43. Keras Hati.

16 0 0
                                    

Semarah apapun kita terhadap ibu kita.
Kita tidak akan bisa menghapus rasa cinta dan sayang kepadanya begitu saja.

-ATHATIS-

Siapa sih yang tidak ikut bahagia saat sahabat kita sedang berbahagia?

Ikatan persahabatan itu sama halnya dengan ikatan persaudaraan. Kita bisa ikut merasakan apa yang mereka rasakan.

Atis melebarkan senyumnya sejak tadi melihat secara langsung acara pertunangan sahabat lamanya.

Ah sahabat manapun kalau entah itu lama atau baru saja. Tetap disebut sebagai sahabat kita.

Disana dua pasangan itu berdiri berfoto menunjukkan jemari mereka yang terlingkar cincin tunangan.

Atis tersenyum bahagia melihat pancaran kebahagiaan Haira, sahabatnya. Meski ia dan Haira jarang bersama sejak lulus dari SMA. Tapi komunikasi mereka masih berjalan dengan baik.

Atis pun tau, setelah sekian lamanya Haira berhubungan dengan kekasihnya itu sejak mereka SMP dan baru di ikat sekarang. Bisa dipikirkan berapa lamanya?!

Pasti Haira sangat bahagia di sana. Apalagi ia memiliki pasangan hidup yang mapan dan lebih dewasa dari dirinya.

Atis menoleh kala Lengannya di senggol dari samping. Ada Fitri dan Arai juga di sana, Mereka berempat teman se SMA meski dulu berbeda kelas. Jelas mereka kenal dengan Haira.

"Aih, gue iri banget sama Haira!" seru Fitri mengigit jari.

Atis tersenyum mengangguk setuju. "Iyah, gue pun begitu. Apalagi Bang Hamim orangnya udah mapan banget kayak gitu. Bisa di bayangkan bertapa beruntungnya Haira dibpilih dia."

Arai mengangguk. "Mereka udah lama banget yah. Emang perjuangan mereka nggak akan berakhir sia sia."

"Iyah tuh. Bahkan dulu pernah di tentang ibunya Bang Hamim." Oceh Fitri.

Atis melotot. "Hust, jangan gitu. Nggak enak kalo di denger orang.

Fitri terkekeh.

Ini sudah satu bulan setelah kejadian Atis kecelakaan. Keadaan Atis sudah sangat membaik dan bisa meloncat kesana kemari. Selama itu ia menjalankan kegiatan kesehariannya seperti biasa.

Dan ia masih bersembunyi dari keluarganya meski ia yakin kalau Sebagian dari keluarganya sudah mengetahui dimana ia berada.

Dan juga, Masa magangnya tinggal dua bulan lagi, karena ia magang hanya diberi waktu tiga bulan saja. Lalu setelahnya ia akan menyelesaikan skripsi dan lulus.

Tidak semudah itu kawan!

Kembali lagi ke Atis dan dua sahabatnya kini beranjak memberi ucapan selamat ke calon pengantin di sana. Anjir, kejauhan kali.

Atis menjerit kecil kala Heira memanggil namanya dan merentangkan kedua tangannya. Mereka berpelukan dengan begitu erat dipenuhi kerinduan.

"Huhuhu Kangen banget sama bontot!" begitu panggilnya Heira ke Atis.

Atis melepas pelukannya memegang kedua lengan Heira. "Kangen emak juga dong!"

Heira terkekeh seperti kebiasaan ia akan mencubit pipi Atis dan mengecupnya membuaf Atis mengerutu. Mereka ini seusia, tapi Heria selalu menganggap Atis seolah olah adiknya.

"Ciyee yang udah taken ini! Gue do'ain semoga lancar sampai hari-H." ucap Atis semangat.

Hamim yang berdiri di samping Heria ikut terkekeh melihat keantusiasan Gadis itu. "Amiin." Begitu ucapnya.

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang