24. Apart

9 0 0
                                    

Gue sama dia tuh kayak permen, manis
Tapi kan kalo terlalu manis bisa bikin sakit!
Yaudah manisnya jarang aja, bar bar lebih keren!

-ATHATIS-

"Jadi, nanti malam jadi kan?"

Atis menguap lebar tanpa rasa malu padahal dirinya kini tengah dihalaman kampus yang tengah ramai karena jam pulang tiba.

Gadis itu seperti biasa, baru saja bangun dari tidur sebentarnya. Di kelas sekali pun, bahkan Arai dan Fitri yang tidak selalu satu kelas dengannya sempat heran karena Atis yang banyak dibicarakan bukan hanya kepopulerannya saja tapi kebiasaanya sering tidur di jam kelas yang mungkin membosankan baginya. Meski begitu, nilai gadis penyuka durian itu selalu bagus.

Dan kini ketiganya berjalan menuju parkiran anak manajemen yang kala itu ramai. Tak jarang banyak yang menyapa dan mencari perhatian mereka.

Atis yang hari itu memakai rok payung selutut dengan baju atasan bahu terbuka dengan lengan panjang. Membuat kulit bahunya terlihat dan sedikit memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Atis mengangguk. "Jadi dong! Gue udah bilang ke dia."

Mereka tengah membahas rencana ngopi bareng bersama para pasangan mereka. Karena ini moment yang  mungkin hanya sekali dua kali terjadi dikarenakan kisah cinta Atis yang Ldr.

Sesampai di parkiran. Arai berpisah mengambil sepeda motor maticnya. Sedangkan Atis menunggu di samping trotoar yang digunakan mahasiswa berlalu lalang keluar masuk area manajemen.

Tak lama Arai tiba di depan keduanya dengan memakai helm. Atis dan Fitri segera menyusul duduk di belakang, mereka berbonceng tiga sampai depan gerbang kampus yang besar itu.

Bayangkan saja. Tiga cewek populer yang berboncengan diatas satu motor menuju gerbang kampus yang luas itu. Melewati beberapa gedung dsn diperhatikan banyak orang di sepanjang jalan.

Mereka? Bodo amat.

Memang definisi Lonte yang sebenarnya. Tanpa tau malu dan tak mau tau.

Sesampai di depan gerbang yang menjulang tinggi itu mereka melihat Galang. Pacar Fitri yang menjemput cewek itu. Arai menurunkan Fitri di samping Galang berada.

Lalu Arai dan Atis pamit pulang terlebih dahulu.

Sinar matahari yang terik membuat keduanya tak berhenti mengeluh karena kepanasan di bawah sinar matahari meski angin berhembus dengan sejuknya.

Sesampai di depan rumah Atis, Arai langsung pulang karena ia ingin segera berendam di air dingin.

Begitupun Atis yang tergopoh gopoh memasuki rumah yang kala itu sepi. Ia celingkukan mencari ibunya tapi tidak juga menemukan.

Usai mandi dan berganti baju. Atis menemukan ibunya sedang duduk di teras rumah sambil mencatat sesuatu. Ia duduk di kursi teras samping ibunya berada.

Ibu Atis menoleh sekilas. "Ibu kira kamu belum pulang."

Atis mengintip apa yang ibunya catat. "Apa itu Bu?!"

"Ohh ini daftar belanjaan. Bisa antarkan ibu ke pasar bentar? Palingan nggak sampai dua jam lah."

Atis cemberut. "Haihhh panas buk!"

"Jadi nggak mau? Padahal ibu juga beli bahan bahan buat masakin pacar kamu yang katanya besok kesini!"

Mata Atis langsung berbinar. Ia segera berdiri. "Bentar mau dandan dulu!!"

Ibu Atis geleng kepala melihat anak gadisnya itu.

***

"Ini abis dari pasar, Yang!"

ATHATIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang