26. Melepaskan?🍂

2.2K 179 5
                                    

Hari di mana Shamira dan Anand membuat konten bareng tiba. Semuanya--Shamira, Anand, Apriyan dan Vhifi sibuk untuk mengurusi persiapan. Rencana Shamira membuat cover dari salah satu lagu Imagine Dragons berjudul Bad Liar. Lokasi yang dipilih adalah pantai Sawarna, Banten. Waktunya tepat matahari terbenam. Ini ide dari Vhifian, katanya lagu yang dipilih Shamira sangat cocok dengan pantai dan sunset. Ombak pasang terdengar mengalun di telinga serta angin pantai yang berembus. Langit Jingga yang sangat indah dipandang. Memdapat izin dari Raira memang sangat mudah, konflik keluarganya sangat mudah. Sekarang bukan Devano--pamannya si penguasa kehendak tapi Raira. Kemarahan Raira membuat semuanya terdiam, membiarkan dia melakukan apa pun asalkan tidak pergi dari rumah utama. Dengan dukungan dari Raira, ia bisa keluar dengan bebas. Raira tidak ingin akibat yang diciptakan keluarga besarnya bisa merusak kebahagian keluarga kecilnya. Sungguh, betapa beruntungnya ia memiliki ibu kandung seperti Raira.

Anand dan Shamira sudah siap mencover lagu Bad Liar. Mereka duet, beralih dari lirik satu dengan lainnya. Petikan gitar menggalun bebas bercampur dengan angin sore dan deburan ombak kecil. Tepat Anand menyanyikan lirik terakhir, matahari benar-benar tenggelam menampakan siluet mereka berdua di kamera. Segaris siluet yang menampakan seorang lelaki menggeman tangan wanitanya.

Apriyan mengangkat ibu jarinya ke atas menandakan sudah selesai. Vhifi menyuruh Apriyan memegang kameranya lalu bertepuk tangan ria seperti cacing kepanasan. Dia memperhatikan tangan Anand yang masih menggenggam tangan Shamira. Melihat itu, Anand refleks melepaskan genggaman tangannnya.

"Keren banget serius!" seru Vhifian. "Penghayatannya dapet, suasananya pas banget! Udah gitu, pas lagu selesai, matahari bener-bener tenggelam! Ditambah lo--lo genggam tangan Shamira. Padahal gak ada di rencana awal!" Vhifi menunjuk Anand kemudian memberikan dua ibu jarinya.

"Gue udah hitung sih, detik-detik tenggelamnya matahari. Gue kira bakal meleset ternyata enggak haha, syukur deh," kata Shamira sambil tertawa sebentar.

"Udahlah pokoknya good job buat kalian berdua! Masalah edit-edit, gue lumayan jago sih," timpal Apriyan memasang wajah songong.

Vhifi berdecih. "Gue juga hebat! Sebelum ada kalian emang siapa yang suka ngedit-ngedit video?"

"Ck, bukan editannya bagus tapi emang Shamiranya aja yang keren!" tandas Apriyan sengit.

"Udah! Biar gue aja! Pakek ribut-ribut kayak anak kecil," sela Anand. "Yaudah Mir, kita makan sosis bakar dulu aja buat ganjel perut. Baru pulang." Anand menggenggam tangan Shamira lalu melenggang pergi, meninggalkan Apriyan dan Vhifi.

"Yaudah, bawa kameranya ke mobil! Gue mau nyusul Shami! Bye Apriyan jelek!" Vhifi ngacir mengejar Shamira dan Anand sementara Apriyan masih terdiam. Merenungi apa yang sedang terjadi. Sial! Dirinya dijadikan kacung oleh Vhifi!

***

"Kita kok kayak ngedate ya?" tanya Vhifi memecahkan keheningan di sela-sela menyantap bakso dan sosis bakar. Shamira, Anand dan Apriyan menatap Vhifi datar lalu melanjutkankan aktivitas makannya kembali. Vhifi mendengus kesal, tak ada sahutan atau tanggapan dari yang lain. Setelah bertanya, suasana menjadi lebih hening dari sebelumnnya.

Shamira menghela nafasnya pelan, kembali menatap Vhifi. "Kalau gue sih sama Anand ngedate, gak tau kalau kalian berdua." Mata Shamira beralih menatap Apriyan.

Aprian tertawa lucu, menatap Vhifi dengan tatapan mengejek. "Ngedut Sham! Ngedut! Gue yakin Vhifi ngomong kayak gitu karena pengen ngode gue supaya cepet-cepet ditembak!"

"Kenapa gak lo tembak Yan?" tanya Anand menimpali.

"Mata lo ditembak! Najis!" Bukan! Bukan Apriyan yang menjawab melainkan Vhifi. "Gue mah mendingan jomblo sampe mati dari pada sama si kribo ini."

