19. Anti mainstream

3K 198 6
                                    

Shamira memperhatikan gerak-gerik Vana yang terlihat aneh. Telapak tangannya pun terbungkus oleh perban. Entah kenapa Shamira merasa kalau Vana sedang banyak pikiran. Sedari tadi dia hanya diam, pandangannya kosong.

Ia duduk di samping Vana. Vana yang sadar akan kehadiran Shamira pun langsung menyembunyikan tangannya ke bawah. Mata Shamira tak henti-henti menatap tangan Vana yang terbungkus oleh perban.

"Kenapa tuh tangan?"

"Biasa," jawab Vana acuh.

"Iya biasanya kenapa?" tanya Shamira gemas.

"Kepo."

"Ada sesuatu yang lo sembunyiin Van?" tanya Shamira dibalas gelengan oleh Vana.

"Tangan gue kena api."

"Bohong! Lo ngelukain diri lo sendiri lagi, kan?"

Vana menatap Shamira datar. "Sejak kapan gue ngelukain diri gue? Lo pernah liat? Sok tau banget lo jadi orang!"

Shamira menggaruk tengkuknya. "Ya... enggak sih. Gimana ya, muka lo itu kayak orang depresi Van," canda Shamira sambil terkikik geli.

"Ck. Udahlah sana! Ganggu aja!" usir Vana mendorong bahu Shamira kasar, agar dia menyingkir dari samping Vana.

Shamira mendengus kesal. "Gue lagi ada difase peduli, lo malah ngusir. Gak tau diuntung lo, dasar sepupu laknat!" gerutu Shamira lantas pergi meninggalkan Vana.

Shamira berdecak, berdiri di depan pintu kelas. Menunggu Vhifian datang dari kamar mandi. Ia melipat kedua tangannya di dada. Kakinya mengetuk-ngetuk bak seorang bangsawan menyombongkan diri. Dari jauh ia bisa melihat Vhifi sedang berbincang-bincang dengan siswi lain. Vhifi  tertawa begitu pun orang yang diajak Vhifi mengobrol pun ikut tertawa. Enak sekali dia. Sedari tadi ia menunggu sampai kakinya keram tapi dia malah bergosip asik dengan orang lain.

Shamira mengalihkan pandangannya ke arah ruangan Raira. Ia melihat Raira keluar dari ruangan dengan wajah panik. Dia seperti terburu-buru hendak pergi ke suatu tempat. Entahlah, ia tidak pernah melihat bundanya sampai sepanik itu.

"Woi Sham!" panggil seseorang. Shamira menoleh, menatap Vhifi. "Kenapa lo?"

"Enak banget ya lo. Gue nungguin lo sampe kaki gue keram. Lo malah enak-enakan ngobrol haha hihi gak jelas," omel Shamira kesal.

"Gue sebenernya sengaja sih. Padahal tadi mau lebih lama lagi ... eh gue liat lo lagi bengong, gue kira kerasukan," ucap Vhifi setelah itu dia tertawa terbahak-bahak.

Shamira berdehem singkat. "Lama-lama lo semakin ngelunjak ya. Ibarat kata dikasi hati malah minta kotoran ayam."

"Loh, gue kira jantung kok kotoran ayam sih!" Vhifi mendengus kesal.

"Iya, kan muka lo mirip kayak kotoran ayam." Sekarang, Shamira yang tertawa. Wajah Vhifi tiba-tiba kesal, semakin memperburuk kondisi wajah Vhifi.

"Jahat banget sih jadi temen."

"Emang lo temen gue?"

"Diemlah! Mumpung jamkos mana Anand?"

"Anand kayaknya lagi ada kelas deh. Kalau pulang sekolah aja gimana? Takut ganggu," usul Vhifi dibalas anggukan oleh Shamira.

"Oke deh. Gue mau izin dulu ke Bang Sam."

"Lo mau ketemu Bang Samudra Sham? Dia lagi ada di perpustakaan."

"Oh ... oke thanks ya." Setelah mengatakan itu, Shamira pergi bergegas menuju perpustakaan.

ShanandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang