Keluarga Bhatia sedang dilanda kekacauan yang teramat besar. Semua kebenaran terbongkar dan Shamira-lah yang telah berhasil membongkar semuanya. Menyesal? Ya, itu sudah pasti. Shamira sudah cukup puas melihat semuanya menyesal. Hal yang tak diinginkan muncul, beberapa hari setelah kebenaran terungkap Vana dikabarkan kecelakaan dan dinyatakan koma. Vana lagi-lagi menolong saudara kembarnya. Dia baik, dia penyayang, tapi---dia tidak mengungkapkan kasih sayangnya secara langsung. Miris sekali hidup Vana, selalu di pandang sebelah mata.
Shamira sedih karena musibah ini datang dan menggoyahkan hati keras mereka. Kejadian ini membuat ibunya memutuskan untuk kembali lagi ke rumah. Entah ia harus bersyukur atau bersedih saat ini. Di sebelah sisi Vana sekarat dan di sisi lain, ia bisa kembali ke rumahnya.
Selagi Vana di rumah sakit, Shamira tidak terlalu sering meluangkan waktu bersama Anand dan yang lainnya. Setelah pulang sekolah, ia rutin ke rumah sakit menjenguk Vana. Gadis itu sangat baik, dia mau memaafkan keluarganya yang telah berkali-kali menyakiti dia. Antara sedih dan bahagia, Vana berniat untuk pergi selepas dia sembuh nanti. Bahagia bukan karena ia membencinya, ia bahagia karena ia ingin melihat Vana melepas penatnya.
Hari ini Shamira, Anand, Vhifi dan Apriyan berkumpul di salah satu Cafe. Bukan perkumpulan khusus pembicaraan tentang konten, melainkan refresing setelah melewati ujian semester yang begitu melelahkan.
"Kita gak mau liburan ke mana gitu?" tanya Vhifi bosan, menahan dagu mengunakan kepalan tangan.
Apriyan mendelik, keningnya berkerut seperti baru melihat hal yang menjijikkan. "Pikiran lo itu gak jauh-jauh dari liburan."
"Yaudah si! Sewot aja! Kenapa sih Yan, lo itu selalu ngajak gue gelut!" ketus Vhifi.
"Gue---gue sih boleh aja. Lagian sekarang keluarga gue lagi fokus-fokusnya sama Vana," ujar Shamira.
"Lo nyari kesempatan Mir?" tuding Anand.
"Ye baguslah Nan! Manfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin," sahut Apriyan sambil tertawa remeh.
"Iya! Sekalian kita buat video vlog. Wisata kulineran gitu! Mantap gak guys?" timpal Shamira bersemangat.
Anand menghela nafasnya panjang. Bukan ia tak senang liburan bersama Shamira tapi---ia takut hubungannya akan terbongkar. Berapa kali pun Shamira meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja tapi tetap saja, hatinya tak percaya dengan ucapan Shamira.
"Sham?" panggil Anand pelan. Shamira menatap Anand dengan tatapan bertanya. "Gue gak yakin."
"Ck, repot banget si Anand," sambar Apriyan.
"Bacot Apriyan!" Vhifi memasukan beberapa kentang goreng ke mulut Apriyan.
"Jadi gini guys. Kita mau liburan ke mana? Gue bisa kalau siang, jangan sampe malem. Bisa-bisa digebok kakak gue lagi," ucap Shamira memelas. Teringat saat ia pulang hampir tengah malam, dan Davier langsung menghadang.
Vhifi tertawa pelan. "Gue jadi pengen digebok kakak lo. Siapa? Kak Samudra?"
"Kak Vier," jawab Shamira membuat Vhifi terdiam. Shamira terkekeh sinis. "Kenapa? Mau gak Vhi? Mantep loh, sekali tonjok muka lo ancur."
"Gak lah anjir! Gila!"
"Wei, gimana kalau kita ke air terjun?" usul Apriyan.
"Gak ah serem," tolak Vhifi.
"Pantai?" usul Apriyan lagi.
"Bosen."
"Kebun binatang?"
"Ya di sini juga bisa liat hewan."
"Apa? Jangan bilang gue monyet!"
"Lah itu tau Yan!"
***
Akhirnya Shamira bisa mengusulkan nama tempat yang langsung disetujui oleh semuanya. Taman wisata alam mangrove, Jakarta, menjadi tujuan utama mereka. Sudah bosan dengan pemandangan pantai, mereka menginginkan berbaur dengan alam. Pagi-pagi sekali mereka sudah siap pergi ke hutan mangrove. Kali ini mereka semua muncul dalam kamera, dan untuk pertama kalinya juga Apriyan memunculkan wajahnya di konten. Sudah lama rasanya Shamira tidak membuat konten lagi. Bagaimana tidak? Setelah duet bersama Anand tempo lalu, Shamira tidak membuka-buka beranda youtube. Baginya, keluarga adalah nomor satu. Tak peduli, saat ini channelnya sedang berkembang sangat pesat. Bahkan banyak sekali brand yang ingin bekerja sama dengannya tapi ia tolak. Bukan karena sombong atau apa, untuk saat ini keluarga lebih penting.
Sesampainya di tempat tujuan. Apriyan membeli tiket masuk, Anand membeli minuman sedangkan Shamira dan Vhifi sedang asyik membuat vlog.
Setelah membeli tiket, mereka akhirnya masuk ke dalam. Berputar-putar memperlihatkan keindahan hutan mangrove, berfoto-foto ria di atas jembatan, menaiki perahu dan ikut menanam bibit pohon mangrove. Shamira tampak menikmati perjalanan kali ini. Biasanya ia membuat vlog hanya ditemani Vhifi tapi sekarang, ada Anand dan juga Apriyan. Langit biru serta awan menggumpal, mempercantik keindahan alam di sini. Cocok sekali untuk berfoto-foto.
Anand dengan kameranya selalu siap mempaparazi Shamira. Kadang juga ia jail, mengambil wajah candid Shamira. Foto-foto ini akan tersimpan baik di dalam handphonenya nanti, sebagai kenangan.
"Nand fotoin gue sama Shamira dong!" pinta Vhifi sedikit memaksa.
"Lah bukannya udah banyak?"
"Cepet! Ayo Mir!"
Vhifi menarik lengan Shamira ke tengah-tengah jembatan lalu mereka berdua bergaya. Sebelum satu foto terbidik, Apriyan lebih dulu menghalangi tubuh Vhifi. Vhifi mendengus, memukul punggung Apriyan keras.
"Awas Apriyan!" usir Vhifi.
"Ikutan elah pelit amat!" ketus Apriyan.
"Iya udah Vhi, biarin aja," sela Shamira kembali bergaya.
"Enak ya kalian foto tanpa gue," sindir Anand.
"Iri bilang bos!" sakras Apriyan.
Anand menggeleng-gelengkan kepalanya lalu memfokuskan lensa kamera. Ia sedikit berjongkok, menyesuaikan dengan cahaya dan langit. Tangannya terangkat menghitung mundur lalu---
Cekrek
Satu bidikan tertangkap. Vhifi berlari, melihat hasil foto Anand. Matanya langsung berbinar, ia berdecak kagum. "Hebat ya lo Nand!"
"Gue mau foto berdua sama Shamira. Yan! Fotoin gue!" Anand menyerahkan kamera ke Apriyan. Shamira tersenyum lebar, baru saja ia ingin foto berdua dan Anand lebih dulu memintanya.
Tanpa rasa takut sedikit pun, Anand merangkul Shamira. Jantung Shamira berdegup dengan sangat kencang. Ia melirik Anand, dia tampak biasa saja. Senyum lebar dan manis itu menghiasi wajah Anand.
"Cepet foto Yan! Keburu ada yang liat!" perintah Anand ketus.
"Shami ngadep kamera dong!" protes Apriyan membuat Shamira gelabakan. Mendengar Apriyan, Anand langsung menatapnya. Tak lama, tatapan itu teralih. Mereka sama-sama tersenyum ke arah kamera.
Beberapa bidikan berhasil ditangkap Apriyan. Kebanyakan foto yang dihasilkan adalah candid. Apriyan menoleh menatap Vhifi, dia sedang fokus ke handphonenya. Wajahnya gelisah, berkali-kali dia menelan salivanya kasar sambil menari-nari di layar keyboard.
"Woi! Sibuk amat!"
Vhifi menatap Apriyan kaget. "Eh, gak."
"Ada apa sih Vhi?"
"I-itu... gue di teror sama orang. Gue--gue gak tahu harus ngapain."
"Teror?"
"Iya. Jujur aja gue risih," jawab Vhifi.
"Blokirlah! Kalau masih ganggu laporin!"
Vhifi mengaruk tengkuknya. "Pinter juga ya. Ngapain gue balesin."
"Itu artinya lo gak ngotak!"
"Mata lo gak ngotak!"
"Woi! Ribut mulu! Ayok lah makan! Abis makan langsung pulang!" teriak Shamira.
"Oh oke Sham!" balas Apriyan menghampiri Shamira sementara Vhifi dia diam, menutup matanya pelan kemudian melihat handphonenya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanand
Teen Fiction[SEQUEL RAIRA2] 🍂Dimohon untuk tidak plagiat [Bhatia Series 3] Namanya Shamira. Ia seorang selebram dan youtubers terkenal. Dia sedang mendekati seorang pria berkacamata. Ia mendekati dia bukan karena sebuah taruhan atau truth or dare dari orang, b...