"Hilih! Awas aja ya nanti kalo lo suka sama gue gak bakal diladenin," ancam Apriyan.

"Hayolo Vhi! Nanti kalo suka beneran, si kribo ini udah ada yang punya," timpal Shamira menakut-nakuti Vhifi.

Vhifi berdecak kesal. "Terserah lo Apriyan. Mau lo punya pacar kek, mau lo jomblo kek. Gue gak peduli! Toh gue gak suka sama lo, kalau pun nanti gue suka---cowok di dunia ini tuh masi banyak, gak bakal gue mohon-mohon sama lo," geram Vhifi mengambiskan sosisnya seperti kesetanan.

Ketiga temannya tertawa termasuk Anand yang jarang sekali tertawa. Apriyan memegangi perutnya agar tidak sakit karena terlalu lama tertawa. Vhifi kesal, ia menyalakan musik di handphonenya dengan volume diluar nalar. Lagu Blackpink berjudul 'How you like that' menggema di warung sosis. Shamira menutup telinganya rapat-rapat, perpanduan antara suara tertawa Apriyan dengan lagu yang berputar itu sangat memekakan telinga.

"Berisi---"

"Blackpink!" potong Vhifi berseru sesuai lirik lagu.

"Vhifi! Anjir!"

"How you like that! That that that that!" teriak Vhifi tepat di wajah Apriyan. Sudah cukup kesabaran Apriyan, ia membungkam mulut Vhifi mengunakan tangannya. Shamira tertawa, meraih handphone Vhifi kemudian mematikan musiknya. Entah kenapa pedagang dan pengunjung di sini tidak ada yang protes dengan suara berisik dari dari mejanya. Apa karena mereka tahu Shamira seorang youtubers atau---Shamira berasal dari keluarga yang wow.

"Udah yuk kita pulang. Nanti gue disikat sama si monster," ajak Shamira bangkit dari duduknya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang di dompetnya namun ditahan oleh Anand.

"Biar gue aja!"

"Gak papa Nan. Simpen duitnya buat jajanin anak-anak panti."

"Ada kok Sham. Biar gue aja ya Sham yang bayar," balas Anand sambil tersenyum lalu pergi untuk membayar.

Seorang wanita berhijab sedang membersihkan meja yang terkena saus. Wanita paruh baya itu berdiri, mendongkak menatap Anand. "Sudah selesai Dek?"

"Sudah Bu. Totalnya berapa?"

"Jadi 155 ribu Dek," balas wanita itu lembut.

Anand mengangguk, mengeluarkan dua lembar uang pas lalu memberikannya pada wanita itu. "Ngomong-ngomong Bu, pas kita berisik kenapa gak ada satu pun yang negur?"

Wanita itu menoleh ke kanan dan kirinya, memastikan semuanya aman. "Ibu tahu dia, itu--gadis yang lagi tertawa. Kulitnya putih bersih." Wanita itu menunjuk ke arah Shamira.

"Shamira?"

"Iya Ibu gak tahu nama jelasnya Dek. Pokonya dia itu berasal dari keluarga terhormat. Kami gak mau macem-macem, takut kena imbas mangkanya semuanya diem gak ada yang berani Dek," cerita wanita itu. "Dulu ya, pas Ibu masih muda... di daerah sini pernah ada kejadian. Ada lelaki yang suka sama adiknya Tuan Devano. Beh Dek, yang kena tuh seluruh anggota keluarganya. Sebenernya Tuan Devano udah kasih peringatan berapa kali ke lelaki itu tapi tetap ngeyel sampe---kejadian tak mengenakan hampir terjadi. Siapa sih yang gak marah digituin, akhirnya Tuan Devano ngancurin semuanya sampek akar. Parah banget kan?"

Mendengar cerita itu Anand menelan saliva kasarnya dengan susah payah. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Wanita? Siapa? Adik perempuan Devano hanya dua dan salah satunya Ibu Shamira. "Hm Bu? Boleh tanya? Lelaki itu suka sama adik Pak Devano yang mana?"

"Yang hilang bertahun-tahun itu. Anak terakhir keturunan Cowdree." Wanita itu membenarkan posisi jilbabnya. "Kamu suka sama gadis itu ya? Saya saranin sih jangan dulu hehe. Masalahnya dia--kakak-kakaknya itu banyak. Gak yakin kalau mereka bakal diem aja."

Lagi dan lagi Anand hanya bisa menelan saliva kasarnya. Benar kata Ibu itu. Kalau semua orang tahu tentang hubungannya mungkin tak hanya dirinya yang akan bermasalah melainkan keluarga panti juga. Ia menatap Shamira sendu, haruskah ia melepaskan gadis itu?


____________________________________

Triple up😆

ShanandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang