3K 4.7K 735
                                    

Tersenyum itu mudah. Namun, banyak orang yang lupa bagaimana caranya menunjukkan senyuman yang tulus tanpa perasaan sedang pura-pura bahagia.

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

"Hawa dari jam berapa di sini? Kok aku gak dikabarin?"

"Memang kamu siapa? Jadi suami aja belum."

Haduh, kalau bukan abinya yang bicara seperti itu, sudah Hafizh jitak kepalanya. Tapi karena abinya, ia hanya bisa bilang, "Ya seenggaknya aku calon suaminya."

"Iya dah, yang calon suami."

Hafizh tahu Alan sedang menggodanya. Abinya memang selalu seperti ini.

"By the way, mereka ngapain di luar? Terus kenapa kita suruh di sini aja?" Itulah yang Hafizh pertanyakan sedari tadi. Dirinya dan abinya suruh duduk di ruang tengah. Sedangkan uminya malah membawa Hawa ke luar. Kan aneh.

"Mereka nungguin Hanum. Abi juga gak tau kenapa kita suruh di sini aja. Nyonya besar yang suruh, yaudah ikutin aja."

Astaghfirullah, ternyata mereka suruh duduk di sini tanpa alasan. Tau gitu Hafizh keluar saja dari tadi.

"Hanum sama Abidzar atau dijemput sopir?"

"Sama Abidzar."

Hafizh mengangguk-angguk. Lalu menyandarkan kepalanya sampai mendongak menatap langit-langit ruangan.

"Kandungan Hanum udah masuk empat bulan, yah?"

Hafizh menoleh. "Iya, tadi siang dia laporan. Sempet-sempetnya sms aku cuma bilang, Abang kata dokter debay udah empat bulan di perut Hanum."

Mendengar itu, Alan tertawa. Namun sudut matanya berair. Sebenarnya masih tak menyangka, kalau putri kecilnya sudah benar-benar memiliki keluarga sendiri.

"Udah menikah tapi masih polos banget. Aku rasa Abidzar bener-bener orang yang sabar karena bisa ngehadapin Hanum," ujar Hafizh, kembali menatap langit-langit, kurang suka dengan tontonan sore yang abinya setel di tivi.

"Iya, sejak dulu kan emang selalu kaya gitu. Abi udah yakin kalau Abidzar orangnya."

"Jadi karena itu Abi gak kasih kesempatan ke laki-laki manapun?"

"Iya. Hanum terlalu lugu, terlalu polos, abi jadi gak bisa percaya sama laki-laki lain selain Abidzar. Karena abi udah kenal Abidzar sejak kecil. Jadi rasanya lebih lega kalau Hanum bisa sama dia."

Hafizh tersenyum, sekarang dirinya mengerti mengapa abinya benar-benar menjauhkan Hanum dari laki-laki lain.

"Nanti Hanum Abi suruh tinggal di sini kalau udah lima bulan. Biar ditemenin sama Umi. Kasihan dia di sana sendirian."

"Bulan depan berarti?"

"Iyah."

"Hanum dateng aku udah pergi."

"Jadi kamu gak mau tinggal di sini?"

"Belum aku bicarain sama Hawa sih. Tapi gak enak kalau tinggal di sini. Mau gimana pun, nanti ada Hasan sama Husain. Mereka kan sebentar lagi lulus. Katanya mau sekolah SMA biasa, jadi pasti sering ada di rumah. Nanti Hawa jadi gak leluasa karena ada iparnya. Kalau mereka berdua perempuan sih, iya iya aja. Jadi memang lebih baik aku sama Hawa tinggal di rumah sendiri aja. Kita bisa jadi lebih mandiri juga."

Iya, Alan setuju. Jadi, satu lagi anaknya akan pergi dari rumah. Kok rasanya... Sedih yah. Tapi mau bagaimana lagi? Mau tidak mau, siap tidak siap, Alan tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi.

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang