BAB 13

1.5K 128 0
                                    

Tiga hari sudah dari hari dimana Laksmi dan Jayden tidak bertemu. Laksmi merasakan hatinya sedikit hampa tanpa ada kabar dari Jayden. Ia juga mulai menyadari bahwa Jayden berarti untuknya, Lelaki yag baru saja datang dalam hidupnya dan mampu mengisi kekosongan yang telah lama ditinggalkan oleh cinta pertamanya. Namun, Ia masih takut untuk terluka karena cinta. Masih ada ketakutan untuk menerima orang di hidupnya.

Laksmi menghela nafas. Besok Harry akan pulang ke Indonesia dan itu berarti Ia akan kesepian lagi. Suasana sepi yang biasa ia sukai ternyata tidak menyenangkan. Melihat Apartmentnya berantakan karena ulah Jayden terasa lebih baik dari pada sekarang. Laksmi menyisir pandangannya. Meneliti apartmennya, Sekelebat kenangannya bersama Jayden terbayang dan membuatnya tersenyum.

Senyuman lelaki itu akhir-akhir ini memenuhi kepalanya dan wajah pias lelaki itu saat pertemuan terakhir mereka kembali terekam seperti kaset dikepalanya. Ia tahu bahwa Ia egois namun yang ia ingin lihat adalah usaha dari Jayden mengingat kebersamaan mereka tidak akan mudah karena ayah Laksmi yang begitu otoriter.

Lelaki tua itu tidak akan mungkin setuju jika Laksmi menikah dan menetap disini. Ia terlalu sayang pada anak-anaknya sehingga untuk melepas Laksmi berkuliah di luar Negeri pun sangat sulit. Laksmi masih ingat Ia diam-diam melamar kuliah di Sydney dan mengatakan kepada Ayahnya sehari sebelum keberangkatan. Kemarahan dan kekecewaan ayahnya saat itu sangat tampak bahkan hingga satu tahun Laksmi berkuliah Ayahnya tidak mau berbicara padanya. Meski Laksmi tahu ayahnya selalu memantaunya enatah melalui Ibu, Adiknya ataupun sepupu-sepupuya.

Tiba-tiba Laksmi merindukan ayahnya. Lelaki yang tak pernah menyakiti hatinya. Ia pun menelpun ayahnya.

"Pakkk" Panggil Laksmi manja

Ayahnya hanya terkekeh. "Ayu kenapa?" bukankah sudah ia bilang bahwa ayahnya sangat memahaminya. Ia sangat peka dengan keadaan putri sulungnya membuat Laksmi ingin pulang Ke Bali. Lima tahun ia belum pulang ke Bali. Sungguh, Ia merasa egois sekarang. Demi egonya Ia meninggalkan keluarga yang mencintainya. Ia akan mengurus semuanya.

"Bulan depan Ayu pulang pak" Ujarnya penuh keyakinan.

Binar bahagia di wajah ayahnya membuat perasaan Laksmi membuncah. Sudah cukup baginya meniti karir di sini. Ia akan kembali. Ia merindukan rumahnya, merindungan kotanya yang sepi dan merindukan keluarganya.

Cukup lama Laksmi berbincang sampai Ia tak menyadari bahwa hari sudah malam. Ia pun mengakriri panggilannya dengan sang ayah. Ia pun segera mengurus surat-surat yang Ia butuhkan.

Hari ini Laksmi akan jalan-jalan bersama Harry abangnya. Harry akan mengajaknya makan mungkin. Ia pun bersiap-siap. Ia mengenakan kemeja dan celana jean panjang. Rambut panjangnya ia ikat. Ia juga tak lupa menggunakan Jacket karena cuaca di Sydney tak menentu.

"Sudah siap?" tanya Harry yang sudah menunggunya.

Laksmi hanya mengangguk. Harry tersenyum mengelus kepala adiknya. Ia tahu akhir ini adiknya kacau dan Ia juga yakin ini ulah lelaki itu. Ia cukup peka, ini persis seperti kejadian saat cinta pertama Laksmi memutuskan untuk bertunangan dengan perempuan Lain.

Ternyata benar, Harry mengajarknya ke café. Ia memilih café privat dan erada di non- skoming area karena Laksmi tak suka asap rokok tertunya.

"Kamu kenapa hmm?" Tanya Harry

Mata Laksmi berkaca-kaca. "Bang, Laksmi takut. Laksmi akan sakit hati lagi. Laksmi akan teruka lagi jika Laksmi membuka hati. Laksmi gak mau menjadi lemah dan Laksmi gak tahu apa mau Laksmi"

Harry mengelus kepala Laksmi sayang. Adiknya memang sangat sensitive sejak kecil namun ia tutupi dengan sifat cueknya. Laksmi adalah anak perempuan sulung, Ia adalah benteng untuk adik-adiknya. Ia tak pernah menangis saat sakit hati ataupun terluka. Ia masih ingat saat Laksmi sakit, Ia tak akan member satu orang pun bahwa Ia sakit. Ia memilih diam dan berharap ada yang menyadari kalau Ia sakit. Harry juga masih ingat, saat Laksmi SMA ia menemukan Laksmi tak sadarkan diri dikamar dengan tubuh panas. Itu membuat Harry cukup ketakutan. Adiknya ini sanagt tertutup tentang perasaannya.

"Coba tanya hati kamu, mau nya apa?"

Laksmi mengela nafasnya. "Laksmi capek bang. Laksmi mau berhenti dan keluar dari ketakutan ini. Laksmi juga mau ngerasain bahagia sama pasangan, dimanja sama pasangan dang ngungkapin perasaan secara gambling"

"You don't have to change yourself. Coba pelan-pelan. Mulai terima apa yang kamu rasa. Kamu berani mengambil keputusan dan harus berani menanggung akibatnya. Sekarang Abang tanya kamu sayang sama lelaki itu?"

"Laksmi gak tahu Bang"

Harry tersenyum "Pikirkan itu dulu, Lelaki itu menyukai kamu. Kalau kamu suka sama dia beri dia kesempatan, jika tidak akhiri semuanya jangan berikan dia harapan"

Laksmi menganguk. Ia akan memikirkan perasaan apa yang Ia punya untuk Jayden. Laksmi cukup lega karena Ia sudah mengungkapkan isi hatinya. Ia berterimkasih kepada Abangnya. Lelaki ini memang tampak cuek dan jahil tapi Ia adalah orang yang bijak disaat yang tepat.

Laksmi dan Harry pun makan dalam keheningan dengan sesekali Harry bercerita tentang keberangkatannya besok pulang ke Indonesia.

Keesokannya Laksmi mengantar Harry ke bandara. Ia meluangkan waktunya sebelum berangkat mengajar. Ia memeluk abangnya sekilas.

"Bye my sweety" Harry mengecup kening Laksmi kemudian berlalu.

Laksmi meninggalkan badara dan menuju ke kampus mengajar sekaligus mengajukan beberapa dokumen sebelum kontraknya berakhir.

Ditempat lain, di Melbourne Jayden menatap keindahan kota itu saat musim semi. Meski tiga hari berlalu namun ternyata Ia masih memikirkan Laksmi. Tak jarang Ia gusar saat melihat seorang berambut panjang dan memiliki perawakan seperti Laksmi. Ia benar-benar merindukan Laksmi.

"Jay.." Panggil Nely pelan membuat Jayden menoleh. Akhirakhir ini Nely nampak berusaha mendekatinya. Ia tahu itu namun sebagai lelaki yang gentle ia tak akan menanggapi itu. Hatinya dan pikirannya tersita untuk satu nama yaitu Laksmi. Ia tak ingin memberikan Nely harapan, itulah juga alasannya selalu menolak jika Nely sudah memulai aksi mendekatinya.

"Ada apa Nely?"

"Anak-anak mau ke Festival, kau tak ikut? Toh syuting sudah berakhir" Jelas Nely membuat Jayden berfikir sejenak.

Syuting yang mereka rencanakan seminggu memang sudah berakhir dalam tiga hari oleh karena itu tiga hari tersisa mereka gunakan untuk berlibur. Pikiran Jayden sedang tidak baikbaik saja Ia butuh Ibunya. Benar Ia akan pulang ke Canberra.

"Aku akan pulang ke Canberra sekarang. Tolong bilang ke anak-anak yang lain aku pulang ke Canberra" Ujar Jayden kemudian bergegas mengambil kopernya.

Nely yang melihat itu pun tersenyum pedih. Ia tahu Jayden sedang tidak baikbaik saja itulah kenapa selama di Melbourne Nely berusaha menghibur lelaki itu meski tak mendapat tanggapan apapun dari Jayden. Ia melihat punggung Jayden menjauh dengan tergesa-gesa.

Jayden sudah sampai di bandara, katakan saja ia gila. Ia memtuskan sesuatu secara mendadak dan tak memiliki perencanan. Jika Laksmi tahu pasti perempuan itu akan memarahi Jayden. Jayden kembali tersenyum mengingat Laksmi.

Laksmi (From Sydney to Bali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang