33

1.3K 140 7
                                    

"mama"

"iya nak?"

"mama sayang sama Markeu kan?"

"iya Markeu. Kok kamu, tanya itu?"

"hehe enggak ma"

.
.

"kenapa masih disini?"

"memangnya kenapa?"

"kau hanya membuatku malu!"

"aku sudah minta maaf! Kenapa kau tidak bisa memaafkanku?!"

"gara-gara kau dan bayimu itu, aku hampir kehilangan kerja keras yang sudah ku rintis!"

"sudah berapa kali aku meminta maaf? Kenapa kau masih mengingatnya juga?"

"Karena aku hampir kehilangan semuanya!"

"kalau begitu kenapa dari awal kau mau menikahiku hah?!"

"itu dulu! Sekarang aku sudah tidak cinta padamu!"

"baiklah kalau itu yang kau mau. Aku pergi"

.
.

"mama"

"iya sayang?"

"mama mau kemana?"

"mama mau pergi sayang. Kamu tunggu disini aja ya"

"tapi papa serem. Markeu takut"

Ia mengelus kepala Mark lembut.

"Markeu gaboleh gitu sama papa. Kan papa masih sayang sama Markeu. Papa masih bisa beliin Markeu apa yang Markeu mau. Mama gak bisa beliin apa yang Markeu mau. Udah ya, nanti mama telat nih. Baibai Markeu"

"mama balik lagi kan?"

"iya sayang"
.
.

"ma..."

Mark terbangun dari tidurnya. Ternyata mimpi lagi. Selalu saja seperti ini jika ia sedang stress.

Ia akan memimpikan ibunya. Ia sangat rindu dengan wanita itu. Bahkan terakhir kali ia bisa melihatnya waktu ia berumur 9 tahun.

Kemanakah perginya wanita itu?
.
.

"hyuck, lu kangen sama mama lu gak?"

Tanya Mark disela-sela ia makan. Donghyuck terdiam dan menatap Mark.

"emm kangen sih. Gue udah lama pisah sama mama gue. Kok lu tiba-tiba nanya gini?"

"gue mimpiin mama gue lagi"

Donghyuck terdiam mendengar perkataan Mark. Pasti Mark jauh lebih rindu dengan ibunya. Pertanyaan Mark membuat Donghyuck merenung.

Ibunya masih sering memberi pesan padanya. Namun ia sering memilih untuk mengabaikannya.

Mungkin setelah ini, ia akan belajar untuk bisa memaafkan kedua orrang tuanya. Bahkan masalah dalam keluarganya tidak seperti Mark.

Mark sendiri juga melamun. Ia memikirkan kenapa ibunya pergi meninggalkannya dan berbohong kepadanya saat ia masih kecil. Dan ia juga bertanya-tanya kenapa ayahnya begitu dingin terhadapnya.

"mark, pasti lu kangen berat sama mama lu kan?"

"ya. Gue cuma diasuh dia selama 9 tahun. Dan sisanya gue diasuh sama pembantu"

"maaf dan terima kasih"

"kenapa?"

"lu nyadarin gue betapa berharganya orang tua itu. Mama gue masih sering kasih pesen ke gue. Tapi gue milih buat ga peduli. Dan omongan lu tadi itu seakan nampar gue. Walaupun mama sama papa gue lebih sering sibuk sendiri, tapi mereka masih sayang sama gue. Dan maaf gue gak bisa bantu banyak"

Mark terkekeh kecil. Ya ia tahu jika orang tua Donghyuck masih sering memberikan pesan pada anaknya. Pernah terbersit rasa iri pada Donghyuck.

"tau ga sih, gue pernah iri sama lu. Sebenernya gue pernah ga sengaja liat pesan dari ortu lu. Dan jujur sebenernya gue juga kepengen ngerasain dapet pesan dari ortu. Tapi ya, apa yang bisa gue harapin. Gue gatau mama gue kemana, sedangkan papa gue pergi ninggalin gue"

"ma-maaf"

Donghyuck menunduk menahan air matanya.

"lah kok malah sedih? sini-sini"

Kata Mark sambil berjalan mendekati Donghyuck. Ia merentangkan tangannya dan mendekap Donghyuck. Donghyuck membalas dekapan Mark.

"makasih udah nyadarin gue Mark"
.
.

Oke hari ini adalah hari terakhir ia bisa membereskan sisa-sisa kemarin. Dengan gesit ia meminta beberapa karyawan andalannya untuk membantu membereskan.

Yeri mendapat bagian untuk menghubungi para pemilik perusahaan lain dan meluruskan semua hal yang terjadi. Hingga saat ini, ada beberapa perusahaan yang sudah kembali lagi bekerja sama dengannya.

Sekarang ia hanya perlu mengganti alat keamanan di setiap komputer. Dan setelah ia selesai meng-install alat keamanan baru, maka semuanya sudah beres. Dan itu menjadi kepuasan tersendiri baginya. 

Jadi, beberapa hari sebelum kedatangan ayahnya, ia bisa lebih tenang dulu. 
.
.

Donghyuck baru saja mengetik sesuatu pada ibunya. Setelah kejadian tadi pagi, ia jadi merindukan ibunya jauh lebih besar dari biasanya. Ia selalu ingin menangis ketika mengingat apa yang telah ia lakukan pada ibunya.

Setelah menekan tombol send, ia langsung mematikan ponselnya. Ia berharap ibunya membaca semua yang ia ketikkan disana. 

Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju atap sekolah. Mumpung masih pagi dan sekolah masih sepi, ia bisa menikmati waktu sendirinya diatas sana.

Semilir angin menerpa lembut mukanya. Udara pagi ini sepertinya sedang bersih. Langitpun berwarna biru cerah. Hari tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin.

Ia menatap dedaunan pohon yang bergerak kian kemari mengikuti arah angin. Ia jadi teringat waktu ia kecil, ia sering pergi bermain di taman bersama dengan kakaknya. Namun ia pasti tidak akan bisa menemuinya lagi.

Kakak perempuannya itu pergi meninggalkan rumah karena belajar di luar negeri. Dan setelahnya, ia tidak pernah mendapat kabar lagi dari kakak perempuannya itu.

Ia rindu dengan semuanya. Donghyuck terlalu larut dalam pemikirannya. Hingga ponselnya berbunyi dan ia mengeluarkannya. Ada notifikasi dari ibunya.

Tangannya seketika menjadi dingin. Ia membuka chat dari ibunya dan membaca pesan yang juga tidak kalah panjang dengan pesan yang ia kirim tadi.

Mom
Donghyuckie, mama sudah baca chat kamu yang diatas tadi. Sejujurnya, mama sedih ketika tau kalau kamu mengabaikan pesan mama. Tapi sepertinya memang itu yang harus mama rasakan. Karena mama dan papa tidak terlalu memperhatikan kamu dan kakakmu ketika kecil. Maafkan kami yang gagal menjadi orang tua yang baik untuk kamu. Bahkan mama juga pernah denger kalau kamu juga hampir bunuh diri kan? bukan cuma sekali. Maafkan kami gak bisa menjaga kamu dengan baik dan sampai kamu memendam semua sendiri dan malah stress. Mungkin kalau kamu benci sama mama dan papa karena itu, mama bakal maklum. Tapi, terima kasih sudah mau memberikan mama dan papa kesempatan yang kedua kalinya. Mama dan papa bakal lebih baik jaga kamu. Kalau boleh pun, mama dan papa juga bisa sesekali ke Seoul biar bisa liat kamu. Terima kasih sayangnya mama dan papa

Donghyuck terharu membaca pesan dari ibunya itu. Mungkin hari ini akan menjadi turning point untuknya dan keluarganya. Ia mau menikmati waktu yang ada bersama dengan semua orang yang ia sayangi. 

Ia menghirup nafas dalam-dalam. Mencoba mengambil semua udara bersih yang ada di atas sana. Ia merasa lebih baik sekarang. 
.
.
.















fix you | markhyuck✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang