MOONLIGHT - Harry Styles Love Story

3

SUDAH DI REVISI, SELAMAT MEMBACA♡

Jangan lupa Vote/Comments

Enjoy!!

●○

Previous Chapter :

Aku takut bila menerimanya, ia akan marah kepadaku. Namun, jika aku menolakya, aku telah mengecewakan dad

"Baiklah, aku menyetujuinya."

●○

Dad langsung mengambil sebuah map berwarna hitam, dan mengeluarkan beberapa lembar kertas A4 yang sudah di staples dengan rapi. Rupanya itu adalah perjanjian dan konsekuensi dari kontrak tersebut. Ada ada saja.

Setelah selesai membaca perjanjiannya, aku melihat ke bagian paling bawah kertas lembar ke 3, yang berisikan tentang penempatan tanda tangan. Ada 4 orang yang menandatangani perjanjian ini rupanya. Oh, 6!

Tertera nama Louis, Harry, dad, lalu ada nama Elliot Elizabeth Herrera, selaku koordinator fake relationship, lalu ada fake girlfriend nya Louis, namanya Elleanor Jane Calder. Rupanya semuanya sudah menandatangani perjanjian konyol ini, terakhir ada namaku dan sama sekali bersih dari coretan.

Aku meraih pulpen yang disediakan oleh dad, lalu ku coretkan dengan tanganku yang gemetar ini di atas namaku.

"Thank you daughter!! You are the best!!" Dad memelukku sangat erat sehingga aku hampir kehabisan napas.

"Dad-bisakah--kau melepas pelukan-mu in-ni?? Aku-hampir-keha-bis-san napas!!" Seruku dalam pelukannya.

"Ugh, im sorry daughter" akhirnya, dad pun melepaskan pelukannya itu. Phew

"Oh iya, kontrak ini dimulai besok. Harry. Besok kau sudah bisa menjadi pacar 'pura-pura' anakku ya!"

●

Aku menuruni tangga dari kamarku dan terkejut akan kejanggalan yang terlihat di meja makan.

"Morning mom, dad.."

"And Harry."

Kenapa pria itu sudah muncul di hadapanku sepagi ini?

"Cmon hun. Kita sarapan. Harry, kau ikut sarapan ya" ujar mom lembut.

"Eh, iya mrs. Aku sudah sar-" "sudahlah, ayo" ujar dad dan merangkul brokoli itu menuju meja makan.

Guess what? Harry duduk disebelahku!! Menyebalkan!! Bisakah ia duduk di kursi lainnya?

○

Perjalanan menuju ke sekolahku sangatlah dingin. Hanya terdengar suara radio saja didalam sini. Aku sesekali berdeham untuk memecah keheningan, namun gagal karena Harry tetap fokus pada jalan.

Sesampainya di sekolahku, Harry menahanku untuk turun. Kukira ia tak bisa bicara lagi.

"Tunggu!" Sentaknya. Aku pun bingung, "what?"