3). Devana🍂

4.7K 258 12
                                    

Pagi menjelang siang. Suasana kelas semakin siang akan semakin runyam. Dari pelajaran sampai juga semua murid di sini runyam. Mereka berlomba-lomba untuk saling menggeser posisi peringkat di kelas atau mungkin pararel. Karena kelasnya ini adalah kelas favorit, utama dan teratas. Peringkat 1 di kelas ini sama saja peringkat 1 pararel.

Terutama Desshila. Si pemegang peringkat 1 pararel berturut-turut dari kelas 10. Yang dia lakukan di kelas hanya belajar, belajar dan belajar tak ada hal lain yang di lakukannya. Waktu istirahat pun dia makan di kelas sambil membuka bukunya.

"Sil!" panggil Shamira menghampiri Desshila.

Yang dipanggil pun menoleh. "Ada apa Shami?"

"Gak pusing? Aku aja liat kamu pusing," ucap Shamira memegangi kepalanya.

"Udah biasa," balasnya.

"Kantin yuk!" ajak Shamira.

Desshila menggeleng. "Gak deh Shami aku mau belajar aja."

"Astaga Sisil! Kamu gak usah takut peringkat kamu bakal direbut. Lagian siapa yang bakal rebut," ucap Shamira kesal.

"Kamu yang akan geser peringat aku."

"Sisil. Sisil. Lo eh maksudnya kamu, kenapa takut sama aku? Aku ini jarang belajar dan kamu--setiap saat setiap waktu belajar dan kamu? Masih takut?"

"Bu--bukan gitu. Aku takut. Aku takut daddy bakalan kecewa sama aku," ucap Desshila sambil menunduk.

"Iya adikku sayang. Kamu gak usah khawatir, aku gak bakal geser posisi kamu."

"Yaudah aku mau belajar dulu!" usir Desshila.

"Ngusir ya? Besok-besok aku bakal belajar deh, buat geser posisi kamu," canda Shamira.

"Shamira! Jangan buat aku kesel!"

Shamira terkekeh melihat sepupunya kesal dan itu tujuan utamanya. Andai saja Vifian kelasnya di sini, mungkin ia tidak akan gabut. Ia ingin berteriak, kelas ini bagaikan rumah kosong tak berpenghuni. Tidur sepertinya bukan hal yang buruk. Di jamkos seperti ini, bebas melakukan apapun kecuali membolos. Dan ia memilih untuk menutup matanya sejenak.

"Hoi!"panggil seseorang membuatnya terlonjak kaget.

Shamira tahu suara siapa ini. Ia mendongkak dengan malas menatap sang pemangil. "Apa?"ketusnya.

"Mau bolos gak? Lo gabut kan?" tanya dia tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Gak ah. Nanti diomelin bunda," btolak Shamira.

"Sekali mah ngak di omelin. Sesekali jadi bandel gak papa kali Sham. Eh, btw lo udah bandel kan?"

Shamira menoyor kepala Devana gemas. Enak sekali dia berbicara seperti itu, jelas sekali ucapan itu diperuntukan untuk dia sendir. Ia memang bandel tapi bisa dikontrol dan ada saatnya tapi dia, setiap hari dan sering keluar masuk ruang BK. Cuma dia yang berbeda dari keluarganya yang lain, entah sifat siapa yang diturunkan pada Devana hingga dia mempunyai sifat keras kepala.

"Lagian bunda lagi rapat Sham. Lo mah takutan amat sih!"

"Yaudah ayo. Tapi sampe jamkos berakhir aja ya," ucap Shamira takut-takut pasalnya baru pertama kali bolos dalam hidupnya.

"Oke. Eh ke rooftop yuk gue mau ngomongin sesuatu ke lo." Devana menarik lengan Shamira keluar dari kelas.

Sesampainya di rooftop IHS Bhatia'c mereka berdua duduk di kursi besi yang ada di sana. Melihat pemandangan kota dari atas sini. Shamira menoleh ke arah Devana. Tatapan dia seperti hampa, kosong dan sedih. Ia tidak tahu apa yang sedang Devana pikirkan, yang jelas dia sedang sedih hari ini.

ShanandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang