"EMBUN!"
Shamira menggeleng-geleng tak percaya. Ada seorang anak perempuan berumur tujuh tahun sedang terbaring di tempat tidurnya. Kamarnya sudah seperti kapal pecah, batal-bantal berserakan di mana-mana dan dia? Dia tidur dengan nyamannya sambil memeluk boneka beruang kesayangannya?
Shamira memunguti semua bantal yang berserakan di lantai. Matanya tak henti-henti menatap kesal bocah itu. Ia ingin menarik kakinya sampai dia terjatuh atau menyiram wajah dia mengunakan air. Kadang, Shamira tidak bisa lama-lama bersabar kalau sudah berhubungan dengan bocah bar-bar seperti Embun. Jangan suka terkecoh dengan nama seseorang. Kalian pasti berpikir seseorang bernama Embun pasti baik, cantik, sejuk bak embun dipagi hari. Nyatanya tidak seperti itu, dia jauh sekali dari kata sejuk. Boro-boro sejuk, yang ada setiap melihatnya ia langsung emosi.
"Eem! Bangun Em! Bangun gak lo atau gue sikat!"
Embun mengerjap-ngerjapkan matanya sok imut. Shamira memutar bola matanya malas, jika dia bukan sepupunya ia sudah mencabik-cabik pipi gembulnya.
"Eh Kak Shami," panggil Embun bangkit dari posisi tidurnya.
"Apa!" ketus Shamira.
"Kok Kak Shami ketus banget sama Embun. Emang Embun salah apa?" tanya Embun sok polos.
Shamira terkekeh gemas. Sudah mengacak-ngacak kamarnya dia tidak sadar juga? Astaga anak ini memang sangat menggemaskan. Ya, menggemaskan untuk digantung di ujung monas.
"Kamu, kan? Yang udah ngacak-ngacak kamar Kakak?"
Embun menggeleng cepat. "Bukan Kak! Kakak tau gak sih, kalau fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan," kata Embun sok bijak.
Shamira tertawa lagi, muak dengan tingkah Embun. "Berarti, kalau Kakak bunuh kamu gak papa dong? Kan kata kamu fitnah yang lebih kejam," balas Shamira mengangkat kedua tangannya seolah ingin mencekik Embun.
"Nanti Embun bilangin Tante Rara mau? Atau Kakak Sam? Nanti Kak Shami dijewer lagi, sumpah! Embun seneng liat Kakak dijewer," ucap Embun sambil tertawa cekikikan sedangkan Shamira hanya bisa menatap Embun datar, seolah mengatakan 'masih gue liatin'.
"Dasar sepupu laknat!" maki Shamira gemas.
"SHAMIRA," tegur Samudra di luar kamarnya.
Shamira mendengus kesal, sementara Embun semakin tergelak dalam tawanya. Ia menarik dan mengembuskan nafasnya pelan, mencoba untuk bersabar.
"Kak Shami denger?" Embun menunjukan telinganya. "Ada Kak Sam! Tadi Kak Shami dipanggil, pasti mau dijewer hahaha." Embun menjulurkan lidahnya meledek setelah itu dia pergi berlari keluar dari kamarnya.
"Sabar Sham."
"Oke sabar dulu. Kalau ada kesempatan, gue langsung sikat!"
"Sikatnya sekalian pake sikat WC. Palingan badannya langsung merah-merah," ucap Shamira sambil cekikikan sendiri. Fiks dirinya sudah gila karena bocah satu itu.
OoO
Seselesainya makan malam. Shamira menyelesaikan tugas membuat karya tulis Ilmiah. Mengerjakan tugas ini seperti ingin skripsi saja. Sudah tahu Shamira tidak terlalu pandai menyusun kata-kata. Otaknya ini hanya pintar di pelajaran hitung menghitung. Kalau disuru untuk membuat sebuah novel, ia mundur lebih dulu. Jika ada pelajaran yang berhubungan dengan buku Novel, ia langsung menghubungi Maminya yaitu Aksya. Dia, kan penulis hebat. Ia sangat yakin sekali kalau Jessica, akan menuruni bakat Maminya itu.Kentang goreng dan jus mangga sudah setia menemaninya mengerjakan tugas. Tangannya mengetik tapi mulutnya tak berhenti-berhenti mengunyah makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shanand
Novela Juvenil[SEQUEL RAIRA2] 🍂Dimohon untuk tidak plagiat [Bhatia Series 3] Namanya Shamira. Ia seorang selebram dan youtubers terkenal. Dia sedang mendekati seorang pria berkacamata. Ia mendekati dia bukan karena sebuah taruhan atau truth or dare dari orang, b...