BAB 11

1.5K 135 1
                                    

DEG! Sebenarnya kita apa?, Pertanyaan yang pernah diajukan oleh Dode Angga ketika mereka SMA. Saat itu Laksmi adalah seseorang yang naïve sehingga dengan lantangnya Ia menjawab bahwa mereka bersahabat. Ia membohongi perasaannya. Ia pikir Dode Angga akan sekuat itu menunggunya sampai akhirnya Ia mendapat kabar bahwa Dode Angga menerima pertunangan yang di rencankan oleh keluarganya. Laksmi tidak boleh gegabah. Ia harus memastikan perasaannya terlebih dahulu. Ia tak akan mau kehilangan kedua kalinya.

"Habiskan lah dulu lalu minum obat" Laksmi tidak menjawab. Ia mengalihkan topic membuat Jayden tersenyum sendu. Ia terlau lemas untuk berdebat dengan Laksmi. Jayden mamakan corn soup kesukaannya hingga tandas kemudian meminum obatnya.

Diam-diam ia merekam wajah Laksmi. Ia butuh waktu. Ia butuh waktu untuk menata hatinya. Laksmi tak menjawab pertanyaannya itu berarti Ia tak memiliki arti apa-apa untuk Laksmi terlebih lagi Laksmi sudah memiliki kekasih. Sekarang ia meyakini Lelaki itu adalah kekasih Laksmi atau at least menyukai Laksmi. Mencium kening dan berpelukan bukanlah dua hal yang biasa dilakukan oleh seorang "teman".

Tapi bukankah Laksmi dan Jayden juga melakukannya. Bahkan Jayden sudah pernah tidur seranjang dengan Laksmi. Jayden yakin Laksmi saat ini bingung dengan perasaannya. Satu sisi ia telah memiliki kekasih, dan satu sisi Ia merasa nyaman dengan orang yang baru ia kenal. Jayden juga yakin Laksmi akan lebih memilih kekasihnya yang sudah lebih lama bersamanya, maka Jayden memilih mundur.

Efek obat membuat Jayden mengantuk dan tertidur. Laksmi yang melihat Jayden sudah terlelap berniat untuk mengerjakan pekerjaannya yag menumpuk. Ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan sebulan lagi kontraknya habis dengan Universitas dan Visanya pun sudah akan habis. Ia harus menyelesaikan tanggungjawabnya disini sebelum ayah dan ibunya menyeret Laksmi pulang ke Bali. Laksmi juga yakin, kedatangan Harry kesini bukan hanya untuk mengunjunginya saja namun mengingatkannnya bahwa sudah saatnya ia kembali.

Ia menatap nanar Laptop di pangkuhannya, Ia menatap wajah polos Jayden yang tertidur disampingnya. Lelaki itu sedikit gelisah membuat Laksmi menyengit. Ia memegang kening Jayden yang ternyata panas. Ia meletakan Laptopnya dinakas. Laksmi bergegas mengompres kening Jayden. Jayden masih tampak gelisah. Dengan hati-hati, Laksmi membawa Jayden untuk tidur dipangkuhannya. Wajah Jayden menghadap ke perutnya. Ia menepuk punggung Jayden hingga membuat Jayden tenang.

Pukul 7 Malam Laksmi bangun. Ternyata ia ketiduran. Nampaknya Jayden masih tertidur di pangkuannya. Ia memeriksa suhu tubuh Jayden, masih panas namun tak sepanas tadi. Ia bergegas membuatkan Jayden soup. Kali ini ia membuat soup ayam dengan wortel dan lobak.

Ia membangunkan Jayden kemudian menyuapinya makan dan memberinya obat. Jayden benar-benar lemas. Tubuhnya berkeringan sehingga dengan terpaksa Laksmi mengganti baju lelaki itu dengan kemeja milik Jayden yang sudah ia cuci.

Jayden masih tertidur. Lagi-lagi ia gelisah. Laksmi kemudian memeluk Jayden meletakan kepala Jayden didadanya. Jayden bebalik dan menenggelamkan wajahnya di dada Laksmi mencari kenyamanan seperti seorang anak yang tidur dipelukan ibunya.

Laksmi memeluk Jayden erat sembali menepuk punggung Jayden hingga lelaki itu benar-benar terlelap. Laksmi menatap Jayden yang sudah tertidur. Perasaan apa ini? Jantungnya berdetak kencang saat Jayden memeluknya dan saat melihat senyuman lelaki itu. Ia juga cemas saat Jayden sakit dan mabuk. Ia benci tatapan sendu Jayden. Ia merindukan Jayden yang tersenyum bodoh dan banyak bicara. Apakah Ia mencintai Jayden? Tidakkah ini terlalu cepat?

Matanya mulai mengantuk. Ia pun tertidur menyusul Jayden yang terlebih dahulu terlelap.

Laksmi terbangun cukup siang. Pukul 8 pagi. Namun ia tak menemukan Jayden dimanapun. Sepertinya lelaki itu sudah pulang. Enatahlah sebagian hati Laksmi terasa menghilang bahkan Jayden tidak menunggunya bangun.

Ia berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Ia melihat sepiring omelet dan segelas susu. Sebuah note manarik perhatiannya. Itu tulisan Jayden.

Terimaksih sudah merawatku

Aku membuatkanmu Omelet dan susu. Hanya itu yang aku bisa

Goodbye

Jayden.

Kening Laksmi menyengit melihat kata Goodbye pada note tesebut terasa aneh. Seperti kata perpisahan. Ia selalu menyukai omelet buatan Jayden selalu terasa pas di lidahnya. Padahal biasanya ia tidak terlalu suka olahan telur yang digoreng namun kali ini Omelet menjadi makanan yang patut diperhitungkan.

Ia merasa bosan hari ini. Biasanya ia selalu menikmati kesendiriannya di apartment ini namun semenjak keberadaan Jayden ia jarang merasakan sepinya Apartment saat weekend karena lelaki itu selalu saja memiliki kegiatan dan ide untuk menghabiskan weekend. Namun hari ini terasa berbeda. Laksmi benar-benar bosan. Ia berusaha menghubungi Abangnya.

"Abang, Abang dimana??" rengeknya manja.

Suara kekehan diseberang membuat Laksmi mencabik. Abangnya juga menanjikan Ia akan mengajak Laksmi jalan-jalan nanti malam. Karena aka nada penggelaran di sebuah taman untuk design-design bangunan. Laksmi pun mengerti, Abangnya ke Sydney bukan untuk jalan-jalan melainkan untuk bekerja.

Laksmi kemudian mandi, Hari ini ia berencana untuk pergi ke toko buku dan jalan-jalan. Tak apa! Ia hanya ingin benar-benar mengenal Sydney sebelum ia kembali ke Negara asalanya.

Hari ini Laksmi berdandan kasual dengan jeans dan kemeja membuatnya terlihat seperti anak kuliahan yang berumur 20 tahunan. Kali ini ia memilih mall yang berada di The rock, dekat dengan tempat ia bertemu Jayden untuk pertama kalinya. Ia menyusuri mall, Kemudian ia memilih duduk di starbuck dan memperhatikan setiap orang. Sedari kecil ia tak banyak memiliki teman dan tak mudah dekat dengan seseorang. Ia tidak melakuakn komunikasi seperti anak pada umumnya. Ia lebih suka memperhatiakn gerak-gerik dan perilaku orang disekitarnya tanpa ikut campur apapun.

Dua jam berlalu namun Ia masih betah untuk duduk. Untung saja ia tidak diusir. Ia berjalan menyusuri toko buku. Ia akan membeli novel, Ia mencoba hal-hal baru. Ia mearsa sedikit terlambat, sebulan lagi ia akan meninggal kota ini dan ia baru saja memulai untuk menjelajahi setiap pojok Sydney. Namun prinsipnya takan pernah ada kata terlambat.

Tangannya hendak mengambil buku yang berada di rak nomor tiga. Ia harus sedikit menjinjit karena tinggi badannya yang hanya 152 cm. Sebuah tangan membantunya mengambil buku itu. Ia berbalik menatap mata abu itu, lelaki yang tampan ujarnya dalam hati.

"Thankyou" Ujar Laksmi yang dibalas senyuamn oleh lelaki itu. senyuman lelaki itu cukup manis dengan lesung pipi dikedua sisi pipinya.

"Siapa namanu?" tanya Laksmi

"You can call me Lucas" kemudian berlalu meninggalkan Laksmi. Laksmi tersenyum kemudian ia berbalik ke kasir untuk membayar buku yang ia beli.

Hari ini Laksmi membawa banyak belanjaan. Ia jarang berbelanja sebanyak ini. Biasanya ia hanya berbelanja untuk bahan makanan saja. Sekali-sekali tak apa pikirnya.

Laksmi (From Sydney to Bali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang