7. Tentang mereka

18 0 0
                                    

Kita tuh banyak perbedaannya. Bahkan sampai mikir kalau kita nggak bakal bisa bertahan lama.
Tapi Aku juga sadar, karena perbedaanlah yang membuat kita saling melengkapi.

-ATHATIS-


Kartu tanda karyawan jatuh dari seorang pemuda jangkung memakai celana kain hitam yang agak ketat dan baju berseragam kerja oranye.

Menyadari sesuatu, atau memang radar kepekaanya yang tinggi. Pemuda itu memegang baju bagian dadanya dan membalikkan badan setelahnya.

Wajah oval berhidung mancung dengan garis rahang yang tegas juga tatapan yang tajam tapi juga meneduhkan. Menyibak Rambutnya yang sedikit berjambul ke samping lalu mengedarkan pandangannya di loby kantor.

Lalu pemuda itu menunduk dan menghela napas lega melihat kartu tanda karyawan yang setiap hari bertengger di seragamnya itu tergeletak di lantai loby dimana tempatnya bekerja.

Diambilnya benda itu lalu ia melihat foto formalnya sendiri. Mohammad Anatha, Nama yang terpasang di sana lalu ia memakainya sambil berbalik badan dan membenarkan tas punggung yang ia biarkan menggantung sebelah.

Langkah kakinya keluar dari gedung bertingkat lima itu menuju parkiran. Sesampai disana ia segera menuju sepeda motornya.

Dia adalah Atha, pemuda Kalimantam yang berusia 24 tahun. Bekerja di sebuah perusahaan percetakan buku dan segala jenisnya, menjadi editor dan novelis juga puitis.

Pemuda dengan segala kesederhanaanya yang menggemari dunia kepenulisan dengan bakatnya yang handal dalam menyusun kata.

Lalu....?!

Pemuda yang sebenarnya sangat peka, tapi memiliki ego yang tinggi. Berzodiak Pisces, yang katanya zodiak berlambang ikan itu terkenal dengan sikap santainya.

Dan juga merupakan pemuda penyabar, dalam hal menyabari sikap kekasihnya. Yang naik turun seperti rollcoaster.

Sesampai di Kost, yang di lakukan Atha langsung mandi dan membersihkan kost. Makan? Tadi ia sudah makan di tempatnya bekerja. Jadi setelah membersihkan kost, Atha memilih rebahan dan kembali mendalami dunia kepenulisannya.

Ia terkenal sangat sibuk, sibuknya dalam hal kepenulisan. Ia menjadi admin dalam beberapa grup chat sastra.

Di dunia maya-nya. Atha disibukkan hal seperti ini disetiap harinya usai pulang kerja, sore hari sampai larut malam baru selesai urusan maya-nya. Dan dilanjutkan berkomunikasi dengan kekasihnya.

Atha tak seperti para remaja pada umumnya yang terlalu sibuk dengan masalah hati. Ia terlampau santai, dan mengatur waktu dimana ia harus melakukan apa.

Sibuknya dia, bahkan sampai menomor duakan komunikasi dengan gadis yang entah ia sadari atau tidak di sadari selalu menunggu kabar darinya. Yang rela begadang demi kabar dari pemuda itu.

Sebenarnya Atha bisa saja menyempatkan satu menit saja mengabari kekasihnya. Tapi dia bingung, dan mungkin gengsi harus memulai dari mananya. Dan juga banyak tekanan dari grup chat yang selalu ada masalah membuatnya harus fokus terhadap satu hal dulu.

Dan membiarkan kekasihnya terpendam dalam tumpukan gc yang menurutnya lebih penting dan tersematkan dari yang lain bahkan untuk Atis sekalipun.

Atha itu pemikir dewasa, hidupnya tidak selalu tentang cinta. Banyak yang harus ia lalui dan kerjakan, makanya ia pernah bilang ke Atis, meski Atis sangat berat menyetujuinya.

"Apa harus kalau pacaran itu chat-an terus?"

Awalnya Atis berat sekali menganggap benar pemikiran si pemuda penyuka senja itu. Tapi perlahan dan sampai sini ia terbiasa, yah meski selalu terlihat seperti orang ter-ngenes sedunia.

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang