30. Runtuh

34.2K 4.7K 670
                                    

Pada akhirnya, selama apapun dia menghabiskan waktunya bersama kita, kalau Allah berkehendak untuk terpisah, maka akan terpisah.

-The Sweetest Secret-
Adelia Nurahma

🍁

Wanita itu bercermin. Bertanya-tanya, apa yang salah? Kenapa harus berubah? Kenapa harus dipandang sebelah mata? Kenapa harus tertutup? Apa bila ditutup, maka secara otomatis terlihat baik? Jadi kalau seperti ini, maka tidak baik?

Menyurai rambutnya yang panjang, yang sudah lama tak ia cat lagi karena kata seseorang, lebih cantik berwarna hitam. Wanita itu menghela napas. Mengambil syal panjangnya dari atas tempat tidur lalu kembali berdiri di depan cermin. Melebarkan kain tersebut, dan mengerudunginya ke kepala.

Diam. Sorot matanya tertuju pada pantulan dirinya. Entah sejak kapan ada kantung mata di sana. Minggu-minggu ini memang jadi waktu yang sangat buruk. Seseorang menghindarinya tanpa alasan, membuatnya sulit tidur. Sampai akhirnya ia harus bercermin dan memikirkan sendiri apa salahnya. Apa itu karena dirinya tak bisa menjadi sosok yang orang itu inginkan?

Ia kira, dengan berteman dirinya tak akan kehilangan. Tapi ternyata, makin hari makin terasa jarak yang pria itu ciptakan. Dengan alasan konyol kalau laki-laki dan perempuan tidak baik berteman terlalu akrab. Bukankah sudah sangat terlambat untuk mengatakan itu? Sudah puluhan tahun dan Hafizh baru mengatakannya beberapa minggu yang lalu. Rachel yakin ada maksud lain dari kalimat itu. Mungkin... Sekarang sudah ada hati yang harus dijaga.

Dijaga oleh Hafizh.

Siapa dia?

Rachel sangat ingin tahu. Siapa wanita yang berhasil membuat Hafizh berpaling darinya? Setelah belasan tahun, apakah Hafizh benar-benar bisa berpaling?

Bisa jadi.

Sekarang saja, Hafizh sudah mengabaikannya. Bahkan mereka tidak pernah bertatap muka. Terakhir kali, saat insiden di depan komplek itu. Hafizh mengantarnya sampai di depan gerbang. Dan ucapan terakhir yang Rachel dengar adalah nasihat. Entah kenapa, Hafizh senang sekali memberinya nasihat.

"Rachel, kamu harus berhenti main-main. Kamu udah dewasa. Memang gak ada salahnya bersenang-senang. Tapi suatu hari, bisa jadi kamu menyesal karena terlalu banyak bersenang-senang. Jangan mentang-mentang gak ada yang ngelarang, kamu jadi terus bertingkah seenaknya. Aku gak mau terjadi sesuatu sama kamu. Mulai sekarang, coba untuk lebih banyak intropeksi diri. Hidup yang kelihatan sempurna, bukan berarti benar-benar sempurna."

Banyak kata yang tersirat. Namun Rachel mengerti maksudnya. Ia memang merasa hidupnya sempurna seperti ini. Ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Dan bisa melakukan apa yang dia inginkan. Sangat sempurna. Tapi, karena kesempurnaan itu, rasanya malah jadi tidak sempurna lagi. Semakin ke sini Rachel semakin merasa ada yang salah dengan hidupnya.

Hafizh sudah berubah. Ia sering rindu Hafizh yang dulu menjemputnya untuk main bersama. Hafizh yang dulu sering kalah main basket, main bola, dan main bulu tangkis hingga harus berakhir menggendongnya sampai rumah. Rachel sebenarnya heran mengapa Hafizh selalu kalah. Sampai akhirnya ia menanyakan itu.

"Kenapa sih kamu kalah terus?"

"Sengaja."

Rachel menyandarkan dagunya pada pundak lelaki yang sedang menggendongnya, pandangannya yang tadi lurus ke depan kini ia tolehkan untuk menatap pemilik wajah rupawan yang selalu dihiasi senyuman.

"Sengaja?"

"Iya. Kalau aku menang, masa nanti kamu yang gendong aku pulang?"

"Ya emang kenapa? Aku juga kuat."

The Sweetest Secret [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang