30. perpisahan yang sesungguhnya

6.6K 793 219
                                    

Pagi ini adalah pagi yang sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya untuk Jimin, Yeonjun, terutama sang bunda -Jin-. Jika biasanya mereka akan sarapan pagi bersama dengan Namjoon dan Taehyung, maka sarapan kali ini terpaksa harus dilalui tanpa kedua orang tersayang mereka. Jika biasanya Jin yang akan memasak dan di bantu oleh bi Minah, maka kali ini mereka harus makan masakan yang sudah di sediakan oleh pihak F&B di Hotel yang mereka tempati sekarang.

Yah, setelah kepergian Jin dan kedua anaknya dari rumah kemarin, mereka pun memutuskan untuk menginap sejenak di salah satu Hotel ternama yang jaraknya lumayan jauh dari rumah mereka. Jelas saja ini bukan Hotel milik Namjoon, karena Jin tidak akan sebodoh itu bukan?

Saat ini Jin, Jimin dan Yeonjun tengah berada di restaurant area untuk melakukan ritual pagi mereka, sarapan.

"Adek mau makan sama apa hm?" tanya Jin lembut pada si bungsu.

"Omlet aja deh bun sama sereal juga," jawab Yeonjun.

"Oke deh, kalau kakak mau sama apa?" kali ini Jin bertanya pada si sulung.

"Pancake sama waffle aja deh kayanya bun, lagi ga nafsu makan." jawab Jimin membuat sang bunda tersenyum sendu.

"Yaudah mau bunda ambilin makanannya?" tawar Jin.

Jimin menggeleng pelan, "gak usah bun, nanti Jimin aja yang ngambil sendiri hehe." tolaknya halus.

"Oke deh kalau gitu bunda ambilin makanan buat adek aja, kakak tunggu dulu ya jagain adeknya."

"Oke bun!"

Setelah itu Jin pun tersenyum lantas berlalu meninggalkan kedua anaknya untuk mengambil beberapa makanan yang sudah tersedia di restaurant tersebut.

"Kak," panggil Yeonjun.

"Hm?" sahut Jimin tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.

"Gue kangen abang," lirih Yeonjun dan itu berhasil membuat Jimin terpaku sejenak.

"Abang lagi apa ya, abang kambuh ga ya kira-kira? Njun takut abang sakit,"

Jimin tersenyum kecil seraya mengusap surai sang adik bungsu, "abang pasti baik-baik aja, karena abang udah janji bakalan baik-baik aja sampai kita pulang nanti dek," ucap Jimin.

"Kapan kita pulangnya? Kenapa kita harus kaya gini sih, kak?" tanya Yeonjun diiringi dengan air mata yang menetes di kedua pipinya.

"Gue juga ga tau Njun, ya gue tau gue ga bisa buat ayah sama bunda untuk tetap sama-sama," jawab Jimin pelan.

Tak lama Jin datang dengan membawa beberapa makanan, lalu ia meletakan makanan itu di meja.

"Eh adek kenapa? Sakit lagi, nak?" panik Jin saat melihat jejak air mata di pipi si bungsu.

Yeonjun menggeleng pelan, "Njun ga apa-apa kok bun," jawab Yeonjun seraya menyeka air matanya.

"Bener?"

Jin tak langsung percaya, dirabanya lah kening si bungsu, "masih hangat, sekarang adek makan yang banyak ya terus udah gitu di minum obatnya."

"Um!"

Ah iya, jadi semalam itu Yeonjun sempat mengalami demam tinggi. Hal itu jelas membuat Jin dan Jimin panik bukan main. Namun untung saja di hotel ini memiliki pelayanan dokter, jadi Yeonjun bisa langsung di tangani.

"Bun, aku mau ambil makanan dulu ya," ucap Jimin yang diangguki oleh sang bunda, lalu ia pun beranjak dari duduknya.

"Kak?" Jin meraih lengan si sulung sebelum pergi.

We Are Brother✔ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang