Tak apa,
Wajar kalau setiap kehidupan selalu memiliki masalah bukan?
Tapi yang tidak wajar,
Saat masalah selalu berdatangan, menumpuk tanpa bisa menunggu yang lalu reda.-ATHATIS-
Tangis yang telah lama ditahan kini akhirnya terlepas sudah. Dada yang tadinya terasa terhimpit perlahan melapang. Bahu kecil itu bergetar hebat meremas batu yang di pegangnya. Matanya terpejam erat mendongak ke atas dengan air mata yang jatuh tak tentu arah.
Plung!
Satu batu yang tergenggam tadi kini terlepas dengan kerasnya ke dalam air. Di iringi tangis yang masih sama mengalun lancar ditemani angin yang membelai merasakan kesedihan.
"Gue benci hidup gue!." Suara lirih bergetar penuh isakan terdengar.
Bayangan kejadian beberapa jam yang lalu menghiasi pikirannya membuatnya semakin menangis dan kalut dalam kesendirian.
Tangis yang sedari tadi ia tahan dari rumah yang seperti neraka itu kini telah lebur di tepi sebuah sungai yang gelap gulita hanya di sinari sinar rembulan yang menemaninya.
Tangannya bergetar meraih benda panjang mungil yang sempat ia beli sebelum kemari, dikeluarkannya dari dalam saku celana pendek sepaha. Ia membukanya dan mengambil satu lalu terselip di antara bibir tebalnya dan mengambil alat pematik dan mulai menikmati dunianya.
Setelah beberapa menit tangisnya usai. Bahu yang semula tegang kini telah lemas dan menyender ke pohon yang sebagai sandarannya.
Ponsel di sampingnya sedari tadi berbunyi tak membuatnya berniat mengambilnya dan melihatnya. Setelah habis dua, ia meraih ponselnya setelah menyalakan satu lagi.
Ia membaca pesan demi pesan di whatsapp yang banyak sekali menghubunginya. Ia membuka hanya orang yang menurutnya paling penting dan ia butuhkan.
Pesan yang ia selalu sematkan. Ia buka ternyata masih sama centang dua abu abu padahal Atha sedang online. Ia terkekeh miris lalu keluar dari roomchat Atha dan beralih roomchat dibawahnya.
Seseorang yang memberinya motivasi dan sandaran serta solusi dalam segala masalah. Air matanya kembali menetes membaca demi kata yang di kirimkan untuknya.
Lalu panggilan masuk dari orang tersebut.
"Adek dimana?"
Atis menghela napas menstabilkan suaranya yang meski akan terdengar serak. "Di luar bang."
"Bukan Club kan?"
"Bukan."
"Adek jangan banyak bersedih yah! Tuntasin nangisnya dulu, biar ntar bisa lega kalo pulang."
"Iyah. Makasih Bang."
"Adek baik baik yah disana, pulangnya jangan larut larut. Kalo selesai langsung pulang. Ini sudah malem banget soalnya."
Atis terdiam melihat jam ponsel. 00:34, ah ia tidak sadar sudah jam segini. Tapi dia belum ingin pulang.
"Keknya nggak pulang deh Bang."
"Loh kok gitu? Harus pulang loh yah. Emang abis ini mau kemana lagi? Pulang dek yah."
"Mau di sini aja sampe pagi terus pulang."
"Kamu dimana sih?"
"Di danau." Jawab Atis menyesap dan memainkan asap lalu membuang bekas bakar.
"Bawa jaket nggak?"
"Nggak. Tadi nggak sempet ganti baju langsung kesini."
"Pulang gih. Pasti dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHATIS (SELESAI)
Romance"Lo tuh sebenernya sayang sama gue apa nggak sih?" "Sayang Lah! Kalo nggak sayang, kenapa gue nembak lo?" Gadis yang bertanya tadi terkekeh riang saat jawaban nge-gas dari seseorang yang ia tanya mengenai pertanyaan bodoh itu. "Iyah, iyah percaya Ba...