Prolog

3.2K 164 3
                                    

Happy Reading!!!
📖📖📖

Aku masih duduk termangu didepan cermin riasku. Mataku menatap pantulan diriku yang masih memakai seragam SMP. Dan hei! Dalam dua bulan lagi aku akan jadi anak SMA!! Aku sudah tidak sabar untuk hari pertama ku jadi anak SMA! Aku selalu tertarik dengan masa masa SMA karena itu adalah waktu yang tepat untuk mencari jati diri. Mencoba melakukan hal yang baru, saling berpasangan dan masih banyak lagi hal pasti akan menyenangkan! Aku sudah tidak sabar untuk jadi murid SMA!

Tanganku sibuk menyisir rambut hitam panjangku. Tidak terlalu panjang, cuma sepanjang pundak ku lebih sedikit. Aku sangat menyukai rambutku yang bergelombang. Kali ini aku hanya membiarkannya tergerai dan aku memakai pita rambut coklat kesukaanku. Sesaat aku terdiam melihat penampilan ku di cermin. Sepasang mata merah itu menatapku balik dengan tajam.

"Ah iya. Dimana lens ku?" aku menarik laci permata meja rias dan mencari kotak lensa milikku. Aneh, bukannya kemarin malam aku menyimpan nya disini, ya?

Aku memeriksa laci kedua. Isinya hanya kumpulan buku 'khusus' milikku. Dan ada sebuah kotak asing didalamnya. "Ah ini kotak lens ku" aku membuka kotak dan melihat sepasang lens berwarna hitam kelabu. Aku langsung memakai lens dengan hati-hati. Meski aku masih anak SMP aku tetap memakai lens untuk menyembunyikan cacat ku ini.

Meski ku bilang 'cacat', tapi ini bukanlah 'cacat' yang berdampak buruk. Sejak bayi aku memang memiliki sepasang mata beriris merah, terlihat aneh untuk orang disekitarku yang umumnya bermata hitam atau coklat. Perbedaan yang mencolok ini lah yang membuat ku diasingkan dari lingkungan. Aku bahkan sempat dibully sewaktu SD karena sepasang mata merah menyebalkan ini. Aku dan mamah sampai harus pindah rumah karena kasusku. Waktu itu aku masih kelas empat SD.

Di lingkungan ku yang baru juga tidak jauh berbeda. Teman sekelas ku menjauhi ku karena dianggap 'aneh' dan 'berbeda'. Aku tinggal disana sampai lulus SD. Setelahnya, aku dan mamah pindah lagi ke lingkungan yang baru lagi.

Semula aku sempat putus asa untuk bersekolah. Tapi mamah tidak ingin aku seperti itu lagi. Mamah kemudian menyarankan untuk memakai lens sebagai salah satu cara untuk berbaur. Aku mencoba nya walau awalnya cukup sulit. Dan sampai sekarang aku masih melakukannya.

Sudah dua tahun lebih aku menyembunyikan mata merah ku, dan hasilnya aku dapat banyak teman. Aku tidak dikucilkan di sekolah dan tetangga memperlakukan aku dan keluarga ku dengan baik.

"Sekarang sudah siap" Ucapku menatap pantulan ku lagi di cermin. Aku merangkul tas merah yang ku letak dibawah kakiku dan beranjak keluar kamar.

Aku menutup pintu kamar dari luar dan melangkah turun menuju dapur. Ku lihat mamah di dapur sudah memakai suite kerja nya sedang memasak sarapan. Aku menghampiri dari belakang dan mencium pipi mamah sampai mengagetkan nya. "Pagi mah" sapa ku.

"Ya ampun buat kaget saja" mamah menggeleng saat aku kembali ke meja makan. Aku meletakkan ranselku disamping kursi ku dan duduk manis menunggu mamah selesai memasak. Dan tak perlu waktu lama mamah sudah kembali ke meja makan dengan tiga piring nasi goreng udang, favoritku. Dan mamah memang selalu mengerti aku. Bahkan aku yang tidak sempurna ini.

"Thanks Mah" Ucapku langsung menyantap nasi goreng yang dibuat mamah. Rasa nya tidak berubah, tetap enak seperti biasa. Apalagi ditambah sentuhan cinta mamah, rasanya sempurna. Hehehe...

"Eh, Kim dan tante sudah disini" seorang cewek berpakaian sama denganku duduk disampingku. Dia adalah Yuri, teman sekelasku yang menginap dirumahku.

"Wah Yuri, selamat pagi" ucap mamah menyapa. "Pagi juga, tante" balas Yuri. Yuri juga langsung menyantap sarapan buatan mamah. Ia makan lebih cepat dariku. Aku yang melihatnya berharap semoga dia tidak tersedak.

"Kim, kita berangkat sekolah bareng ya. Supirku lagi otw kesini" ajak Yuri. Tapi aku tidak langsung menjawab melainkan menatap mamah yang sedang makan. Mamah pasti mendengar apa yang dikatakan Yuri.

"Boleh kan, mah?" tanyaku. Mamah tersenyum dan mengangguk.

Aku dan Yuri sudah selesai makan. Yuri pergi keluar rumah lebih dulu sedangkan aku masih mencuci piring sarapan kami dan menyimpan nya ke tempat semula. Aku mencuci tangan ku saat mamah berbisik padaku dari belakang. "Tidak ada masalah, kan?"

Aku yang mengerti maksud mamah langsung menggeleng "Tidak mah"

Setelah selesai mencuci tangan, aku mencium pipi mamah sekali lagi dan memeluknya. "Aku sayang mamah. Apa mungkin ada orang yang mau menerima ku selain mamah, sepertinya tidak"

"Kamu ada-ada saja" jawab mamah merasa geli tapi ia tahu pasti apa maksudku. "Aku lebih menyayangimu. Kau segalanya bagiku-"

"Meski aku bukan siapa-siapa" lanjut ku.

"Ssstttt..... Kamu gak boleh ngomong gitu." mamah melepas pelukan nya dan kedua telapak tangan halus mengusap kedua pipi ku. "You're everything for me. Jadi jangan ngomong gitu lagi ya, Kim?" aku cuma bisa mengangguki pertanyaan mamah meski perasaanku masih tetap sama. Aku memang bukan siapa-siapa.

Meski aku memanggilnya mamah, tapi dia bukan ibu kandungku. Dimana orangtua ku yang asli? Aku juga tidak tahu. Sebelumnya aku ditemukan didalam kotak disamping tempat pembuangan sampah sampai kemudian mamah menemukanku dan mengadopsi ku. Aku sih tak heran jika aku dibuang orangtua asliku, mengingat sepasang mata merahku yang aneh. Orangtua ku saja tidak menerima ku apalagi masyarakat. Hanya mamah yang tahu tentang mata merah ku. Yuri teman baikku saja tidak ku beritahu. Ini sudah kedua kalinya kami pindah dan mamah melakukan semuanya demi aku. Terlalu banyak pengorbanannya untukku yang tidak diinginkan ini. Ucapan terima kasih pun tidak cukup untuk membalas semuanya. Makanya aku belajar keras supaya bisa membuat dirinya bangga padaku dan semua pengorbanannya tak menjadi sia-sia.

"Kim berangkat dulu mah" aku merangkul kembali tas ku dan segera menyusul Yuri yang menunggu didepan.

🍃🍃🍃

Teruskan membaca!!!
Jangan lupa Vote + Comment!

Salam hangat, Anemone⚘

Kimberly AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang