Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Asap rokok mengepul ke udara dan tertiup oleh angin yang berhembus sedikit kencang pagi ini. Entah sudah berapa batang rokok yang Jimin hisap, namun yang jelas dengan menghisap benda itu dapat membuat dirinya menjadi lebih tenang. Ia juga sepertinya tak berniat beranjak dari tempat duduk yang ia duduki sejak semalam itu.
"Jim, udah woy! Gila lo, udah habis berapa batang?!" seru salah satu teman Jimin yang bernama Rio.
"Iya Jim! Lo mu mati? Ngabisin sebungkus rokok dalam satu malam anjir?!" tambah temannya yang lain bernama Boy.
Kalian pasti sudah tau bukan siapa itu Boy dan Rio? Yah, keduanya adalah teman Jimin yang saat itu ketahuan merokok bersama di belakang sekolah, dan ketiganya sampai saat ini masih berteman.
"Bacot lo semua, biarin gue tenang." sahut Jimin dengan nada santainya seraya menatap kosong ke arah jendela.
"Bacot bacot! Lo enak ngatain kita bacot mulu, lah kita degdegan bego! Kalau lo sampe katauan ngerokok lagi gimane? Kite juga yang repot sayang, ih gemes bat dah gue!" cerocos Rio.
"Bener tuh apa kata si Rio, apalagi kalau sampe kembaran lo tau, wah bisa berabe ntar urusanya." tambah Boy.
Jimin hanya tersenyum kecil, enggan menanggapi penuturan kedua temannya itu. Ia lalu kembali menghisap rokok yang ada di tangannya.
Sebenarnya sudah sejak kemarin Boy dan Rio melarang Jimin merokok, namun emang dasarnya si kakak yang keras kepala kekeuh ingin merokok juga dan mengancam tidak akan mau berteman dengan mereka lagi kalau Boy ataupun Rio melarangnya untuk merokok.
"Gue ga tau sebenernya lo ada masalah apa, cuma menurut gue mending sekarang lo pulang terus istirahat bro! Wajah lo pucet banget, semaleman ga tidur dan malah ngerokok." ucap Rio seraya menepuk pundak Jimin.
"Jim, gue tau mungkin masalah lo emang bukan masalah kecil tapi ga kaya gini juga caranya, lo diem di kostan gue dari kemarin sore, ga makan ga minum cuma ngerokok doang. Please Jim, apapun masalahnya selesaikan baik-baik," Boy menjeda ucapannya lalu menghela nafas sejenak,
"inget Jim, ada adek-adek lo yang mungkin saat ini lagi butuh lo, inget juga lo pernah janji sama Taehyung buat ga ngerokok lagi, jangan sampai kembaran lo kecewa." lanjut Boy dan hal itu berhasil membuat Jimin menoleh.
"G-gue," ia menatap kedua temannya bergantian.
"Gue tau lo kuat, bro! Pulang, mereka pasti butuh lo." ujar Boy lembut seraya tersenyum tulus.
Jimin menunduk, rokok yang ada di sela jari telunjuk dan jari tengah itu pun meluncur begitu saja ke lantai bersamaan dengan air mata yang menetes di kedua pipinya.
"Pulang bro." bisik Rio dengan masih menepuk-nepuk pundak sang sahabat.
Jimin hanya bisa diam sembari terisak pelan, ucapan Boy maupun Rio memang benar adanya. Tidak seharusnya ia seperti ini, tidak seharusnya ia menghindari masalah dan malah melampiaskannya dengan merokok satu bungkus penuh. Seharusnya Jimin bisa lebih kuat untuk kedua adiknya.