09

2K 238 1
                                    

Sekarang mereka sudah sampai di rumah Mark. Donghyuck kembali menggemdong Yeseul yang tadi ketiduran lagi saat pulang. Mark sudah keluar dari tempat duduknya.

Ia tidak mengira Mark akan membukakan pintu untuknya.

"Makasih"

Mark hanya mengangguk untuk membalas ucapan Donghyuck. Di tangan Mark, ada kantung plastik isi torte yang di beli tadi siang. Saat mereka masuk, mereka bertemu dengan bibi Kim.

"Loh, kok Yeseul kesini?"

"Tadi orang tuanya belum jemput bi. Makanya saya bawa kesini"

"Astaga. Maafkan orang tua Yeseul nak"

Balas bibi Kim sambil membungkuk.

"Eh jangan begitu bi. Ini memang tugas saya sebagai guru. Jika anaknya belum dijemput, saya belum bisa pulang"

Balas Donghyuck dengan panik ketika ia melihat bibi Kim membungkukkan badannya.

"Bibi, saya antar pulang sekarang ya. Sudah cukup larut ini. Sekalian sama Yeseul juga"

Mark mendatangi mereka. Donghyuck dan bibi Kim menoleh. Setelahnya bibi Kim hanya mengangguk mengiyakan.
.
.

Selama mark mengantarkan bibi Kim dan Yeseul pulang, ia membersihkan dirinya dan membersihkan rumah sebentar. Setelah itu, ia berjalan ke dapur untuk memasak makan malam.

Ditengah-tengah ia sedang memasak, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh kepalanya. Donghyuck memutar kebelakang dengan pisau ditangannya. Mark juga langsung mundur kebelakang saat ia melihat bahwa Donghyuck membawa pisau ditangannya.

"Whoa whoa easy!"

Katanya sambil mengangkat kedua tangannya.

"Ih! Gausah ngagetin dong! Untung lu refleksnya cepet! Kalo engga udah kena pisonya tadi!"

Uring Donghyuck pada Mark. Yang di omeli hanya tertawa kikuk.

"Habisnya lu kek lagi enak banget masaknya"

"Ya bilang aja lu udah pulang. Jangan bikin kaget. Cuma ada 2 resikonya, gue yang luka apa lu tadi yang luka Mark"

"Tapi lu ga luka kan?"

"Kok nanya gue? Harusnya gue yang nanya. Lu luka apa engga"

Dan terjadilah adu mulut lagi di antara keduanya. Memang sering mereka berada mulut hanya untuk masalah kecil. Namun pada akhirnya, mereka kembali seperti biasa lagi. Donghyuck kembali melanjutkan acara memasak ya dan Mark membersihkan dirinya.
.
.

"Hyuck, besok gue ambil cuti"

Kata Mark memecah keheningan ketika mereka makan. Donghyuck melihat kearahnya dan mengernyit.

"Oh yaudah. Ada apa lu ambil cuti?"

"Engga ada apa-apa. Gue mau istirahat aja"

Jawab Mark yang dibalas oleh dehaman Donghyuck.

"Tapi besok lu masih masak kan?"

"Hih, masakan gue yang ditunggu. Iya gue masih masak"

Mark tertawa lalu berjalan ke arah kulkas. Donghyuck mengikuti arah langkah Mark.

"Ngapain?"

"Ambil torte yang tadi siang. Lu mau gak?"

"Boleh deh"
.
.

Seusai mereka makan malam, awalnya Donghyuck ingin istirahat di dalam kamarnya. Namun Mark mengajaknya untuk datang ke kamar lukis. Katanya, Mark ingin membuat lukisan malam itu.

Sesampainya mereka di kamar lukis Mark, kedua orang itu langsung mengambil beberapa peralatan lukis untuk digunakan. Mark mengambil cat, kuas, dan pallette. Sedangkan Donghyuck diminta untuk mengambil kanvas berukuran sedang.

Setelah semua barang terkumpul, Mark mengambil celemek dan menggunakannya. Ia duduk di depan kanvas itu dan mulai mengeluarkan beberapa cat warna di palletenya.

Sedangkan Donghyuck mengambil kursi dan duduk agak jauh dari Mark. Ia melihat tangan Mark yang bekerja. Ia melihat bagaimana lugas dan tegasnya tangan itu bergerak. Tidak ada gerakan yang terkesan kikuk.

Donghyuck juga memperhatikan bagaimana wajah Mark yang terfokus saat melukis. Bibir tipisnya itu terkatup dengan rapat, kacamata bulat simpel yang bertengger di batang hidung lelaki itu, jangan lupakan juga wajah tampan yang dibentuk dengan baik oleh Tuhan.

Semakin lama ia menatap lelaki itu, semakin terasa panas pipi hingga telinganya. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Mencoba membuat dirinya tidak terlalu fokus pada lelaki itu. Namun selalu ada godaan untuk menatap lelaki itu lagi.












Mark masih melukis di atas kanvas itu. Tinggal satu hal lagi yang harus ia lakukan dan voila! Lukisannya malam itu sudah selesai.

Matanya tertuju ke arah dimana Donghyuck duduk. Ternyata lelaki manis itu sudah tertidur dikursinya. Mark terkekeh. Ia melepaskan celemeknya dan meletakkannya diatas kursi yang ia gunakan.

Kakinya berjalan ke arah wastafel dan ia mencuci tangannya hingga bersih. Baru ia mendekati Donghyuck.

Matanya menatap lekat lelaki yang tertidur itu. Tangannya mengeluh surai cokelat milik Donghyuck. Halus.

Setelah ia rasa sudah cukup menatap Donghyuck, ia pikir saatnya membawa Donghyuck kedalam kamarnya. Tidak mungkin ia meninggalkan Donghyuck disini. Apalagi dengan posisi ia tertidur sambil duduk.

Ia menggendong Donghyuck dengan pelan supaya lelaki itu tidak terbangun.

Ia berjalan menuju kamar Donghyuck dan membuka kamar lelaki itu. Ia langsung meletakkan tubuh Donghyuck di atas kasur berukuran Queen size itu. Setelahnya ia menarik selimut untuk menutupi Donghyuck.

Sekali lagi tangannya mengelus surai itu.

"selamat malam hyuck"

Setelah itu ia keluar meninggalkan Donghyuck yang tertidur.
.
.


Part terpendek mungkin 🤔

fix you | markhyuck✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang