51. Tikaman

18 1 0
                                    

Kenapa tidak memberitahu?
Setidaknya aku bisa mundur perlahan.

-ATHATIS-

Pagi itu, Atis memulai harinya di kota baru dengan senyuman yang sangat bahagia kentara.

Dengan semangat gadis itu masuk kedalam taksi yang ia berhentikan tadi yang akan mengantarnya ke daerah tempat tinggal Atha.

Usai mengatakan tujuannya. Atis memandang padatnya kota dengan bahagia. Ia benar benar tidak sabar.

Gadis dengan jilbab Maroon itu bersenandung mengetuk ketuk jendela mobil dengan kukunya.

Aihh dia sangat bahagia!

Dan tidak sabar melihat reaksi Atha nanti. Atis menunduk menatap jari manisnya yang terlingkup cincin putih yang berkilau.

Atis tersenyum untuk kesekian kalinya. Ia bahkan menggenakan jilbab meski belum siap untuk terlihat baik di depan keluarga Atha.

Lagi pula. Dia memutuskan untuk memperbaiki diri, dan ini adalah permulaanya.

Mengingat Atha yang suka melihatnya menggunakan jilbab membuat senyum Atis menjadi malu malu.

Dia akui. Ia memang bucin.

***

Area perkompleksan juga?

Atis memutuskan berhenti di taman kompleks untuk menenangkan jantungnya yang berdebar debar.

Astaga!

Dia benar benar takut dan, gugup.

Atis berdehem beberapa kali. Lalu menghampiri pos yang dijaga dua satpam.

"Eh neng cantik. Mau kemana neng?"

Atis mengeryit. Sangat menggelikan. Tapi dia berusaha tetap sopan.

"Bapak tau di nomor berapa rumahnya keluarga pak Santoso?"

Kedua satpam itu mengeryit lalu mengingat ingat. Salah satu diantar mereka yang memikiki badan lebih pendek menyeru.

"Ohh pak Santoso juragan pabrik kayu di daerah selatan itu?"

Atis benar benar tidak tau. Alhasil Gadis itu meringis. "Saya kurang tau pak. Tapi yang punya anak namanya Atha."

"Nak Anatha maksudnya?"

Atis mengangguk antusias dengan senyum lebarnya.

"Ohh nak Anatha yang kemaren abis- Eh ada telepon. Bentar yah, Don. Kamu antar si eneng aja deh."

Yang di panggil Don pun mengiyakan dan mengajak Atis berjalan memasuki perumahan yang lumayan besar itu, ternyata rumah Atha tidak terlalu jauh.

Jantung Atis rasanya ingin copot kala berdiri di depan pagar rumah Atha.

Tapi kok, Ramai?

Apa acara keluarganya belum selesai? Bukannya sudah dari kemarin?

"Nah ini neng rumahnya. Tuh lagi rame, pasti bersih bersih abis acara kemaren."

Atis mengangguk saja. "Emang acara Apa yah pak?"

"Kamu ini temannya Nak Anatha kan?"

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang