47. Indah pada Waktunya

12 0 0
                                    

Nyatanya, dalam hubungan tidak selalu saling terbuka.
Mereka menutupi sesuatu yang enggan untuk mereka bicarakan.

-ATHATIS-

Usai kepulangan para keluarga dan sanak. Tia dan Hamam kembali ke kamar setelah membersihkan rumah sebentar.

Hari itu sudah malam. Dan mereka memutuskan hendak tidur. Namun saat Tia hendak ke dapur mengambilkan Putranya minum.

Wanita itu dikejutkan dengan teriakan Atis yang terdengar memilukan membuatnya khawtir dan menggedor berulang kali kamar putrinya lalu jeritan terdengar membuatnya semakin takut dan memanggil manggil putrinya.

Saat terbuka. Tia terkejut kala putrinya memeluknya erat sambil menangis sesenggukan dan gumaman tak tentu arah itu.

Setelah menenangkan putrinya yang kini terbaring dengan menatap lurus kedepan. Kosong.

Tia mengelus rambut putrinya yang langsung di respon Atis yang menoleh.

"Kamu mimpi apa?"

Atis mengerjap. Napasnya sudah tidak seberantakan tadi. Lalu ia duduk meminta minum lagi.

Atis menyender di kepala ranjang. Menarik boneka dan memeluknya lalu menatap jendela.

"Ibu harus janji sama Atis."

Tia menatapnya bertanya ia mengenggam tangan putrinya. "Ibu pasti janji nak."

Atis menoleh. "Ibu harus janji nggak akan meninggalkan Atis."

Tia terdiam. "Iyah, ibu janji tidak akan meninggalkan kamu."

Atis menghela napas mendekat ke ibunya dan memeluknya sekali lagi. "Jangan pernah tinggalin Atis bu. Meski itu untuk selamanya."

Meski heran Tia tetap mengiyakan dan membuat Putrinya kembali tenang.

Tadi Hamam, Ayah Atis sempat mendekat dan mengerti tatapan tajam Atis membuat pria itu segers undur diri. Ia mengetahui suasana hati putrinya sedang tidak baik.

"Kamu nggak mau tidur lagi?" Tanya Tia lembut.

Atis berpikir kalau ibunya pasti lelah dan butuh istirahat penuh. Gadis itu pun mengangguk dan membiarkan dirinya di perlakukan seperti anak kecil oleh ibunya.

Ia di peluk dalam tidurnya lalu dibacakan do'a tidur sebelum memberi kata kata penenang dan kecupan berkali kali di kening.

Atis menatap Ibunya yang menatapnya di pintu kamar dan tersenyum menutup pintu.

Atis menghela napas. Ia bahkan bingung dengan dirinya sendiri.

Karena tidak bisa tertidur Atis pun membuka ponsel yang ia charger lalu memutuskan bermain ponsel sampai ia mengantuk kembali.

Sudah pukul sebelas malam. Atis yang baru tadi terjaga tidurnya susah akan menutup matanya.

Saat ia membuka whatsapp-nya. Ia melihat Atha mengirimkannya sebuah video tentang LDR. Membuat Atis tersenyum.

Lama ia dan Atha chating setelah sekian lama hanya menyapa ucapan selamat malam saja.

Berkomunikasi dengan Atha mampu membuatnya menjadi lebih baik. Apalagi saat ia melihat Atha Menghubunginya.

Dengan senyum bahagia. Atis mengangkat Panggilan itu.

"Halo?!"

"Yah, halo? Dengan siapa ini?"

"Apa ini benar dengan mbak Atis?"

"Yah ini dengan saya sendiri?"

"Kami dengan kabar hati terkini yang telah lama terisi. Menyampaikan sebuah kabar kalau ada orang yang sangat merindukan Anda. Dan meminta menyampaikan lewat panggilan ini."

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang