"Terkadang hati dan pikiran perlu ditenangkan, kita terlalu sering bermain dengan logika dan air mata, hingga lupa jika semua luka ada batasnya!"
***
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 malam, dan Dara baru saja pulang ke rumah dengan alasan kerja kelompok di rumah fauzan - Fauzi. Dara sudah menebak jika akan ada drama baru di rumahnya.
Sebenarnya Dara malas jika harus pulang ke rumah orang tuanya, tapi jika dara tak pulang, keadaan semakin keruh, dan masalah akan berkepanjangan. 'pasti keyla bakal ngadu-ngadu gak jelas' batin Dara yang menebak. Entah kenapa si keyla selalu saja mengadukan hal-hal yang tidak benar tentang Dara, ingin menyelam tapi rasanya tak ada gunanya.
Setelah sampai di rumah, benar saja, Rosa sudah berdiri di belakang pintu dengan tangan yang dilipat di depan dada, amarahhnya tersorot dalam matanya. "Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang, liat adik kamu, habis sekolah langsung pulang, gak kayak kamu kelayapan dulu baru pulang. Kamu itu perempuan, tingkah kayak brandal!" sentak Rosa dengan menonyor kepala Dara, spontan Dara memundurkan badannya, Dara hanya diam dengan menatap tajam lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Dara pun tersenyum yang dia buat-buat,"Apa peduli anda tentang saya? Apakah saya masih hidup apakah saya mati itu sama saja dimata anda karena bagi anda si anak pungut itu yang terbaik." ucap Dara pelan sambil menunjuk Keyla yang sedang duduk santai di sofa.
Keyla adalah anak yang diasuh oleh orang tua Dara sejak beberapa tahun lalu setelah menemukan keyla sedang kebingungan dijalanan. Mereka tidak mengadopsi Keyla, dia tidak ingin mengikat Keyla jika suatu saat orang tua Keyla menginginkan Keyla kembali.
"Plak!" Suara tamparan mengema nyaring, tangan lembut Rosa menampar keras pipi kiri Dara sampai memerah. Air mata Dara menerobos keluar tanpa izin. Sakit di pipi ini memang tak seberapa, lebih sakit lagi saat kenyataan yang menampar seolah memberi tau jika Dara memang tak lagi disayang I.
Fino iku mendatang i Dara dan Rosa yang masih berada di belakang pintu dengan tangan yang memegangi pipi kiri nya yang memerah
Suara lantang itu meneriaki Dara yang sedang terpaku, "Jaga ucapanmu Dara! Dia saudari kamu. Gak sepantasnya berucap seperti itu!" Kafa yang baru saja keluar dari kamar nya mulai sadar akan pertengkaran yang terjadi, lantas dia berlari menghampiri sang adik lalu mendekap tubuh Dara, Dara semakin larut akan tangisannya, Kafa mengusap lembut pipi Dara sambil berkata, "Kenapa sih kalian selalu aja beda-bedain antara Dara dan Keyla? Dara itu anak kandungmu mah pah. Papa gak perlu percaya sama dia, dia itu penipu!" Tunjuk kaga pada keyla.
"Kamu bela dia?" sentak Fino. "Iya. Papa mau benci sama aku juga? Udahlah pah--" Kafa menghentikan ucapannya saat Dara mencengkeram erat tangan nya, ya Kafa tau apa yang Dara maksud.
Dara tersenyum paksa, "Aku tidak punya satu saudari pun pah. Bagaimana bisa kalian lupa? Oh iya ternyata aku yang lupa kalo kalian udah berubah." ucapnya dengan nada gemetar. "Kalian tidak memberi hak yang seharusnya menjadi milikku."
"Hak apa yang kamu bicarakan? Apa yang kurang dari kamu? Harta? Atau—" Dara menyala ucapan Rosa, "Kasih sayang seorang ibu dan ayah! Apa anda pernah menyayangi saya? Iya memang pernah, tapi itu dulu! Sejak si anak pungut itu belum datang." ucap Dara
Plak!Kini Dara mendapatkan tamparan di pipi Kanannya, waw begitu lengkap. Dara kembali memegangi pipi Nya."Pah!" teriak Kafa.
"Kami selalu menyayangi kamu! Hanya kamu saja yang tidak mengerti."
Kafa menarik Dara untuk mengajaknya kembali ke kamar, tapi Dara menolak. Dia akan mengungkapkan semuanya disini sampai kedua orang tuanya sadar. "Sayang apa yang anda maksud? Menyayangi dengan cara diberi uang? Iya? Aku tidak butuh uang! Aku hanya butuh cinta seorang ayah dan ibu!" Dara menatap kearah Keyla yang juga menatapnya "Dan aku tidak pernah menerima sepeser uang yang kalian berikan sejak kedatangan anak pungut itu. Kemana uang itu? Uang itu hilang seperti kasih sayang kalian dan dialah yang merebutnya." ucap Dara lalu pergi ke kamar bersama Kafa. Dara melewati Keyla yang sedang duduk santai di depan tv tanpa menghiraukan pertengkaran yang terjadi. Dara berhenti sejenak di hadapan Keyla, menatap benci Keyla. Dara tak peduli akan tatapan ibu dan ayah nya "Puas kan lo?" sisnis Dara dengan senyum Devil nya lalu menginjak keras jari jemari Keyla "Awwshh, Dara sakittt!" Keyla meringis kesakitan sampai camilan yang tadinya di pangkuannya tumpah ke lantai. "Dasar Bitch!" Dara tak memperdulikan Keyla dan melanjutkan jalan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAY OF LOVE [ REVISI ]
Teen FictionTAHAP REVISI Perjodohan yang dilakukan orang tua memang konyol!! Seseorang yang saling bermusuhan, yang bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan disatukan dalam suatu ikatan? Akan kah hubungannya tidak akan bertahan lama? Atau malah saling mencintai...