"Dari mana saja kau Shami? Kenapa kau lama sekali?" tanya Samudra berdiri di hadapan Shamira. Samudra melipat kedua tangannya di dada, menatap adiknya dengan tatapan intimidasi.
Shamira diam, tadi ia tidak langsung pergi ke rumah sakit karena ada urusan sesuatu. Ia pergi ke rumah utama, memastikan Vana-sepupunya baik-baik saja. Namun tidak, kondisi Vana sangat memprihatinkan. Dia dikunci di kamar mandi oleh kakaknya dan---dia juga berniat untuk mendonorkan sebelah ginjalnya untuk Shila. Bukan! Bukan berniat tapi sudah dilakukan dan ia sendiri yang menjadi saksi atas kebodohan Kakak sepupunya.
"Abang bertanya padamu Shamira. Bunda dan Ayah sangat khawatir."
"Maaf Bang. Shami--Shami kejebak macet. Ban mobil Vhifi juga bocor jadi Shami cari angkutan umum," ucap Shamira berbohong.
Samudra menarik lengan Shamira ke dalam dekapannya. "Maaf Abang udah buat Shami takut. Abang cuma khawatir sama kamu Sham."
"Maaf juga udah buat Abang khawatir."
"Jangan diulangi ya. Apalagi handphone kamu gak aktif," ucap Samudra khawatir.
"Iya maaf hm... Bang? Shila gimana?" tanya Shamira.
Samudra melepaskan pelukannya. "Kondisi Shila membaik. Ginjal dia rusak tapi untunglah ada seseorang yang mau mendonorkan ginjalnya untuk Shila.
"Siapa Bang?"
"Entahlah. Dia sudah meninggal. Sungguh mulia hatinya ya."
Shamira mengigit bibir bawahnya pelan. Menahan air mata yang sudah ada di pelupuk matanya. Rasanya sangat sakit sekali, melihat semua orang bisa bernafas dengan lega sedangkan dirinya sedang ketakutan.
"Shami mau ke kamar," pamit Shamira, cepat-cepat ia menyembunyikan wajahnya. Air matanya mengalir dengan sangat deras.
Sesampainya di kamar, Shamira menutup pintunya rapat. Ia menyederkan tubuhnya di pintu. Tangannya memukul-mukul pahanya kencang. Meluapkan segala kesedihan yang menimanya hari ini.
Tubuhnya melorot ke bawah. Vana difitnah, kakak kandung dia sudah memukuli dan mengurungnya di kamar mandi. Ia yakin Vana tidak mungkin mendorong Shila. Ia sangat yakin kalau Vana sangat menyayangi Shila. Mereka saudara bagaimana mungkin Vana tega meyiapkan maut untuk Shila? Dan lagi, Vana yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk Shila.
"Tuhan pasti adil hiks. Gue benci mereka semua!"
OoO
Shamira mengamati layar handphonenya. Di sana ada pesan Anand dan Vhifi bertumpuk di roomchat. Ia mengembuskan nafasnya pelan. Seharusnya hari ini ia, Anand dan Vhifi berencana untuk ke panti asuhan. Tapi melihat kondisi keluarganya sedang genting, ia membatalkan semuanya.
Ia menuruni tangga dengan langkah cepat. Hari ini ia ingin pergi ke rumah utama memastikan kondisi Vana. Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, di sini sepi ke mana semuanya? Ah, iya. Mereka pasti ke rumah sakit.
"Neng Shami?" panggil seseorang membuat Shamira menoleh.
"Oh Bi Erna? Kenapa Bi?"
"Nyari A' Samudra ya?" tanya Bi Erna dibalas anggukan oleh Shamira. "Dia udah pergi ke rumah Tuan Devano. Silakan makan dulu Neng. Bibi udah buatin Neng Shami sarapan."
Shamira menggeleng. "Enggak Bi. Shami langsung pergi aja."
"Tapi Neng. Makanannya?"
"Buat Bibi aja. Ajak Ily makan di sini, kalau gitu Shami pamit dulu." Setelah mengatakan itu Shamira bergegas pergi keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanand
Roman pour Adolescents[SEQUEL RAIRA2] 🍂Dimohon untuk tidak plagiat [Bhatia Series 3] Namanya Shamira. Ia seorang selebram dan youtubers terkenal. Dia sedang mendekati seorang pria berkacamata. Ia mendekati dia bukan karena sebuah taruhan atau truth or dare dari orang, b...