16. Sifat Sagara

2.9K 192 8
                                    

Shamira bergumam pelan ketika matanya melihat banyak penjaga rumah kediaman paman Alexsa. Ia memeluk sebelah lengan Sagara ketakutan. Memang di rumah utama lebih banyak dari ini tapi wajah mereka sangar-sangar dan menyeramkan.

"Tenang saja. Mereka tidak akan menyakiti kita," bisik Sagara.

"Tapi Kak? Ayo Kak kita pulang aja. Nanti kalau kita kenapa-kenapa gimana?"

"Kamu lupa siapa kita?"

Shamira menelan saliva kasarnya. Memang benar, jika dipikir-pikir keluarga besarnya jauh lebih menyeramkan dari pada ini. Tapi tetap saja, kehadiran dirinya di sini seperti mengundang maut.

"Tapi Kak, kita seperti masuk ke kandang macan," rengek Shamira semakim mengeratkan pelukan tangan Sagara.

"Tenanglah. Mereka tidak akan macam-macam dengan kita," bisik Sagara menarik lengan Shamira masuk ke dalam mansion.

Shamira melihat-lihat ke sekeliling rumah. Rumahnya bagus dan mewah. Ia tidak mengerti, kenapa saat ia dan Sagara masuk, banyak para maid menunduk hormat. Sebenarnya Sagara ke sini untuk apa? Untuk bertamu atau untuk melabrak. Kalau untuk bertamu, ia malas sekali bertemu para anjing terkutuk.

"Dokter Sagara! Selamat datang di rumah kami!" sambut seseorang, sepertinya dialah si anjing terkutuk itu.

"Saya merasa sangat terhormat didatangi oleh kalian berdua," ucap pria itu lagi.

"Apa kami boleh duduk?" tanya Sagara, raut wajahnya sudah berubah menjadi datar.

"Oh, tentu. Mari ikuti saya." Pria itu memberikan arahan pada Sagara dan Shamira.

Setelah sampai di ruang tamu, pria itu mempersilakan duduk dengan sangat sopannya. Di sana sudah ada wanita paruh baya dan seorang anak perempuan yang kira-kira usianya 8 tahunan.

"Mari diminum dulu," ujar Wanita itu lembut.

Shamira tersenyum. "Iya Tante. Nanti Shami minum," balas Shamira.

"Kami ke sini tidak ingin berbasa-basi," kata Sagara menatap kedua orang itu serius.

"Iya kenapa? Apa keluarga kalian ingin mengajak keluarga kami untuk kerja sama? Saya janji, saya akan berusaha sekuat tenaga--"

"Bukan!" potong Sagara.

Hampir saja Shamira kelepasan untuk tertawa. Apa-apaan mereka? Dengan pedenya mengucapkan kata 'Kerja sama' pada Sagara? Jangankan Kerja sama, keluarga besarnya pasti merasa jijik dengan tingkah mereka bagai anjing yang gila harta. Kalau seperti ini, ia ingat cerita bunda Ara. Dia mengatakan kalau paman Mommy Shifa juga gila harta dulu. Dan mereka--paman Mommy Shifa mendapatkan balasan setimpal.

"Apa kalian kenal Alexsa?" tanya Sagara membuat mereka saling berpandangan bingung.

"Tidak, memangnya siapa Alexsa itu?" tanya pria itu mengelak.

"Bukankah anak itu pemilik asli rumah ini?"

Glek

Ucapan Sagara berhasil membuat mereka terdiam. Shamira tersenyum tipis, ia menyukai cara-cara Sagara yang diam-diam menghanyutkan. Bagaimana bisa, Sagara menetralkan wajahnya tanpa merubahnya sedikit pun.

Shamira menggeleng, untuk apa memikirkan soal Sagara. Yang ia harus perhatikan di sini adalah dua orang tersangka. Mereka saling pandang, seolah mengatakan sesuatu. Andai saja Gadha yang datang kemari, lebih mudah menebak sifat seseorang tanpa mengobrol atau pun mengenal terlebih dahulu. Pasti Gadha sudah bisa tahu apa yang mereka berdua pikirkan.

"Ma-maksud Dokter Sagara apa ya? Kami tidak mengerti?" tanya sang Istri pria paruh baya itu.

"Saya tahu kalian mencoba untuk membunuh Alexsa," kata Sagara.

ShanandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang