23. Drama Cinta🍂

2.8K 199 16
                                    

Perjalanan Shamira dan Anand berujung ke tukang sate ayam. Setelah beberapa kali Shamira berdebat dengan Anand, akhirnya dia menyerah juga karena perutnya keroncongan. Anand melirik Shamira, bibir dia mencebik kesal. Bukankah ia harus senang sekarang? Shamira mencintainya juga. Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi---bagaimana kalau seandainya ia dan Shamira berpacaran lalu ketahuan oleh keluarga Shamira? Ia yakin mereka akan menyuruhnya untuk menjauh dan ia tidak bisa jauh dari Shamira.

"Kenapa lo jadi bete banget sih Mir?" Menanyakan hal seperti itu adalah sesuatu hal yang sangat bodoh. Shamira sedang datang bulan dan dirinya menjadi penyebab utama kenapa Shamira Badmood tingkat dewa.

"Bang sate 3 porsi!" Pesan Shamira ketus membuat beberapa pengunjung menoleh dan menatap ke arah Shamira.

"Lo gila?"

"Lo yang gila dasar Anand jelek!"

"Shamira lo kenapa sih?!"

Shamira berdecak, menatap Anand tajam. Jari telunjuknya terangkat mengarah ke wajah Anand. "Dasar gak peka. Gue malu Anand hiks...." Shamira menjatuhkan wajahnya di meja. Menutupi wajahnya di balik lipatan tangannya.

Anand peka, ia sangat peka. Ia melakukan ini karena ia tidak mau menjauh dari Shamira. Rasanya sangat mustahil jika dirinya bisa bersatu dengan Shamira. Menurutnya, hubungan seperti ini jauh lebih baik.

Tiga porsi sate terhidang di meja. Sate-sate ini sangat mengiurkan. Cuaca malam yang dingin ditambah kenikmatan sate ayam dicampur dengan bumbu kacang. Tidak, Shamira tidak akan bisa menolak semua ini. Lihat saja, Shamira pasti akan segera menunjukan wajahnya.

Belum ada lima menit saat sate itu terhidang di meja. Shamira sudah membenarkan posisinya. Anand tersenyum senang, memperhatikan Shamira. Mata dia berbinar, mengendus-endus menghirup kepulan asam dari sate itu. Dia mendongkak menatap Anand tajam, dia mengangkat beberapa tusuk sate lalu mengarahkannya ke Anand.

"Jujur atau gue tusuk lo!" ancam Shamira

"Jujur apa Shamira? Malu ih, lo itu youtubers masa kelakuan kayak monyet," ledek Anand sambil tertawa.

"Gak ada yang ngenalin gue di sini. Cepet jujur atau gue tonjok lo pake sate!" desak Shamira. Anand menoleh ke kanan dan kirinya, mencari-cari sesuatu setelah itu kembali menatap Shamira.

"Gue---" ucap Anand menggantung.

"Cepet elah keburu laper nih gue!" Kesal Shamira.

"Gue---"

"Serius deh, pengen gue banting lo?! Cepet!" Shamira kembali mendesak Anand.

Anand terdiam sejenak. "Gue gak suka sama lo. Soalnya tingkah lo kayak monyet," ucap Anand sambil tertawa keras. Wajah Shamira yang penasaran digantikam oleh wajah kecewa. Shamira mendengus kesal.

"Lo kayak babi," balas Shamira datar.

Anand mengangguk. "Babi dan monyet beda jauh. Beda spesies, gak bakal pernah nyatu."

"Itu artinya lo ngaku kalau lo tuh babi?"

"Enak aja!" sewot Anand. "Lo tuh ya kalau misalin gue apa kek jangan babi! Kupu-kupu, kucing, ikan kek. Ini lah babi, muka gue emang pink?"

Shamira tertawa. "Gue gak pernah bilang muka lo pink ya Nand! Sebenernya bagus si kalau pink, dari pada item kayak monyet."

"Lah, lo bukannya item?"

"Gak nyadar masnya? Lo sama gue ya putihan gue. Lo item tapi manis-manis gitu."

Anand memalingkan wajahnya ke arah lain. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Ia bingung kenapa ia bertingkah seperti ini setelah mendengar ungkapan Shamira. Satu kata dari Shamira membuatnya salah tingkah. Entah apa yang sedang ia rasakan ini, yang pasti ia baru merasakan hal ini setelah bertemu dengan Shamira.

ShanandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang