8). Sahabat Psikopat🍂

3.5K 209 5
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Tapi Shamira tidak bisa terlelap sama sekali. Ucapan Sagara tadi seperti sebuah hipnotis baginya. Tiba saja suara dering handphone membuatnya bangun dari posisi tidurnya. Ia melihat siapa yang menelponnya di jam segini.

Terlihat nama 'Vifian🐕' di layar Handphonenya. Dengan sangat malas ia menggeser tombol hijau ke kanan dan menempelkan handphone ke telinganya.

"Woi Njing! Lo belum tidur?"

Bagaimana ia tidak suka toxic kalau sahabatnya sendiri setiap hari, setiap saat selalu toxic. Entah dia di kamar mandi, kantin dan di manapun kecuali rumah dia sendiri dan rumahnya.

"Iya nyet. Gue lagi gak bisa tidur nih, wajar sih. Setiap gue ke sini emang gue gak bisa tidur," jawab Shamira pelan.

"Horor sih! Gila aja, pas gue berdiri di depan gerbang aja gue udah merinding tingkat dewa," ucap Vifian dramatis.

"Najis! Lebay!"

"Eh btw gue nelpon lo mau ngasih tau. Video tadi gue udah selesai edit, tapi gue boleh jujur nih Sham. Anand lumayan juga jadi kameramen kita."

"Iya foto-fotonya juga bagus. Gue suka."

"Suka apa nih? Suka orangnya ya?" Goda Vifian terdengar dia tertawa di serbang sana.

"Diem lo sat!"

"Berisik njing! Nanti ketauan mr. Deva ditampar bulak balik lo!"

"Eh lo babi! Ngatain gue anjing!"

"Udahlah. Kita kok saling toxic sih?" tanya Vifian membuatnya naik pitam.

"Lo yang toxic njir." Shamira mencari posisi nyaman di kasurnya.

"Besok upload vidio. Istirahat pertama kita pantau komentar dan basmi hatters."

"Lo gak usah ngapa-ngapain Vi. Mereka para hatters emang gabut, gak ada kerjaan ngehina orang." Gerutu Shamira kesal.

"Kalau sehari udah 2 juta view kita live IG yuk sama--"

Handphone Shamira terjatuh saat melihat pintu kamarnya terbuka. Bukan pintunya yang membuat ia kaget tapi orang yang membukanya. Padahal pintunya sudah ia kunci tapi tetap saja ada yang bisa bebas masuk ke dalam kamarnya.

"Kak Vier?"

Ya. Orang itu adalah Vier. Dia melenggang masuk ke dalam kamarnya. Tangannya memegang segelas susu putih.

"Ka-kak Vier kenapa bisa masuk?"

"Kamu gak ngunci, jadi kakak bisa masuk," jawab dia santai.

Shamira menggeleng. "Gak kak, Shami inget kalo pintu kamar udah di kunci."

Vier meletakan gelas itu di atas nakas. Mengambil sesuatu di saku  kemejanya. Ternyata yang di ambil oleh Vier adalah sebuah kartu akses masuk semua ruangan dan seingatnya kartu itu hanya daddy Deva yang memegangnya.

"Daddy yang nyuruh kakak ke sini buat nganterin kamu segelas susu ini." Vier kembali memasukan kartu itu ke dalam saku kemejanya.

"Hm, kenapa kakak bisa tahu kalau Shami belum tidur?"

Vier tersenyum horor. "Feeling daddy tak pernah meleset dan aku, aku yang menuruni semua sifat daddy."

"Minumlah!" titah Vier menyodorkan gelas itu.

Shamira diam, menatap curiga gelas itu. "Simpan saja kak di sana."

"Shami kakak bilang minum! Kau tidak punya telinga?" bentak Vier membuat Shamira bergetar ketakutan. Lantas Shamira langsung mengambil gelas itu dan meminumnya dalam sekali tegukan.

ShanandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang