6. Bersama waktu

38.8K 5.1K 517
                                    

Yeeyy double up ❤

Seneeng gaaakkkk????

Seneeng dooong, biar aku dapet pahala karena membuat kalian bahagia hehe

Oke, langsung baca aja yaaahh














Bersama dengan waktu, setiap hal akan terjawab dengan sendirinya.

Bersama dengan waktu, seseorang akan sadar bahwa sesuatu yang tidak mungkin dan ia tertawakan sebelumnya, menjadi hal yang tidak bisa lagi ia pungkiri.

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

"Tapi Kak, aku kuliahnya sering masuk pagi."

"Gak papa. Dateng aja kalau kamu udah pulang kuliah."

"Emangnya gak papa? Mana ada orang yang dateng kerjanya siang atau hampir sore?"

"Kamu kan magang. Kakak maklum."

Apakah Hafizh terdengar memaksakan keadaan? Ya memang.

Hawa terdiam di sebrang sana. Hafizh tahu kalau Hawa merasa tak enak hati dengan semua ini. Gadis cerdas itu tentu tahu kalau apa yang Hafizh lakukan tidak masuk akal.

"Gini aja deh, Kak. Kalau aku magangnya waktu liburan semester aja, gak papa?"

Ah, iya juga. Kenapa tidak terpikirkan oleh Hafizh. Ia kan jadi tidak terlihat bodoh di depan Hawa kalau sempat memikirkan itu.

"Ide bagus."

"Tapi ... Masih sekitar sebulan lagi."

"Gak papa."

"Beneran, Kak?"

"Bener."

"Alhamdulillah. Makasih banyak yah, Kak Hafizh."

Hafizh tersenyum mendengar itu. "Sama-sama. Kamu sekarang gak kuliah?"

"Nanti masuk siang. Yaudah kalau Kakak lagi kerja, aku matiin, yah. Assalamu'akaikum."

"Wa'akaikumussalam."

Ya itulah Hawa. Tidak pernah basa-basi ditelfon. Kalau kepentingannya sudah tersampaikan, maka ia akan memutus panggilan. Meskipun sebenarnya ia ingin berlama-lama bicara dengan Hafizh. Tapi bisikan setan itu masih kalah dengan kesadaranya karena mengingat Allah.

Hafizh tersenyum sambil meletakkan ponselnya ke atas meja. Diambilnya gagang telfon dari sisi kanan, menghubungi sekretarisnya yang ada di luar ruangan.

"Zul."

"Apa, Bos?"

Jangan heran dengan respons itu. Sekretaris Hafizh yang bernama Zulfan memang sudah bisa disebut sebagai sekretaris lupa daratan. Gak ada formal-formalnya sama bos. Tapi Hafizh tentu tak mempermasalahkan itu.

"Coba kamu cari kursi yang kosong—"

"Kursi kosong buat apa? Buat naro galon? Dispensernya rusak lagi?"

"Enggak, bukan itu, astaghfirullah. Makannya dengerin dulu Bos ngomong."

"Oh iya, siap Bos."

Ingin terkekeh rasanya mendengar kepolosan Zulfan ini.

"Maksud saya kursi kosong di perusahaan. Saya mau masukin orang."

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang