Taehyung sekuat mungkin menahan rasa sakit yang kini menghujam dada kirinya. Detak jantungnya masih berdetak begitu cepat, terlihat dari jam tangan yang ia kenakan karena jam tangan itu terus berbunyi nyaring menandakan bahwa kondisi detak jantung Taehyung masih belum stabil.
Mbak Rara di buat panik bukan main saat mang Ujang datang memasuki rumah dengan memapah Taehyung yang sudah terlihat sangat lemas, dan disinilah mereka sekarang di ruang tamu utama.
"Aduh abang, kenapa bisa kaya gini?" Tanya mbak Rara khawatir sekali dengan keadaan Taehyung yang tidak bisa di bilang baik.
"Eung, hah..hh.." Taehyung tak bisa menjawab, ia masih berusaha untuk menetralkan detak jantungnya.
Pip..pip..pip.. Suara jam yang melingkar di lengan Taehyung kembali berbunyi nyaring.
"Shh s-sakit.." Rintih Taehyung pelan.
"Tahan bang, bentar lagi pak Jumyeon nyampe." Ingin sekali mbak Rara menangis saat ini, namun masih mencoba menahanya.
Kondisi Taehyung benar-benar sangat memprihatinkan, wajahnya sudah pucat pasi, bibirnya sudah membiru dengan noda darah di sekitarnya karena Taehyung terus menggigit bibirnya, rambutnya sudah basah oleh keringat.
"YA TUHAN TAEHYUNG!"
Akhirnya mbak Rara dapat bernafas lega saat mendengar pekikan dari Jumyeon yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Alhamdulillah, Pak Jumyeon datang juga."
Jumyeon langsung saja menghampiri Taehyung yang sekarang tengah duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Abang.." Panggil Jumyeon pelan seraya mengeluarkan beberapa alat kedokteran yang ia bawa.
"S-sakit dad hiks..eungh hah hh.." Rintih Taehyung diiringi dengan isakan pilunya.
"Tahan ya bang."
Jumyeon pun mulai meriksa Taehyung dengan telaten dan ia mulai mengeluarkan suntikan baru beserta obat yang biasanya memang khusus di gunakan oleh pasien penderita jantung bawaan. Tanpa menunggu lagi Jumyeon langsung menyuntikan injeksi itu pada lengan Taehyung.
"Bernafas dengan perlahan, bang.. Tarik perlahan, keluarkan perlahan." Jumyeon memberi intruksi pada sang keponakan agar Taehyung bisa kembali bernafas dengan normal namun ya memang tak semudah itu.
"Pake nasal atau mask oksigen ya bang?" Tawar Jumyeon yang hanya di gelengi lemah oleh Taehyung.
Perlahan pernafasan Taehyung sudah kembali membaik, meski tak dapat di pungkiri bahwa Taehyung masih sedikit kesulitam dalam mengambil oksigenya. Obat yang si suntikan tadi sepertinya sudah mulai bereaksi, terbukti dengan jam tangan itu perlahan bunyinya mulai tak terdengar lagi.
"Ke kamar ya bang? Biar dady periksa lebih lanjut, abang kayanya butuh infus sama oksigen." Bujuk Jumyeon seraya mengusap surai Taehyumg dengan lembut.
Namun, lagi lagi Taehyung hanya menggeleng lemah. "A-adek p-pergi, dad.." Lirih Taehyung membuat kedua alis Jumyeon mengernyit heran.
Ia lantas menoleh pada mbak Rara yang belum beranjak dari tempatnya. "Apa maksudnya? Ada apa, Ra?" Tanya Jumyeon.
"Saya juga ga tau apa yang terjadi pak, tadi saya lagi di belakang terus kaget tiba-tiba mang Ujang yang teriak teriak sambil mapah abang yang udah kesakitan. Dan untuk Yeonjun, memang yang saya tau akhir-akhir ini Yeonjun lagi marah sama bapak, ibu, kakak dan abang tapi saya kurang tau kalau adek pergi." Jelas mbak Rara yang di angguki paham oleh Jumyeon. Ia tau apa yang sebenarnya terjadi, keduaa anak kembarnya sudah menceritakan masalah yang sedang terjadi dengan keluarga adiknya ini.