36. kesedihannya

7.2K 836 420
                                    

"Jimin koma. Kecelakaan itu membuat beberapa tulang rusuknya patah hingga menusuk pada organ paru-paru nya dan hal itu mengakibatkan paru-parunya terluka sangat parah, dan mengalami pendarahan yang hebat. Kalaupun Jimin bisa kembali bangun dia harus mendapat donor secepatnya karena saat ini paru-parunya sudah rusak parah, kalau tidak Jimin tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Saat ini hanya alat-alat kedokteran yang bisa menompang hidupnya, tapi jika dalam waktu 1 atau 2 hari Jimin belum sadar, entah apakah dia masih bisa untuk melewati hari ketiganya, hanya kekuatan do'a dan tangan Tuhan yang mampu menyelamatkannya."

.

.

Ucapan dokter Kevin pagi tadi terus terngiang di kepala keluarga Kim Adijaya. Semuanya masih menangis dan tak ada yang baik-baik saja, semuanya shock berat, tubuh mereka luar biasa lemas seketika. Apalagi saat mereka melihat tubuh lemah tak berdaya Jimin yang baru saja di pindahkan ke ruang ICU beberapa saat lalu yang mampu membuat hati mereka bergetar hebat, bahkan mereka tak sanggup untuk menatap tubuh lemah itu walau hanya 1 detik.

Jiwa Namjoon dan Jin terguncang bukan main. Sang anak tengah masih berjuang di ruang ICCU sana, dan kini mereka harus di paksa menerima kembali cobaan melewati anak sulung mereka yang saat ini juga tengah terbaring lemah di ruang ICU. Kedua anak kembar mereka tengah sama-sama berjuang untuk mempertahankan hidup mereka.

Namjoon yang baru saja mendonorkan banyak darah untuk Jimin pun harus kembali tegar dan kuat, meski saat ini tangannya terhubung dengan selang infus, namun hal itu tak membuat Namjoon terlihat lemah. Ia kuat, ya ia memang harus tetap kuat untuk istri dan anak bungsungnya yang saat ini sangat sangat rapuh.

Sedangkan Jin, si bunda cantik tak henti-hentinya menangis di pelukan bunda Kim. Raut wajahnya sudah pucat luar biasa, matanya memerah dan sembab sebab terlalu banyak menangis, kedua netra indahnya yang biasa memancarkan kehangatan kini berubah, kedua netra itu terlihat seperti keputus asaan.

Saat ini Namjoon dan Jin sedang berada di luar ruang ICU, sedangkan yang lainnya menunggu di ruang tunggu. Sepasang suami istri itu menatap sendu sang anak sulung yang tengah terbaring tak berdaya di dalam sana. Alat-alat kedokteran yang menempel di tubuh Taehyung jika ia kambuh, kini menempel juga di tubuh sang kakak untuk pertama kalianya, bahkan alat-alat yang menopang hidup si sulung itu lebih banyak.

Tangan Jin terangkat pelan untuk menyentuh kaca yang menjadi penghalang baginya untuk memeluk tubuh sang anak sulung.

"Kuat ya kak, bunda tau kakak anak yang kuat. Kakak harus bangun, harus sembuh, ada abang sama adek yang nunggu kamu sayang,"

Namjoon dan Jin sebenarnya ingin sekali masuk kedalam sana, namun dokter Kevin tak memperbolehkan satu orang pun untuk masuk ke ruangan sana. Mereka hanya bisa melihat lewat kaca yang ukurannya pun tak seberapa.

"Kak kuat ya? Bunda bingung, bunda gatau harus bilang apa kalau abang bangun nanti. Kalau abang nyari kakak gimana? Bunda harus jawab apa, nak?" gumam Jin seraya mengusap kaca itu dengan pelan. Namjoon yang berdiri di sampingnya pun menggenggam tangan Jin dengan sangat erat.

"Jagoan ayah kuat! Inget ga dulu waktu kak Chim masih kecil, kak Chim pernah janji sama ayah untuk jaga abang, adek sama bunda sama-sama? Ayah percaya kakak ga akan pernah ingkar janji. Bangun yuk jagoan,"

"Karena tanpa kakak ayah benar-benar rapuh,"

"Kalau kakak ga bangun nanti siapa yang nemenin ayah minum kopi? Nanti siapa yang bakalan jadi partner ayah buat jaga abang, adek sama bunda hm?"

"Bunda kangen kakak manggil bunda es bunbun, kangen banget. Kakak bangun ya, nanti kalau kakak bangun kakak boleh manggil bunda esbunbun sepuasnya hiks," Jin tak hentinya menangis, bunda cantik itu kini menyandarkan kepalanya pada bahu Namjoon.

We Are Brother✔ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang