7. Peringatan Alan

36.7K 5K 510
                                    

Hidayah bisa datang kapan saja, melalui perantara apapun.

Bisa jadi, selama ini kita sudah banyak melewatkan kesempatan itu.

Mari renungkan!
Tuhan yang tidak peduli?
Atau kamu yang "buta dan tuli?"

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁



Wanita itu berjongkok guna mengencangkan ikatan tali sepatunya sebelum memulai jogging. Sebuah handuk kecil yang ia bawa sudah ia sampirkan di lehernya. Sedangkan celana training pendek separuh paha dan kaus putih polos kini menjadi setelannya.

Kemudian ia berdiri bertepatan dengan gerbang rumah di depannya yang terbuka. Agak terkejut melihat pria yang keluar dari sana karena setahunya ia tidak berada di rumah. Rachel mengencangkan ikatan rambutnya yang dikucir kuda sebelum akhirnya berjalan ke arah Hafizh yang belum melihatnya dan kini menutup gerbang membelakanginya.

"Hafizh."

"Astaghfirullah."

Pria yang memakai celana training panjang berwarna abu dan kaus pendek berwarna senada itu berbalik dengan cepat sebagai reflek terkejut. Entah sejak kapan Rachel ada di belakangnya.

"Hehe, maaf," ucap Rachel, merasa bersalah karena sudah mengejutkan Hafizh. "Kamu sejak kapan pulang?"

"Tadi malem. Mau jogging?"

Rachel mengangguk, kemudian kembali bertanya, "Hanum apa kabar?"

"Baik. Dia titip salam. Katanya kapan-kapan kamu main ke sana."

"Insyaa allah deh yah. Nanti kamu bilang aja kalau mau ke sana, aku ikut. Malu kalo dateng sendirian."

"Kenapa malu? Kaya gak kenal Abi sama Hanum aja."

"Ya tetep aja lah."

Iya iya, Hafizh mengerti. Dirinya saja kadang merasa malu berada di sana padahal Hanum adalah adiknya. Ya mau bagaimana dong, mereka selalu terlihat seperti baru saja menikah kemarin. Rasanya jadi awkward sendiri.

"Balapan yuk."

"Hm?" Hafizh tak salah dengar, kan? Ya kalau balapan lari, jelas dia yang menang.

"Balapan!" Rachel mengulang.

"Yakin?"

"Oh, jadi kamu gak berani? Takut kalah lagi?"

Hafizh mendengus. Ia memang pernah balapan lari dengan Rachel. Tapi itu dulu, sudah lama sekali. Dirinya pun kalah karena tali sepatunya terlepas. Bahaya kalau terus berlari.

"Aku gak akan kalah kali ini."

Rachel berjongkok. "Yaudah kencengin dulu tali sepatunya, biar gak lepas," sindirnya, sambil pura-pura memegang tali sepatunya.

Hafizh pun turut berjongkok di sebelahnya. Namun, saat ia baru saja melepaskan tali sepatu, Rachel mengambil start lebih dulu dan berlari dengan cepat. Hafizh hanya bisa mengerjap melihatnya.

"Yang kalah traktir bubur ayam."

"Curaaang."

"Hahahaha."

Hafizh tersenyum kecil. Teringat akan masa remaja mereka. Teringat akan masa kecil mereka, dimana ia belum memikirkan semua kerumitan ini.

***

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang